Program Langit Biru: Harapan Itu Masih Ada – Bulan lalu, seorang kawan suami saya mencoba membuat minuman kesehatan dari buah mengkudu yang berasal dari pohon tetangga kami. Didapati sekira 20-an daging buah mengkudu itu berubah warna. Menghitam pada proses perebusan pertama sementara kulitnya tetap seperti semula.
Seharusnya, jika kualitasnya
bagus, warna daging buahnya tetap putih, tidak berubah warna. Oleh sebab itu,
mengkudu yang sudah diambil tak bisa lagi dipergunakan untuk dibuat jus kesehatan.
Kata suami saya, mengkudu yang dipergunakan untuk minuman kesehatan seharusnya
berasal dari daerah yang benar-benar bebas polusi sebagaimana beberapa brand
terkenal.
“Padahal kita tinggal di dalam lorong (gang), ya,” ujar saya. Saya merasa heran karena rumah kami terletak sekira 200-an meter dari jalan raya. Kalau dipikir, tidak terlalu ramai tapi tetap saja ya, mengkudu bisa menyerap racun dari lingkungan kami.
Dari mana racunnya? Ya,
dari mana lagi kalau bukan dari kendaraan bermotor yang lalu-lalang. Jalan
kecil di depan rumah kami tidak begitu ramai sebenarnya tapi itulah fakta yang
“disimpan” oleh buah mengkudu.
Dalam sebuah skripsi
berjudul Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Sebagai Pengadsorbsi
Minyak Jelantah saya mendapat “penguatan” bahwa buah mengkudu memang bisa
digunakan sebagai “adsorben”, yaitu sebagai penyerap zat – zat pengotor, bau,
dan zat – zat kimia yang bersifat toksik (silakan browsing).
Nah, syukurnya, saat
mengecek AQI (air quality index) dengan aplikasi Plume di tempat tinggal
kami, saya mendapati nilainya masih dalam batas baik. Beberapa hari terakhir
ini AQI berkisar pada angka belasan hingga 20-an. Sesekali di angka 30-an.
Jika merujuk pada standard
US AQI yang memiliki acuan; 0-35 mikrogram/m³ (kategori baik), 36-55 mkg/m³
(sedang), 56-65 mkg/m³ (tidak sehat), 66-100 mkg/m³ (sangat tidak sehat), dan
100 mkg/m³ ke atas (berbahaya) maka angka 30-an sudah harus diwaspadai, ya.
Sebagaimana diketahui, AQI
dihitung berdasarkan 5 jenis polutan udara: ozon, partikel pencemar, karbon
monoksida, belerang dioksida, dan nitrogen dioksida. Yang mana semakin tinggi
nilai AQI, berarti semakin tinggi pula tingkat polusi udara yang juga berarti semakin
tingginya risiko kesehatan.
Nah, seperti yang kita
ketahui pula, gas buang kendaraan bermotor itu mengandung zat-zat yang sangat
berbahaya bagi Kesehatan, di antaranya CO (karbon monoksida). CO lebih mudah
diikat oleh sel darah merah. Paparan CO dalam waktu singkat dapat menurunkan
kadar oksigen dalam darah. Selanjutnya, jaringan tubuh yang mengalami
kekurangan oksigen akan sangat mudah mengalami kerusakan terutama otak, dan
kadar CO juga memicu terjadinya sesak napas hingga kanker paru.
Bicara tentang asap
kendaraan bermotor dan kesehatan, salah satu kuncinya ada pada bahan bakar
kendaraan! Bahan bakar ramah lingkungan menjadi pilihan yang mutlak bagi
keberlangsungan hidup kita semua.
Hal terkait BBM ramah
lingkungan inil menjadi perbincangan pada diskusi publik bertajuk Penggunaan BBM Ramah
Lingkungan Guna Mewujudkan Program Langit Biru melalui Zoom
Cloud Meeting pada 11 Februari lalu.
Menyikapi Program Langit Biru dari Luar Pemerintahan
Program Langit Biru hadir untuk mengajak
masyarakat merasakan langsung penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan
kualitas yang lebih baik dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan dengan
udara yang bersih dan sehat. Dengan kata lain untuk mengantisipasi krisis
lingkungan akibat polusi (udara) yang dicetuskan oleh barang tidak bergerak
ataupun barang bergerak.
Pak Tulus Abadi – Ketua Pengurus Harian YLKI menyampaikan mengenai urgensi “mendesak” Program Langit Biru yang secara historis sudah digaungkan sejak 25 tahun lalu oleh Kementerian Lingkungan Hidup melalui Permen LH Nomor 15 Tahun 1996.
Selanjutnya Kepmen LH
Nomor 141/2003 yang mengatur emisi gas buang pada kendaraan bermotor (ranmor) à BBM standard Euro II.
Terakhir, dikuatkan dengan Kepmen KLHK Nomor 20/2017 yang mengharuskan ranmor menggunakan BBM
standard Euro IV.
Peran Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia
Mungkin di antara kita
masih ada yang berpikir ya kalau Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) itu
urusannya dengan barang yang dikonsumsi manusia, semacam pangan, bagaimana hak
konsumen dipenuhi oleh produsen? Terpikirkah kalau urusan BBM ini juga menjadi concern
YLKI?
Nah, saya baru tahu dari
Pak Tulus, ternyata 5 pilar gerakan konsumen yang menopang YLKI memang
menguatkan peran YLKI dalam urusan ini. Ke-5 pilar tersebut adalah:
- Peduli pada masyarakat.
- Peduli pada bumi dan lingkungan.
- Memperjuangkan hak yang berlaku secara universal.
- Memperjuangkan keadilan atas sistem politik dan ekonomi yang memarjinalkan konsumen lemah dan miskin.
- Menggalang kekuatan dengan menggerakkan energi masyarakat melalui beragam kekuatan.
Urusan BBM ramah
lingkungan sangat berkaitan dengan masyarakat. Utamanya masalah kesehatan karena bensin Premium
yang masih banyak digunakan masyarakat Indonesia tak memadai untuk standard
Euro IV (Kepmen KLHK Nomor 20/2017). Selain itu, ada hal lain yang berkaitan
dengan kepentingan masyarakat sebagai konsumen.
“Menggunakan (bensin) Premium ada kerusakan yang signifikan bagi konsumen. Kualitas lebih bagus Pertamax karena untuk jarak tempuh lebih bagus Pertamax. Premium rugi karena lebih murah tapi untuk jarak tempuh yang lebih rendah,” ujar Pak Tulus, menjelaskan bahwa Premium tidak kompatibel dengan mesin kendaraan produksi terbaru sehingga akan membuat kerusakan pada onderdil dan menimbulkan biaya perbaikan yang tinggi.
Nah, hal-hal di atas
menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah. Apalagi Presiden Joko Widodo telah
berkomitmen mengurangi emisi karbon antara 20 – 40 persen hingga tahun 2050
pada Paris Protocol on Climate Change (November 2015).
Disebutkan dalam webinar
bahwa komitmen ini dinilai over confidence karena akan sulit
terwujud jika BBM belum memenuhi standard Euro IV dan PLTU masih marak. Namun
begitu, YLKI optimis mengambil peran untuk “mendesak” pemerintah agar makin
serius membuat Program Langit Biru berhasil, terlebih karena program ini juga
sejalan dengan Paris Protocol.
Membijaksanai Fakta
Pencemaran Lingkungan Akibat Polusi Udara dari Emisi Ranmor
Pak Fabby Tumiwa dari
Institute for Essential Service Reform (IESR) dan Muchamad Nafi – Redaktur Eksekutif
Katadata.co.id memaparkan banyak data dan fakta terkait penggunaan BBM kita hingga saat
ini.
1. Faktor kesehatan masyarakat dan menekan biaya kesehatan.
Pak Fabby Tumiwa
menekankan beberapa kali dalam webinar ini mengenai bahwa kualitas bahan
bakar harus diperhatikan adalah karena faktor kesehatan. Studi tentang pembakaran
bahan bakar fosil di seluruh dunia berperan signifikan terhadap angka
mortalitas, yaitu sekira 20%.
Dampaknya kepada biaya kesehatan. Perbaikan kualitas udara. Kalau perbaikan kualitas udara terjadi maka dampaknya adalah perbaikan kesehatan masyarakat dan oleh karena itu, kerugian karena kesehatan masyarakat yang menurun bisa ditekan. Biaya berobat bisa ditekan. Karena bahan bakar yang kotor menyebabkan penyakit ISPA, jantung dan sebagainya yang biaya penanganannya cukup besar.
KLHK 2010 pernah
menghitung memburuknya kualitas udara di Jakarta berefek pada biaya Kesehatan sebesar
38 triliun rupiah setahun.
2. Penghematan
bahan bakar hingga ekonomi negara.
Manfaat perbaikan kualitas
udara dengan BBM ramah lingkungan ada dua, pada biaya Kesehatan dan pada penghematan
bahan bakar. Konsumsi kita ntuk membeli BBM berkurang karena pembakaran lebih
sedikit untuk jarak tempuh yang sama. Untuk pemerintah terjadi penghematan dari
sisi fiskal. BBM ditekan, impor ditekan, berdampak kepada ekonomi negara.
Hari ini lebih sekira 97%
BBM yang dijual di Indonesia masih di bawah standard karena masih memiliki
kandungan sulfur yang tinggi dalam ppm-nya. Premium dan Pertalite kandungan
sulfurnya masih 500 ppm. Harap diingat ya, kandungan sulfur yang tinggi di
udara dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan, kenaikan sekresi mukosa, hingga kematian.
Pak Fabby menyampaikan
kajian yang dilakukan oleh Budi Haryanto dari UI tahun 2018. Menunjukkan bahwa perbaikan
kualitas bahan bakar dengan meningkatkan Euro II ke Euro III lalu ke Euro IV
tahun 2020. Berdampak kepada kandungan sulfur di bawah 500 ppm bisa menyebabkan
penurunan biaya kesehatan dan produktivitas yang hilang sebanyak 30 triliun
rupiah, dihitung sampai 2030 dan nilai penghematan BBMnya sebesar 71 riliun
rupiah.
3. Bagaimana
mengejar ketertinggalan Indonesia.
Standard emisi kendaraan
bermotor di Indonesia tertinggal dari negara-negara lain di ASEAN. Kita baru
mau beralih ke Euro IV sementara Filipina sudah Eruro IV tahun 2016, Thailand
Euro IV di tahun 2015, mereka merencanakan Euro V di tahun 2023, dan Singapura
Euro VI ditahun 2017, sedangkan Vietnam Euro IV di tahun 2017. Bagaimana
mengejar ketertinggalan ini, menjadi tantangan tersendiri.
4. Masih ada
kilang minyak di Indonesia yang memproduksi bahan bakar dengan standard Euro
II.
Muchamad Nafi menyoroti
ekosistem penggunaan BBM ramah lingkungan dan memaparkan hal-hal berikut:
Dibutuhkan konsistensi kebijakan pemerintah. Ketika seharusnya masyarakat mendapatkan edukasi untuk menggunakan BBM berkualitas, kebijakan pemerintah tidak konsisten, misalnya menjelang pemilu dengan tetap melanggengkan Premium. Menurut Pak Nafi, seharusnya pemerintah memberi subsidi kepada orangnya, bukan kepada BBM-nya (dalam hal ini Premium) supaya masyarakat mampu membeli bahan bakar berkualitas dengan harga terjangkau.
Pertamina Menyikapi
Program Langit Biru
Pak Fanda Chusmianto – Sales
Area Manager Pertamina Retail Jabodetabek menyampaikan dalam presentasinya,
bagaimana Pertamina selalu mengedepankan “people, planet, dan
prosperity”. Pelestarian lingkungan menjadi hal penting karena menyangkut kepentingan
kita sendiri untuk jangka panjang.
Tak dielakkan, masih ada 7
negara di dunia menggunakan bensin Premium, termasuk Indonesia. Di samping itu Indonesia
memiliki 6 jenis varian BBM mulai dari RON 88, 90, hingga 98. Nah, upaya dalam
meningkatkan kesadaran masyarakat masih terus dilakukan Pertamina.
“Program Langit Biru ini pada dasarnya kami ingin memberikan customer experience, memberikan harga khusus untuk Pertalite yang RON-nya 90, khusus untuk motor, taksi, angkot, kendaraan roda tiga. Program ini dilaksanakan pada awalnya di Denpasar. Berlanjut di Tangerang hingga saat ini sudah berlanjut di seluruh wilayah Jamali. Kami ingin memberikan introduction, dengan Pertalite yang angka oktannya lebih tinggi, efeknya seperti apa, sih,” ucap Pak Fanda.
Ke depannya, dalam Diskusi
Publik Pak Fanda menyatakan optimis kesadaran masyarakat akan penggunaan BBM yang
lebih berkualitas meningkat melihat keberlangsungan Program Langit Biru selama ini.
Diharapkan, dengan
dilakukan secara massal bisa berakibat pada membaiknya kualitas udara sekaligus
tingkat kesehatan masyarakat. Selain menjalankan Program Langit Biru, untuk
memberikan pengalaman kepada masyarakat, Pertamina juga melaksanakan ketiga hal
berikut ini:
- Pertamina telah menyediakan BBM yang ramah lingkungan dan bisa diakses di seluruh Indonesia.
- Pertamina bersinergi dengan organisasi/lembaga masyarakat, dengan pemerintah daerah untuk memberikan edukasi pelestarian lingkungan. Juga mengedukasi mengenai penggunaan BBM ramah lingkungan bisa menekan biaya pemeliharaan mesin juga.
- Berperan aktif mengembangkan kualitas yang lebih baik dan ramah lingkungan.
Pemerintah Menyikapi
Program Langit Biru
Pak Dasrul Chaniago –
Direktur Pengendalian Pencemaran Udara KLHK menyatakan bahwa implementasi dari regulasi
tahun 2017 KLHK berlaku sejak 2018. Bagi yang beli mobil sejak September 2018,
BBM yang cocok adalah Pertamax Turbo (RON 98) karena teknologi mobilnya cocoknya
dengan Pertamax Turbo. Nah, dari regulasi yang ada seharusnya varian BBM hanya
2, yaitu: Pertamax (RON 92) dan Pertamax Turbo.
Menurut Pak Dasrul, dari KLHK sudah selesai, regulasinya di hulu sudah selesai, uji emisi di Perhubungan sudah siap, perindustrian sudah siap, tinggal bagaimana di hilirnya. Untuk solar nanti, masuk Euro 4, Gaikindo akan memasang alat yang ketika orang salah memasukkan BBM, mobil akan mogok. Namun untuk mobil di luar BBM solar belum dipasangi teknologi demikian.
Sanggahan
kepada Pemerintah
Diskusi berlangsung seru
karena apa yang dikatakan oleh Pak Dasrul mendapat sanggahan dari Pak Fabby,
menyoroti soal implementasi di lapangan yang mana BBM dengan kualitas yang cukup
rendah masih ada hingga saat ini, terbukti dengan > 90% kendaraan masih saja
menggunakan Premium.
Menurut Pak Fabby, pemerintah
bersama Pertamina hendaknya berkomitmen mengatasi hal ini tanpa dipengaruhi
keadaan politik, mengingat Premium yang sebenarnya sudah mulai hilang pada tahun
2018 malah kembali diadakan jelang pemilu. Perlu memikirkan bagaimana supaya
infrastruktur BBM ramah lingkungan, mulai dari kilang hingga SPBU tersedia di
seluruh Indonesia.
Menariknya lagi, Pak Dasrul menyarankan kepada Pertamina melalui Pak Fanda supaya melakukan lompatan langsung mengambil standard Euro VI supaya tak ketinggalan jauh lagi, sebagaimana beberapa saran yang masuk, termasuk dari World Bank 3 tahun lalu.
Apa yang Bisa
Dilakukan kepada Masyarakat Agar Beralih ke BBM Ramah Lingkungan?
Nadine Chandrawinata – influencer yang juga bergiat dalam
bidang lingkungan sebagai salah satu pendiri komunitas Seasoldier yang aktif dalam
melakukan edukasi terkait pelestarian lingkungan hidup juga hadir urun pendapat.
Menurutnya memang perlu
dilakukan edukasi yang terus-menerus kepada masyarakat dengan memberikan contoh
nyata melalui media sosial dari segala pihak dan profesi. Mumpung sedang masa pandemi covid-19,
kebanyakan orang berdiam di rumah, giatkan media sosial dengan informasi yang
mendidik. Perlu diingat, jangan berikan informasi terlalu banyak tapi berikan
secara bertahap supaya bisa diterima dengan baik oleh masyarakat.
***
Lalu masyarakat bisa apa?
Nadine sempat melakukan polling
kecil-kecilan sebelum webinar ini, menanyakan kepada follower Instagramnya,
apakah bersedia menggunakan BBM ramah lingkungan. Sebanyak 91% menyatakan
bersedia. Hanya 9% yang tidak bersedia.
Sepertinya polling tersebut
menunjukkan bahwa awareness sudah ada dalam masyarakat kita. Kesadaran ini
perlu didorong terus-menerus untuk mengaplikasikan kepada bentuk nyata yang
lebih baik. Tentunya ke depannya, dibutuhkan peran aktif dari seluruh masyarakat
untuk menjaga lingkungan hidup dengan menggunakan BBM ramah lingkungan.
Membagikan informasi baik
mengenai pentingnya bahan bakar yang sesuai standard RON untuk lingkungan sehat
bisa menjadi langkah kecil kita untuk membentuk langkah yang lebih besar. Nah,
Anda bisa membagikan tulisan ini jika tergerak membantu Indonesia untuk
memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu kita nanti.
Makassar,
13 Februari 2021
Tulisan ini
merupakan catatan highlight saya dari Diskusi Publik Penggunaan BBM
Ramah Lingkungan yang diselenggarakan oleh KBR bekerja sama dengan YLKI. Semoga
bermanfaat.
Baca juga tulisan-tulisan
terkait edukasi dari KBR berikut ini:
Share :
Luaarrr biasa kak Niar!
ReplyDeleteSaya salut dengan webinar yang mencerdaskan bangsa seperti ini
semoga bisa membuka mata hati kita, menambah wawasan untuk terus konsisten melakukan yg terbaik, demi bumi yang makin sehaaattt ya
Betul Mbak Nurul. Semoga masyarakat makin teredukasi ya.
Deletedengan program langit biru ini semua harapan untuk lingkungan yang membaikkan semua pihak bisa terwujud dengan baik
ReplyDeleteDemikian pula harapan saya, Mbak.
DeleteBerharap sekali pemerintah berkomitmen dalam menjaga lingkungan. Menurutku, penggunaan BBM ramah lingkungan ini merupakan langkah awal yg baik. Semoga kedepannya bisa membuat peraturan ttg ttg menjaga kelestarian hutan dari exploitasi berlebihan
ReplyDeleteNah betul, butuh komitmen utamanya daripemerintah ya karena pemerintah yang bisa mendesak seluruh masyarakat.
DeleteInilah yang diperlukan saat ini penggunaan BBM ramah lingkungkan, karena bumi ini sudah penuh dengan polusi. Kesadaran masyarakat akan hal ini sangat diperlukan, di dukung juga oleh pemerintah untuk mensukseskan program langit biru ini.
ReplyDeleteSetuju, Mbak Ulfah.
Deletealhamdulillah sudah lama malahan pindah ke pertamax setelah sejak awal pakai pertalite meski harganya lebih mahal dari premium namun secara jangka panjang katanya justru lebih baik untuk mesin kendaraan
ReplyDeleteAlhamdulillah ya Mbak, kalau punya kesadaran seperti Mbak Ophi, langsung pindah pas tahu.
DeleteMau banget ya mba bbm ramah lingkungan. Mudah2an masyarakat juga mampu membeli bbm ramah lingkungan tsb, harganya nggak terlalu tinggi utk rakyat kecil kayak aku. Udah cukup banyak polusi udara kita hiks.
ReplyDeleteHarapannya begitu ya Mbak supaya harganya terjangkau masyarakat sekalipun kalangan menengah ke bawah. Mbok yang ramah lingkungan yang disubsidi ya.
DeleteBagus sih inovasi dan Program Langit Biru yang diterapkan sebagai bentuk mendukung dan menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih dan pastinya akan berguna juga bagi masyarakat dengan berkurangnya polusi berlebihan dari kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar tidak berorientasi pada lingkungan
ReplyDeleteBetul banget supaya bumi kita makin bersih.
DeletePremium harganya murah, tapi rugi. Sebab dampak negatifnya bukan saja pada jarak tempuh yang lebih pendek, kendaraan juga cepat rusak. Setuju. Buktinya suami saya yang selalu pakai pertamax, motornya awet. Udah 13 th. Hampir tak pernah berulah.
ReplyDeleteBelum lagi kerugian terhadap kesehatan lingkungan akibat polusi udara. Terima kasih ulasannya Mbak Mugniar
Betul banget Bu Nur. Terima kasih juga sudah membaca.
DeleteIsu bahan bakar memang selalu seksi ya mbak.
ReplyDeleteSebab memengaruhi hajat hidup semua orang baik langsung maupun tidak langsung. Tak heran jika keputusan tentang BBM sering (atau bahkan selalu?) beraroma politis. Sebagai masyarakat awam, pasti mau-mau saja bahan bakar yang ramah lingkungan. Tapi harus diakui masih sering terkendala pada kemampuan ekonomi. Bahan bakar ramah lingkungan sekaligus ramah kantong?? Hmmmmh....
Nah itu dia, Mbak ... bagaimana supaya ada solusi yang ramah lingkungan sekaligus ramah kantong.
DeleteSemoga harga BBM ramah lingkungan itu bisa terjangkau oleh masyarakat, ya, sehingga mereka mau menggunakan BBM ramah lingkungan.
ReplyDeleteOh iya, saya baru tau kalau mengkudu itu bisa menyerap polusi udara. Jadi kepikiran untuk menanam pohonnya di depan rumah, deh!
Semoga, Mbak ...
DeleteBoleh juga tuh tanam mengkudu tapi hati-hati mengkonsumsinya hehe.
Aku baru tau kalau mengkudu itu bisa menunjukkan kualitas udara. Padahal buah ini jadi salah satu primadona herbal saat ini ya, Mak. Kalau aku perhatiin langit di sekitar tempat tinggalku sekarang lebih cerah. Tapi sedihnya ini disebabkan pandemi yang bikin mobilitas kita berkurang. Padahal langit biru bisa tetap terwujud tanpa adanya pandemi seperti ini
ReplyDeleteNah iya Mbak .. primadona herbal ini konon yang pohonnya ditanam di daerah yang jauh dari keramaian, sekira ratusan kilometer, di mana tak ada polusi asap kendaraan bermotor.
DeleteSemoga program langit biru bener-bener terwujud ya mbak, dengan semua support dari seluruh warga. Apalagi itu untuk ke depan supaya lebih baik lagi diwariskan pada anak cucu kita nanti. Love juga sama artis Nadine yang sangat care pada lingkungan ya, buktinya polling kecil2an itu menunjukkan kepedulian yang tinggi.
ReplyDeleteBenar, setuju. Nadine keren ya .. koq terpikir bikin polling kecil-kecilan. Dia care sekaligus cerdas, masya Allah.
DeleteProgram yang harus banget dibumikan sehingga banyak dikenal. Oleh karena itu program bumi langit ini harus sampai mengedukasi ke masyarakat ya.
ReplyDeleteWah iya ... untuk bumi dan langit kita yang sehat ya Mbak.
Deleteskor AQI makin meningkat ya mbak apalagi dari kendaraan bermotor. Makanya perlu banget memakai BBM yang ramah lingkungan. Mahal sedikit tapi sebenarnya bisa menghemat mesin kendaraan juga
ReplyDeleteIya benar, supaya skor AQI-nya turun ya.
DeleteAKu jadi ingat saat KKN, kak Niar. KKN ku di Pertamina Balongan, Jawa Barat yang emamng tempat mengolah minyak mentah dan kemudian didistribusikan ke bagian wilayah Jawa.
ReplyDeleteProgram ini sudah lama sekali dan alhamdulillah, aku rasa sudah cukup banyak masyarakat yang teredukasi mengenai Program Langit Biru.
Harga memang beda, tapi kesemua nilai yang sudah di teliti di lab, hasilnya menjaga mesin kendaraan dengan baik karena terjadi pembakaran sempurna di mesin.
Hihii...ini hampir jadi project tugas akhirku, soalnya.
Nah padahal sudah lama ya Mbak Lendy. Saat ini harus disegerakeun ya keberhasilan program Langing Biru ini.
DeleteIya..kak Niar.
DeleteSosialisasi ini memang baiknya dimulai dari keluarga sendiri. Hehehe..karena Bapak rahimahullah dulu kerja di Pertamina.
Jadi sedikit banyak tahu mengenai pentingnya BBM yang ramah lingkungan.
Edukasi terus-menerus memang penting, ya. Tapi setuju dengan Nadine, jangan banyak-banyak diberikan sekaligus, nanti malah eneg, hehehe.
ReplyDeleteBtw soal teknologi jika salah memasukkan BBM mobil bisa mogok, menarik juga itu ya :)
Haha iyes, edukasi itu harus sdikit demi sedikit ... pastikan masuk dulu setahap demi setahap ya, Mbak. Jangan sampai kebanyakan dan masuk di telinga kiri, keluar lagi di telinga kanan hahaha.
Deletelangit biru semoga tetap bisa dinikmati anak-anak generasi kita ya mak
ReplyDeletebahan bakar pun kudu kita pelan-pelan mulai kurangi semoga makin banyak yang sadar
Iyes, untuk generasi pelanjut kita ya Mak.
Deleteprogram ini memang sangat bagus ya mbak
ReplyDeletetujuannya kece, pelaksanaan nya harus lebih optimal lagi ya mbak
biar langit biru bisa terus kita nikmati
Semoga ya .. aamiin.
DeleteTema webinarnya bagus ini mbak, semoga BBM ramah lingkungan benar-benar bisa diterima masyarakat sehingga tidak banyak menghasilkan polusi udara ya mbak
ReplyDeleteIyes, semoga segera terwujud ya Mbak.
DeleteYuh..yuh..beneran bisa ngaruh ke tanaman juga ya mbak mugniar? saya baru tahu, segitu beresiko ya dampak polusi bagi alam dan seisinya (manusia, tumbuhan). Memang premium murah dah masyarakat lebih memilihnya, tapi efek jangka panjangnya juga malah bikin rugi lo ya sebenarnya. Semoga program langit biru ini berjalan lancar tanpa kendala, no demo-demo
ReplyDeleteIya lho ternyata, Mbak ... kasihan mengkudunya .. eh tapi dia membantu juga sih ya, kita jadi tahu kualitas udara kita juga.
DeleteSemoga program nya teralksana dan terwujud. Aamiin dan bisa terelasisasikan ke masyarakat
ReplyDeleteAamiin, semoga segera ya Mbak.
DeleteAku itu kan terbiasa pake pertamax ya, hihi.. pas suatu hari uangnya udah mulai menunjukkan siaga II, aku nyobain pake satunya. Itu di mesin emang kerasa banget kok beda tarikan motornya. *Jiaaaah malah curhat
ReplyDeleteKalau sudah biasa, kerasa bedanya ya, Mbak 😃
DeleteKami sekeluarga sudah beberapa tahun ini terbiasa pakai pertamax. Dulu pertama pakai karena malas antre, sekarang karena sudah terbiasa. Lebih enak juga motor dan mobil dibawanya. Walaupun kalau untuk mobil sesekali masih pakai pertalite. Semoga program ini terlaksana dengan baik.
ReplyDeleteDulu sempat dengar juga berita kalo premium bakal dihilangkan. Tapiii sekarang masih ada. Walau di SPBU tertentu sudah banyak yang nggak sedia. Rupanya terkait masalah polusi. Semoga bisa terwujud programnya :))
ReplyDeleteJadi inget fenomena yg terjadi kemarin, gunung Pangrango terlihat jelas dari kota Jakarta, mungkin karena pandemi jadi yg pemakaian BBM di ibukota pada irit. Tapi semoga ini tetap berlanjut, dukung banget program langit biru ini agar udara tetap bersih sampai seterusnya ya mba :)
ReplyDeleteSaya suka gemes sendiri sama kebijakan pemerintah soal kebijakan BBM ramah lingkungan. Program Langit Biru ini tuh udah ada sejak 15 tahun lalu tapi kayak cuma pemanis doang kesannya. Baru rame kalau ada isu lingkungan yang mencuat atau kondisi negara kudu berhemat secara ekonomi. Jadi kayak maju mundur cantik ala princess Syahrini gitu, hihihi. Antar lembaga mesti kompak nih. Program Langit Biru tuh urgent banget ya Mbak apalagi kondisinya bumi sekarang tuh perubahan iklimnya kalau kata istilah anak gen Z: levelnya udah damage. Semoga tulisan ini menginspirasi para pembuat kebijakan energi dan lingkungan.
ReplyDeleteSemoga program Langit Biru ini bisa terus maju dan terlaksana serta diterima dgn baik oleh semua lapisan masyarakat Indonesia. Sebenarnya program2 seperti bagus banget yaa apalagi basisnya ramah lingkungan. Namun, memang sosialisasi dan edukasinya ke masyakarat harus gencar. Banyak masyarakat yang menganggap remeh hal2 seperti ini sehingga ujung2'y yaa balik lagi ke BBM subsidi. Padahal udah tinggal 7 negara yang pake Premium TERMASUK Indonesia, sedih amat bacanya ya. Rasanya kita ketinggalan banyak langkah sama negara2 lain. Semoga bisa berubah deh..
ReplyDeleteLho kaget saya ada yang nggak mau dukung bbm yang ramah lingkungan. 9% pula ya mbak, ish cubit saja itu orangnya mbak hehehe...program sebaik ini kog ada saja yang nyebelin
ReplyDeleteYes.. bbm ramah lingkungan. Semiga ke depannya lebih baik.
ReplyDeleteBtw, saya juga baru tau kalau buah mengkudu menyerap racun dariingkungan
Harusnya memang pemerintah maupun swasta sering2 memberi edukasi kepada warga masyarakat untuk mau menggunakan bbm ramah lingkungan. Saya aja mau kok menggunakan kalau ada bbm ramah lingkungan.
ReplyDeletePengunaan BBM ramah lingkungan sepertinya menjadi sebuah keharusan ya kak, Semoga program programnya tercapai dan lingkungan tetap terjaga sampai bila pun.
ReplyDelete