Daur Ulang Lauk Sebagai Gaya Hidup Minim Sampah Makanan – Ibu-ibu, bagaimana perasaannya menghadapi sampah makanan setiap harinya? Jujur, saya sering kali merasa miris karena tidak semua lauk habis dengan sempurna. Bukan berarti tidak pernah habis lho ya.
Ada saatnya lauk habis tak bersisa atau habis setelah diolah lagi keesokan harinya. Sebagai satu-satunya penjaga garda belakang (dapur), bahagia sekali rasanya kalau sama sekali tidak ada makanan yang dibuang.
Sebaliknya, kalau ada sampah makanan, rasanya pilu. Kalau mau dihabiskan tak mungkin dong saya habiskan semua sisa makanan. Makanya sebisa mungkin saya akali supaya bisa habis, paling tidak kami bisa meminimalkan sampah makanan.
Baru-baru ini, saya
membaca di website Bandung Food Smart City bandungfoodsmartcity.org bahwa
Indonesia adalah negara yang menduduki peringkat kedua setelah Arab Saudi dalam
hal membuang-buang makanan. Setiap tahunnya terdapat 13 juta ton sisa makanan
terbuang di Indonesia. Angka ini setara dengan 500 X berat Monas.
Dalam sebuah artikel di Kompas.com, disebutkan bahwa jika dirata-ratakan, setiap orang di Indonesia membuang 300 kg sampah makanan setiap tahunnya. Sumbernya dari laporan berjudul “Fixing Food: Towards the More Sustainable Food System” yang dirilis The Economist pada 2011[1].
Konon jumlah makanan terbuang ini, sama dengan dapat dipenuhinya konsumsi bagi angka kelaparan di Indonesia yang mencapai 28 juta orang.
Makin miris rasanya. Kita
semua punya andil dalam hal ini padahal ada banyak orang yang kekurangan
makanan karena di lain sisi, Indonesia masih terus berjuang dalam menekan gini
ratio (koefisien yang digunakan untuk mengukur kesenjangan pendapatan dan
kekayaan). Jurang antara si kaya dan si miskin masih ada.
Dalam Forum
Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan yang berlangsung tahun 2018 lalu, Drs.
H. Jufri Rahman, M. Si. – Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Selatan saat itu
mengungkapkan sebuah hasil penelitian yang memaparkan bahwa Indonesia adalah
negara paling timpang ke-4 di dunia. Pak Jufri mengatakan bahwa di Indonesia, 10
persen dari total penduduknya menguasai lebih dari 77 persen aset yang ada[2].
Perlu diingat, rasio gini saat itu adalah 0,39 sementara rasio gini dalam pantauan Biro Pusat Statistik (BPS) pada September 2020 adalah sebesar 0,385. Khusus gini ratio perkotaan pada September 2020 adalah sebesar 0,399[3]. Masih cukup besar!
Sumber infografis: Mylanta https://www.brilio.net/serius/5-fakta-sampah-makanan-di-indonesia-bisa-beri-makan-28-juta-orang-180524f.html |
Oleh karena itu,
mamak-mamak seperti saya ini perlu membangun dan mempertahankan “gaya hidup minim sampah
makanan”
dalam keluarganya. Jujur, untuk saat ini saya masih terus belajar dan mencoba
menerapkan apa yang bisa saya terapkan. Coba saya uraikan ya.
1. Beli dan
Beri Bahan Kebutuhan Pokok Sesuai kebutuhan
Awalnya saya
agak minder, mengira diri saya pelit padahal saya sedang berhemat dan rasanya
sayang kalau terlalu banyak food waste yang bisa
dihasilkan. Saya biasa membeli bahan makanan ataupun makanan yang sudah
diperkirakan, sesuai dengan kebutuhan alias tidak berlebihan.
Karena kebiasaan
ini sampai-sampai saya merasa sedih ketika tiba-tiba suatu malam – lepas isya
ada yang mengoleh-olehi seekor ikan bandeng yang ukurannya sebesar dan
sepanjang kaki orang dewasa: dari pangkal paha hingga ke betis!
Walaupun agak
merasa bersalah, sesuai realita dan logika, saya menolak pemberian itu dan
menyarankannya membawa saja ke tempat yang akan didatangi oleh sang pemberi.
Hari sudah malam, saya sudah lelah. Tidak mungkin berkutat dengan ikan sebesar
itu. Lagi pula kami tak punya tempat penyimpanan (freezer) yang bisa
menampung ikan sebesar itu.
Saya juga tak
sanggup jika harus membagi-bagikan ke orang lain karena tenaga saya sudah
terkuras dengan urusan rumah dan anak-anak semenjak pagi hari hingga malam itu.
Saya tak punya asisten rumah tangga atau orang yang bisa disuruh-suruh. Maka
jalan yang paling masuk akal adalah menolak pemberian itu.
Hal ini untuk
memberikan pelajaran bagi sang pemberi dan bagi diri saya sendiri supaya ketika
mengoleh-olehi sesuatu untuk seseorang, pertimbangkan juga kondisi dan situasi
dari orang yang menerima oleh-oleh itu. Pemberian hendaknya diperkirakan pula
sesuai dengan kebutuhan. Jangan sampai justru merepotkan atau malah menjadi
sampah karena berlebihan.
2.
Memasak Sesuai Kebutuhan
Sebagaimana
membeli bahan, seperti itu juga saya menyelenggarakannya. Makanan yang
terhidang, sesuai dengan kebutuhan, tidak berlebihan. Anak-anak diusahakan
belajar mengonsumsi makanan seperlunya, tidak berlebihan, tentunya orang tuanya
memperlihatkannya pada anak-anak.
3.
Memakan Lauk yang Sama atau “Apa yang Ada”
“Makan yuk,” ajak saya kepada anak-anak.
“Makan apa kita?” tanya salah satu dari mereka.
“Makanan yang sama dengan yang tadi siang.”
“Sudah tadi!”
“Lho memangnya kenapa kalau sudah? Kalau masih ada ya dimakan lagi. Makan apa yang ada!”
Untuk anak
yang picky eater, memakan makanan yang sama atau “apa yang ada” awalnya
susah. Alhamdulillah, lama-kelamaan bisa juga.
Orang tua
sering kali dituntut bisa menentukan dengan tepat kapan boleh menyenangkan
anak-anak dengan makanan enak yang berbeda dan kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan
anak untuk nrimo atau qana’ah (menerima dan bersyukur dengan apa
yang ada).
Logika awam
saya berpikir, kalau saat masih kecil saja anak sudah terbiasa memperoleh semua
yang dia inginkan (bukan butuhkan), apatah lagi saat dia dewasa nanti.
Bisa-bisa tanpa kita sadari, kita “tercekik” sendiri dengan permintaan anak
karena selalu memenuhinya.
Siapa sih
yang tak sayang anak? Namun tentunya harus disesuaikan dengan kondisi real kita
sendiri, bukan? Juga menimbang efek jangka panjangnya. Memang tricky
sebab antara rasa sayang, egoisme, dan idealisme berkelindan dan bertaruh. Saya
yang jadi orang tua sejak 20 tahun lalu masih harus terus berusaha
menerapkannya.
4.
Mendaur Ulang Lauk Menjadi Lauk yang Berbeda
Mendaur ulang
lauk menjadi lauk yang berbeda adalah salah satu cara praktis, murah, dan
menarik untuk menyajikan makanan berbeda di meja makan. Hal ini juga sekaligus
menjadi gaya hidup minim sampah makanan, bahkan bisa saja menjadikan kita bebas
sampah makanan.
Berikut ini 3 resep masakan khas daur ulang ala saya:
a. Ayam/Ikan
Tumbuk Bumbu Tumis Bawang dan Tomat
Cara mengolah kembali lauk berupa ayam/ikan. |
Jenis makanan ini nyaris tidak pernah alpa dari meja makan kami. Biasanya sisa ayam goreng atau ikan goreng tidak akan tersentuh lagi karena semakin lama jenis lauk tersebut menjadi lebih keras dan kurang nikmat lagi. Ayam atau ikan goreng bisa diolah lagi menjadi makan lezat, begini caranya:
- Tumbuk ayam/ikan sehalus mungkin. Di rumah kami memiliki cobek dan ulek yang terbuat dari batu. Cobek yang berongga cukup dalam ini memungkinkan kami mengulek daging ayam dan ikan goreng menjadi cukup halus.
- Iris tipis bawang putih, bawang merah, dan tomat. Satu jenis bawang, tomat, dan garam secukupnya merupakan seminim-minimnya bumbu. Kalau suka bisa dikreasikan dengan menambahkan bahan lain seperti merica, daun bawang, dan sebagainya.
- Tumis bumbu dengan minyak goreng sampai harum, masukkan ayam/ikan yang sudah ditumbuk. Aduk perlahan hingga semua bahan tercampur rata dan aromanya sedap. Tak perlu lama dalam menumis karena ikan/ayamnya kan sudah masak.
Oya, jenis masakan
ikan/ayam yang diolah tak harus ikan goreng ya, bisa juga berasal dari pindang ikan, opor ayam atau ayam atau
ikan bakar. Penambahan daun salam
boleh jika dirasa perlu sebab daun salam bisa menghilangkan aroma lauk yang
sudah mulai berubah.
b. Perkedel
Sayur
Banyak jenis sayur yang bisa
dijadikan perkedel sayur, tentunya yang belum lama dimasak, ya. Mau itu bahan sisa sayur sop atau kangkung tumis,
atau sayur tumis lain yang jumlahnya kebanyakan. Caranya:
- Parut atau ulek bawang putih dengan garam. Kedua bahan ini seminim-minimnya bumbu.
- Saya biasa menambahkan bahan sayuran yang ada dengan wortel parut, irisan halus kol, dan daun bawang. Kadang-kadang saya tambahkan tahu yang sudah dihaluskan juga.
- Campurkan semua bahan sayuran dengan tepung. Akhir-akhir ini saya senang menggunakan tepung beras tanpa telur.
- Bisa juga ditambahkan telur. Jika ingin 1 saja bisa, bisa juga lebih tapi nantinya jadi semacam omelet, bukannya perkedel. Kurangi saja jumlah tepungnya.
- Adonan perkedel (3) diaduk sampai rata dengan bumbu. Bentuk sesuai selera lalu goreng di dalam minyak panas.
Cara mengolah sayur menjadi perkedel. |
c. Sambal Ikan
Kalau kalian penyuka
sambal bernama dabu-dabu, sambal ikan ini mungkin terasa lezat bagi kalian.
Begini caranya:
- Siapkan bahan berupa ikan goreng yang sudah berusia 1 – 2 hari. Suwir-suwir.
- Ulek bawang merah dan tomat sampai halus. Masukkan ikan yang sudah disuwir-suwir lalu ulek/tumbuk dengan bumbu. Jika suka, bisa tambahkan cabe rawit atau sambal tumis yang ada.
- Pindahkan ke piring saji, campurkan dengan sedikit minyak goreng (bisa minyak jelantah). Bisa juga minyak wijen kalau suka.
Sambal ikan (kanan). Asalnya dari ikan goreng yang ukurannya sama dengan ikan goreng yang sebelah kiri. |
Istimewanya sambal ikan ini, untuk 1 potong ikan goreng kecil yang biasanya satu kali makan saja, sambal ikan ini bisa saya makan sebanyak 2 – 3 kali. Atau dimakan bersama 2 – 3 orang. Tapi harus diingat, sambal ikan ini lebih mudah basi daripada yang ditumis.
🍰🍱🍩🍵
Saya pernah dicemooh
karena menuliskan resep daur ulang lauk.
Sempat ciut juga hahah. Untungnya saya tidak membuang kebiasaan daur ulang lauk
itu dan saat menuliskan ini saya makin yakin manfaatnya bisa sedikit menyumbang
dalam meminimalkan sampah makanan yang kita hasilkan. Bagaimana dengan Anda?
Makassar,
4 April 2021
[1] https://www.kompas.com/food/read/2020/10/13/171900475/indonesia-negara-penghasil-limbah-makanan-peringkat-kedua-tertinggi-di?page=all#:~:text=Hal%20tersebut%20tercantum%20dalam%20laporan,sekitar%20300%20kilogram%20setiap%20tahunnya.
Diakses 4 April, pukul 13:37 WITA.
[2] Silakan tonton ulang di channel YouTube Smeru: https://youtu.be/r7Y1kSPjKVc.
[3] Sumber https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/02/15/1852/gini-ratio-september-2020-tercatat-sebesar-0-385.html
diakses 3 April 2021 pukul 23:20 WITA.
Share :
kalau aku karena bekerja makanya masak hanya satu kali saja dan secukupnya, kalau malam sisa sedikit paling nambah goreng tempe atau telur. dan anak2 dibiasakan ambil makanan secukupnya , kalau kurang baru nambah.kalau masak sisa makanan aku kurang kreatif . biasanya aku jd kompos saja
ReplyDeleteJadi kompos juga bagus, Mbak. Mengurangi sampah makanan juga ya.
DeleteJadinya gak ada yang terbuang yaa kak. BTW, saya penasaran sama resep perkedel sayur yang tanpa telur itu. Nanti pas ke Rappocini, tolong siapkan ya. Wkwkwk
ReplyDeleteKapan itu? 2031? wkwkwk.
DeleteJangan gitu dong, 2031 kelamaan. Tita dan Afyad sudah ndak lucu lagi. Hahahhaa. Tapi kapan di', ndak ditahu juga jadwal ke Makassar selanjutnya kapan. #gayamutut...
DeleteMerinding deh baca tulisan itu kalo orang kita termasuk yang sering buangin lauk, semoga aku gak termasuk, mubazir memang
ReplyDeleteSemoga kita senantiasa terhindar dari tindakan mubazir
DeleteAh, keren banget ngolah lauk sisanya. Saya ingat dulu ibu saya sering bikin sambal dari tempe semalam. Enak. Dan bikin kangen. Hahaha...
ReplyDeleteKl orang sini biasa mengolah nasi sisa dg dijemur. Nanti diolah lg jd semacam kerupuk. Apa ya namanya, duh, kok lupa.
Kdg pas dijemur tuh diambili sama burung gereja. Hihihi...
Oiya, di daerah saya juga ada yang mengolah nasi sisa, Mbak. Bisa juga kerak nasi disiram air mendidih, nanti bisa dimakan jadi camilan 😘
Deleteaku juga sebisa mungkin mengurangi sampah makanan mba. Memasak secukupnya dan belanja secukupnya juga bisa membantu mengurangi sampah makanan
ReplyDeleteIya, benar banget, Mbak.
Deletememang sudah seharusnya hemat makanan yang dikonsumsi. sayangbanget kalau sampai terbuang karena basi atau sama sekali nggak ada yang makan.
ReplyDeleteBerasanya gimana gitu ya, Mbak kalo lihat makanan basi.
DeleteBu Ibu emang paling nggak tega liat makanan sisa. Rasanya sayang banget kalau mau dibuang. Emang harusnya masak sesuai kebutuhan aja, sih. Cuma kadang dapet makanan dari tetangga atau saudara juga. Kalau aku di rumah, karena tinggal di desa, sisa makanan biasanya buat pakan ikan piaraan di kolam, Mbak. Hehe
ReplyDeleteJika bisa ke hewan peliharaan juga meminimalkan sampah makanan ya, Mbak. 😍
Deletekeren mbaa.. jadi gak ada yang terbuang dan mubazir ya mbaa..
ReplyDeletekalo aku, biasanya yang sering nyisa itu nasi. Alhasil, aku jemur deh nasi sisa, kalau sudah kering ku goreng jadi camilan kriuk-kriuk gurih.. hehe
Wah menarim, ada dituliskah, Mbak gimana prosesnya?
DeleteMemang sedih sekali kalau ada makanan sisa ya. Kami sudah terbiasa makan makanan yang sama, kalau aku sampai 3 kali juga gpp hehe, tapi kalau anak-anak biasanya paling banyak ya 2 kali makan makanan yg sama, lebih dari itu mereka bosan. Paling gampang itu nasi sisa, tinggal dibikin nasi goreng aja esok paginya :D
ReplyDeleteNasi goreng selalu enak ya Mak.
DeleteKalau untuk makanan olahan ikan dan daging mungkin sih bisa ya ya dipakai beragam olahan dan tahan beberapa hari. Tapi kalau sayur sepertinya sulit
ReplyDeleteIya,Mbak. Tidak selalu bisa sih. Kalau sayur misalnya siangnya tidkk habis, malamnya bisa digoreng.
Deletemenarik banget ini mba pembahasannya, untuk mendaur ulang lauk dan memasak menu masakan rumah sesuai yang dibutuhkan
ReplyDeleteYes, sesuai kebutuhan ya.
DeleteSuka sedih ya kalau makanan bersisa tuh, jadinya suka aku kasih ke kucing. Tapi boleh juga nih dicoba resep-resepnya nampak enak dan mudah buatnya hihi makasih mba
ReplyDeleteInnal mubadzdziriina kaanu ikhwanasysyayaatiin. Ini yang sering kita lupakan ya, Mak. Padahal kalau ingat di belahan bumi lain, banyak banget yang kekurangan makanan. Kita, yang dikasih rezeki lebih sama Allah, malah seenaknya. Huhuhu... Ide daur ulang lauk adalah ide cerdas sekaligus bijak, Mak. Salut.
ReplyDeletesetuju banget niiih, kadang ada beberapa temen yang kalo pergi ke pasar bareng segala dibeli dan akhirnya busuk karena nggak termasak, rasanya sayang banget huhu
ReplyDeletekalau dirumah aku sih ... makanan tidak tersisa, karena sebelum makan sudah di ultimatum, ambil nasi secukupnya kedalam piring, bila masih kurang kenyang bisa nambah lagi.
ReplyDeletePengen nangis bacanyaaa...
ReplyDeleteAku masih sering buang-buang makanan..huhuhuhu...kalau ketauan suami suka dimarahin karena gal sesuai kebutuhan.
Sedih banget.
Harus belajar banyak dari pemenuhan antara keinginan dan kebutuhan.
Ya Allah..
DeleteMasih banyak orang yang kesulitan makan, tapi kita yang bisa makan malah membuang-buang makanan.
Huhuu...
Haturnuhun kak Niar. Jadi makan apa yang ada dan mengolahnya dengan baik.
Iya nih peer banget untuk bisa meminimalisir sampah makanan semoga bisa terus lebih baik lagi...
ReplyDeletepeer banegt mba buat meminimalkan sampah makanan, salahs atu cara saya buat menyiasatinya tuh bikin lauk dalam porsi kecil
ReplyDeleteIya nih mbak, skrng juga kalau masak sedikit2 aja supaya gak ada yang terbuang sia2. Wah iya ya yang sisa bisa dimanfaatkan lagi. Aku biasanya nasi kmrn aku bikin nasi goreng buat sarapan keesokan harinya,
ReplyDeleteSayang bangt soalnya kalau buang2 makanan ya
mba anakku seperti aku banget, kalau makan itu harus beda tiap waktu, pagi, siang dan malam, tapi kadang-kadang karena malas keluar buat beli dan gak bisa masak juga ya udah dimakan aja lagi lauknya ternyata ini bisa menjadi salah satu cara untuk meminimalisasi sampah makanan rumah tangga
ReplyDeleteSampah makanan ini memang mengkhawatirkan ya di kita. Termasuk aku nih, huhu seringkali punya makanan bersisa dan dibuang. Harusnya bisa didaur ulang, atau masak sedikit2. Kudu mulai berubah nih kebiasaan ini 😞
ReplyDeleteAku juga kadang daur ulang makanan mbaaa.... seringnya karena balitaku mudah bosan ya, jadi kadang lauk pagi siangnya kudu diotak atik biar kaya baru hihihi
ReplyDeleteaku paling susah nih kalau daur ulang lauk. jadi biasanya aku memilih untuk memasak secukupnya, mengupayakan agar nggak ada makanan yang terbuang sejak awal. kalaupun ada sisa, biasanya kami berikan ke kucing kampung yang suka main ke rumah hihi
ReplyDeleteSerius nggak nyangka kalau rupanya orang Indonesia itu berada di urutan nomor dua yang paling banyak membuang makanan setelah Saudi. Dan rata2 tiap orang membuang makanan hampir 3 kwintal per tahun. Ide daur ulang lauk Mbak Mugniar ini unik dan solutif. Keren mbak!
ReplyDeleteSaya termasuk yang sering daur ulang makanan. Meskipun selalu berusaha masak sekali habis. Tetapi, ada kalanya bersisa. Sayang banget kalau dibuang begitu aja
ReplyDeleteMubazir sih ya memang kalau terbuang makananya, apalagi ada di wilayah lain yang mungkin sedang membutuhkan. Kuy lebih peduli lagi untuk kurangi sampah makanan
ReplyDeleteWah sama kek suamiku kalau ada ikan atau ayam gak abis sukanya dicampur sambal dan disuwir2 gtu, kdng ditambah belimbing wuluh biar ada asem2nya hehe
ReplyDeletebenar banget mbak niar, harus kreatif ya olah menu
ReplyDeletebiar g menambah jumlah sampah makanan, krn sampah makanan ini termasuk yg paling banyak jumlahnya di TPA
Masyaallah kreatif banget Bun. Salut saya. Aku palingan sisa lauk kmrn jadiin nasi goreng. Hehe atau dimakan buat sarapan. Tapi kalau sayur jarang sih ga tau kenapa cepat basi kalo udah sehari lebih. Skrg yg sisa ikan ato ayam kadang kl msh ada malah buat makanan kucing. Yg penting ga mubazir
ReplyDeleteMakanya aku selalu wakti wanti sama ibu, kalau masak itu secukupnya karena kuatir ga habis. Mubazir kan mbak, Kalau ada beberapa orang langsung main buang makanan saja kok rasanya eman eman bagiku
ReplyDeleteBeri oleh-oleh ke orang lsin mending makanan siap santap ya mba biar yang menerima tidak kerepotan olah kalau kasih mentah. Kalau makanan yang bisa di olah kembali suka di olah, kalau nggak selalu usahakan habis saat itu juga.
ReplyDeleteAku terbiasa utk ga nyisakan makanan kalo makan, Krn kebiasaan yg diterapin mama dulu mba. Pantang liat makanan bersisa. Trus kami juga biasa kalo masak, siang dan malam pasti menunya sama. Malah kalo nyisa banyak, bisa sampe besok. Aku sih ga masalah begitu.
ReplyDeleteTp ternyata pas nikah, suami punya kebiasaan beda. Dia justru ga suka kalo menu siang dan malam sama. Apalagi dibikin sampe besok :p. Ujung2nya kdg banyak makanan jd hrs kebuang :(. Aku kdg sedih kalo udh gitu. Tp jd belajar, kalo masak ya secukupnya aja. Kalo ternyata kurang pas malam, ya beli :D.
Drpd kebuang kan.
Saya ngiler dengan sambal ikannya mbak. Sepertinya enak :D Btw, saya juga suka mendaur ulang lauk siang mbak. Misal siangnya goreng tahu tempe, malamnya kalau sisa sering saya bikin geprek tempe tahu dan orang rumah udah hepi hehehe
ReplyDeleteSetuju nih Kak dg cara daue ulang lauk ya, ,jd bs dikonsumsi kembali, lagian sbenarnya makanan itu masih enak kok,, jangan dibuang dong.. sayang
ReplyDeleteSoal makan secukupnya ini saya jadi ingat meja makan orang Jepang. Mereka itu mangkoknya kecil2. Porsi ikan dan lauknya juga Sedikit2, tapi beragam. Dulu saya agak geli lihat mereka makan. Kesannya kok pelit banget. Eh sekarang pas udah jadi ibu baru deh terasa bagaimana menyiasati makanan yg gak mubazir, sekaligus tetap memastikan anak suami bis amalan beragam, gak membosankan.
ReplyDeleteMiris banget ya kak. Sampah makanan hingga 13 juga ton yang bila dikonsumsi bisa mengenyangkan 28 juta orang. Saya di rumah selalu menerapkan hidup hemat dengan anak. Saya lakukan agar anak-anak tidak membuang makanan meski hanya sebutir nasi.
ReplyDeleteHarus kreatif ya mba pastinya
ReplyDeleteaku juga tipikal yang suka daur ulang lauk selama masih bisa. kalau nggak bisa, ya aku berikan ke mpuss yang main ke rumah hehe
ReplyDeleteDi saat seperti ini kita mesti kreatif mensiasati makanan supaya enggak terbuang percuma ya mbak.
ReplyDeletebikin masakan daur ulang ini memang salah satu trik yang oke buat menghabiskan lauk yang ada ya, mbak.
ReplyDeleteBener banget nih, sampah lauk pauk gini emang banyak bgt dan baunya itu yg luar biasa.
ReplyDeleteMakanya aku dirumah jg kadang sampah2 makanan yg bisa didaur ulang aku masukin karung dan dicampur pupuk...
Setidaknya mengurangi limbah sampah rumahan
Wah kalau masalah gini ibuku beneran nih, soalnya ibuku tipikial jangan sampai buang makanan. Misalnya nih hari menunya oseng-oseng, eh ternyata masih ada eh besoknya dibikin bothok sama ibuk
ReplyDeletePas aku tanya, lo ini kan makanan kemaren?
"Yaudah makan aja, nggak basi kok" hehe
setuju mba jangan sampe buang makanan karena masih banyak juga yang butuh makan ruar biasa tipsnya mba
ReplyDeleteSalah satu lauk daur ulang favoritku, tumis tempe kecap pedas dari tempe goreng sisa makan siang. Tetap enak buat makan malam, dan yang jelas irit serta minim sampah.
ReplyDeleteThanks Mbak sharingnya. Aku sedih juga, sering buang buang makanan.
ReplyDeleteDuh sama mbak kalau aku ngajak makan anak2, pasti nanya makan apa dan protes kalau makanannya sama dengan sebelumnya. Lalu lagu nasional keluar deh...dulu ya mama tu dimasakin oma dari pagi sampai malam ya makanannya sama, wkwkwk.
ReplyDeleteKalau soal makanan daur ulang juga sama deh...bener2 khas emak ya. Perkedel sayur wkwkwk ini ada sisa sup di kulkas yang rencana mau saya perkedel. Toss dulu...