Berbagi Kisah Inspirasi Ibu Menulis di Radio Telstar – Waktu belajar public speaking sama Iskandar – founder Ispeak Indonesia, beliau mengatakan hal yang kurang lebih maksudnya adalah bahwa tahap berikut dari public speaking adalah mencari kesempatan untuk bicara. Maksudnya, tahapan setelah awal belajarnya yang mudah grogi dan gugup. Berikutnya bisa jadi malah mencari cara untuk berbicara.
Nah, saya yang introvert
ini rasanya mulai terbawa ke arah sana. Maksudnya ketika diminta untuk
bercerita mengenai dunia saya, bisa saya rasakan satu jam kurang untuk berkisah.
Jadi kalau waktunya hanya setengah jam, diusahakan bagaimana yang saya omongkan
bisa padat karena menceritakan banyak hal.
Bisa jadi kemudian nanti
banyak yang tertarik untuk menulis dengan baik atau dengan serius berbagi
kebaikan melalui tulisan. Sekecil apapun itu, saya percaya bisa membawa orang
lain kepada jalan kebaikan yang serupa.
Bertandang ke
Radio Telstar
Maka sewaktu diundang ke
studio Radio Telstar, saya menyambut gembira. Awal Januari pertama kali dihubungi,
saya minta waktu setelah tanggal 21 karena baru habis sakit. Putra bungsu saya
juga baru habis sakit yang sama: berulang kali muntah, mencret, dan badan
sempat demam dan merasa kedinginan sampai keringat dingin.
Alhamdulillah Bang Melki Loken dari
Radio Telstar menghubungi lagi jelang tanggal 21 dan bertanya apakan saya
bersedia datang ke studio pada tanggal 23 Januari. Maka, sekitar pukul setengah
8 pagi lewat saya sudah berada di jalan Ali Malaka, depan sebuah bangunan
tinggi. Walau tak ada tanda berupa plang nama Radio Telstar, nomor 26 menjadi
penanda gedung inilah yang saya tuju.
Begitu turun dari motor, seorang perempuan berjilbab juga turun dari motor yang memboncengnya. Dia mengangguk membenarkan ketika saya bertanya, “Di sini Radio Telstar?”
Memori saya sungguh buram
padahal saya pernah mendatangi bangunan ini 6 tahun lalu untuk mengambil hadiah
kuis Twitter. Bahkan saya menuliskannya di dalam tulisan berjudul: Ngobrol
Santai di Radio Telstar.
Perempuan itu langsung
paham ketika saya menyebut nama Bang Melki. Dia sudah tahu, itu artinya saya
datang untuk suatu segmen talkshow pagi itu. Dia mempersilakan saya
masuk ke dalam gedung. Kami langsung masuk ke bagian dalam karena di ruangan
depan, sebuah mobil masih terparkir.
Tak lama kemudian, Bang
Melki keluar dari bilik siar untuk menemui saya. Saya mengenalinya karena sudah
melihat fotonya di akun Instagramnya. Pertama kali menghubungi, Bang Melki
mengontak saya melalui direct message Instagram. Dia meminta saya
menunggu untuk giliran saya sebentar lagi.
Selama menunggu, saya
bercakap-cakap dengan perempuan yang datang bersamaan dengan saya tadi. Dengan
disinfektan, dia menyemprot ruangan kerja yang berisi peralatan perkantoran,
tempat saya menunggu. Ada sejumlah komputer dan peralatan lainnya di atas meja-meja
putih berderet panjang dalam ruangan itu.
Pada sebuah white board
besar di dekat dinding di depan bilik siar tertempel pengumuman tata cara
penyiaran radio selama pandemi. Sejumlah protokol harus dilakukan guna menjamin
kantor dan bilik siar tidak diinapi virus
corona.
Saya bertanya tentang
disinfektan yang dipergunakannya. Dia bertanya tentang aktivitas menulis yang
saya lakukan. Kami sempat ngobrol tentang podcast juga. Menurut saya, orang
radio cocok sekali punya podcast. Selama bercakap hingga meninggalkan lokasi
entah berapa kali saya mengenakan hand
sanitizer.
Dalam pekerjaannya, para
pekerja radio bertemu dengan banyak orang dan menemui berbagai hal/topik.
Menarik sekali jika bisa menyisihkan waktunya untuk berbagi cerita melalui
podcast. Yang sederhana saja, tidak usah yang rumit, merekam suara saja. Nanti
sekaligus bisa jadi dokumentasi sejarah diri juga.
Cerita dari
Bilik Siar
Masih pengen ngobrol lama
dengan staf Radio Telstar yang menemani saya berbincang namun waktunya berbagi
kisah di dalam ruang siar tiba. Bang Melki mengajak saya masuk ke dalam ruangan
berluas sekitar 12 meter persegi. Di dalamnya sudah ada seorang penyiar
perempuan berkacamata yang kemudian saya tahu namanya Jenifer Bahar. Ah, rupanya mereka berduet melakukan siaran
pagi ini.
Saya duduk di kursi yang
letaknya tak jauh dari pintu. Bang Melki duduk di sebelah kiri saya. Kak
Jenifer duduk di seberang saya. Di antara kami ada meja yang di atasnya
terletak peralatan siaran. Di sebelah kanan Kak Jenifer juga ada perangkat
komputer/elektronik untuk siaran. Pun di depan Bang Melki ada komputer desktop
yang memuat jadwal dan naskah siaran.
Saya masih menunggu keduanya
siaran selama sekira 10 menit. Mereka membahas mengenai banjir Makassar saat
itu dan tentang keberadaan gudang-gudang barang di tengah kota yang menyalahi
aturan wali kota Makassar. Saat keduanya break sejenak, kami
membicarakan mengenai apa yang akan diperbincangkan dalam segmen berikut.
Kami membincangkan
bagaimana menulis yang baik. Menurut saya ya menuliskan hal-hal baik, minimal
di media sosial yang bisa dilakukan oleh siapapun. Di blog juga mudah. Bahkan
bungsu saya yang speech
delay bisa tahu-tahu sudah punya blog – baru blognya, belum ada isinya
haha.
Anak saya ini tidak mudah memahami pelajaran sekolahnya tetapi dia bisa menggunakan komputer, gawai, dan aplikasi-aplkasi di dalamnya. Tanpa sepengetahuan saya, tahu-tahu saja dia buat akun email dan blog sendiri. Tujuannya supaya bisa ikut berkomentar di blog saya hahaha. 😁
Maksudnya, sebenarnya
ngeblog itu mudah asalkan kita sungguh-sungguh mau belajar. Siapapun yang
familier dengan media sosial semisal Facebook, seharusnya mudah mempelajari
blog. Mengapa? Karena pembuatan dan pengoperasiannya sangatlah user
friendly.
Menulis buku juga, bisa
dipelajari, koq. Banyak lho ibu rumah tangga yang menulis buku dimulai dari nol
pengetahuan, bermodalkan semangat yang tinggi. Semangat belajar dan menulis
tentunya, bukan sekadar semangat bilang MAU dengan suara keras tapi no
action.
Seperti biasa, berbincang dengan jurnalis radio selalu saja asyik. Tahu-tahu waktunya habis. Kami membicarakan mengenai apa saja yang bisa dilakukan ibu rumah tangga dalam dunia menulis dan blogging.
Well, selengkapnya tentang
perbincangan kami bertiga, bisa didengar melalui podcast di atas. Terima kasih
Bang Melki, telah memperbolehkan saya mengunggah file rekaman talkshow
di akun podcast saya.
Makassar,
28 Januari 2021
Share :
Wah, keren Mbak Niar, bisa berbagi inspirasi menulis di Radio Telstar. Jadi tahu saya dari cerita ini seputar bilik raio.
ReplyDeleteSukses untuk aneka kegiatan lainnya ya Mbak
Seorang introvert dan sukses dalam berbagai bidang kepenulisan Mbak Mugniar. Saya termasuk yang introvert juga mbak. Tetapi, jika si introvert bertemu dengan orang yang pandai / asyik membawa onbrolan, bisa jadi si introvert ini malah mampu menguasai pembicaraan
ReplyDeleteAwalnya susah, tapi terbawa keadaan. pernah saking asyiknyapun saya ngobrol berjam-jam. tapi jika di awal kurang sreg dengan yang akan menajdi lawan bicara ya, bisa cuma menjawab atay berbicara patah dua patah kata saja
Betul sekali Mbak, ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh ibu rumah tangga. Sampai hari ini, saya masih bertanya tanya, apa yang telah saya pelajari, sebaiknya diapain ini yaaa.
Mak Niarrrr, luar biasaa, selalu konsisten berbagi kebaikan yaa
ReplyDeletesemoga berkah berlimpah senantiasaa, aamiiin aamiiin ya robbal alamiin
Selamat ya jadi bisa dan suka cuap2 sekarang. Iya sih, dunia penyiar emang cocok banget ngisi podcast.
ReplyDeleteSeru nih ngobrol di radionya Maaak. emang bener, ngeblog itu banyak sukanya daripada dukanya. Btw suara penyiarnya merdu-merdu nih
ReplyDeletelucu banget anaknya mba. Dia mau menulis komen ya. Suka menulis jg seperti ibunyaa ya mbaa. Dulu pengin banget siaran radio. Suka banget dengerin radio...
ReplyDeletehehehe... lucunya si bungsu bikin akun blog supaya bisa berkomentar di blog mamanya.
ReplyDeleteEmang ya mbak, kalau membicarakan topik yang dikuasai itu waktu berjam jam terasa singkat
Yay, seru yah bisa siaran di Telstar. Semoga makin banyak yang terinspirasi untuk menulis hal-hal positif. Anak-anak emang canggih deh urusan gawai. Enggak pakai diajarin step-by-step eh bisa sendiri.
ReplyDeleteKeren mba, semoga makin sukses. Kalau lihat siaran begini, jadi kangen masa sekolah
ReplyDeleteIya kalau ngobrol dengan penyiar radio itu asyik ya karen bisa membuat kita yang gugup jadi nyaman dan lebih cerewet bercerita..radio Telstar kangen banget..
ReplyDeletebener banget saat ini memang lagi ngetren banget tentang Pod case dan sepertinya dengan kita berkunjung ke radio seperti ini sangat bermanfaat banget
ReplyDeleteAuto follow akun spotify kak Niar.
ReplyDeleteSenang sekali bisa membicarakan hal yang menyenangkan dan berbagi apa yang kita tahu melalui radio yaa, kak.
Barakallahu fiik, kak Niar.
Mak Niar emang keren. Pastinya deh, sharing kisah menulisnya akan menginspirasi banyak orang. Terutama perempuan. Duh aku malu deh dengan semangat Mak Niar. Harus belajar banyaaaak.
ReplyDeleteJadi ingat ketika diwawancara dan diajak talkshow gitu juga di radio mba. Penyiar itu kok ya adaaa aja bahan yang ditanyakan ya, kayak ga pernah putus idenya. Jadinya perbincangan juga mengalir dengan asyik meskipun kadang kita merasa mati gaya heheheee...
ReplyDeleteMbak Niar makin berkibar, terus berbagi di mana saja ya. Btw anak saya sempat kayak anaknya Mbak Niar gitu, dia tanya kalau mau komen di blognya ibuk apakah harus punya blog? Aku bilang pakek email aja gpp, akhirnya dia gak jadi minta diajari bikin blog, padahal harusnya biar aja ya, biar dia mau menulis, heuheu. Gak peka akutuh.
ReplyDeleteSaya juga suka kalau diajak ngobrol di radio
ReplyDeleteSuka cuap cuap dan memberikan informasi seputar apa yang diketahui itu menyenangkan
Barokallah ya bun, sudah berbagi hal yang sangat bermanfaat, aku mau dengerin ah nanti Heehehe biar mau belajar juga.
ReplyDeleteMasyaa Allah tabarokallah. Topik yang diangkat saat siaran menarik banget Kak. Selama ini sebenarnya banyak orang yang bisa menulis tapi masih mengganggap gak bisa nulis. Kalau bikin status atau caption bisa panjang lebar. Itu kalau dicopas ke word bisa 1 atau 2 halaman padahal,
ReplyDeleteSejak dulu pengen deh nyobain ngomong di mix radio hehehe. Kebayang senengnya bisa berbagi kisah ya Mba. Masyaallah tabakallah.
ReplyDelete