Kasus sate sianida ini tak urung membuat saya ikut merenung. Menjelajah di peramban, membuat saya menemukan nama lengkap pelaku, wajah orang tuanya, daerah asalnya, dan siapa sasaran “tembaknya”. Makin menegaskan bahwa jejak digital bisa membuat kita jatuh ke dalam lubang yang mungkin tak berdasar.
Mengapa saya bilang demikian?
Karena siapapun bisa mengakses informasi tentang kita hanya dengan mengetikkan
nama. Mengerikannya jika yang ditemukan informasi seperti yang telah dituai
oleh Na – pelaku yang memberikan sate beracun kepada pengemudi ojek online yang telah menewaskan putra sang pengemudi.
Saya teringat kasus
pembunuhan mahasiswi di Makassar yang dilakukan oleh kekasihnya. Si mahasiswi
hamil di luar nikah dan meminta pertanggungjawaban si lelaki tetapi kegalauan
telah membuat si lelaki melakukan kesalahan karena dia kemudian menghabisi
nyawa sang kekasih.
Foto hanya ilustrasi, berasal dari Pixabay.com. |
Ya Allah, mereka masih muda belia. Andai nama mereka disamarkan para pewarta online mungkin masih ada harapan jika si lelaki kelak bertobat dan ingin menjalani kehidupan selayaknya manusia biasa. Namun artikel-artikel di dunia maya telah membunuh jati dirinya. Nama lengkapnya terungkap dengan jelas bahkan nama orang tua si lelaki dan korbannya juga dituliskan.
Ada lagi kasus selebgram
yang juga tewas dibunuh kekasihnya. Pelakunya masih amat muda, sekira 19 – 20 tahun.
Kekhilafan besar membuat aibnya terbuka lebar. Netizen menelusuri
dirinya hingga ke akun Instagramnya.
Dalam sebuah postingan Instagram,
keduanya dijulidin netizen yang sesekali mention akun mereka. Mungkin
kalau didramatisir, sound track-nya berupa lagu Matta yang berjudul
KETAHUAN … Oo kamu ketahuan …
Jadi pengen bilang
ini: WAHAI
PARA PEWARTA ONLINE, BISAKAH PERGUNAKAN HATI NURANI KALIAN?
Para pelaku ditangkap, sedang
atau sudah menghadapi tuntutan hukum … cukuplah bagi mereka. Tolong jangan buat
orang-orang lain ikut terumbar aibnya. Tak perlulah kalian mendatangi orang tua mereka
untuk sekadar bertanya bagaimana perasaan Bapak/Ibu. Tak bisakah kalian
berempati apa yang dirasakan oleh orang tua yang anaknya tiba-tiba menjadi penjahat
atau yang anaknya tiba-tiba tewas dengan cara mengenaskan? Atau kalian tak
punya perasaan?
Saya salut, masih ada segelintir
jurnalis daring yang masih menyamarkan identitas pelaku dengan hanya menuliskan
inisial nama mereka saja tetapi sayangnya, jumlah mereka kalah dibandingkan para jurnalis
yang main bongkar aib orang secara serampangan dengan memuat identitas pelaku
dan orang-orang dekat mereka secara jelas!
Penelusuran dengan kata kunci tertentu menjejakkan nama- nama korban dan pelaku seabadi dunia maya. 😓 |
Hukuman di dunia maya ini jauh lebih kejam ketimbang di dunia nyata. Di dunia maya, nama penjahat akan abadi, seabadi server penyimpan data. Kadang-kadang bahkan sudah dihapus pun, masih bisa muncul judul beritanya dalam pencarian search engine. Ini kejam sekali, teman. Banyak orang yang dibunuh karakternya hanya dalam hitungan hari.
Padahal ….
Allah saja masih memberi
kesempatan manusia untuk bertobat dan memperbaiki diri dan memang, siapapun
bisa berubah menjadi lebih baik. Namun jejak digital yang buruk berpotensi memperberat
langkah orang yang mau memperbaiki diri. Ke mana pun dia pergi, dia bisa
terlacak sebagai mantan pembunuh dan tetap dicap jelek meskipun dia sudah
bertobat.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (54)
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).
Saya tak habis pikir, tega
ya banyak penulis berita habis-habisan mengumbar aib orang. Kalau perlu mereka tak
adil. Misalnya dalam kasus video mesum sekian detik itu. Kini si artis
perempuan banyak dihujat di mana-mana, tawaran job-nya berkurang bahkan
ada yang dibatalkan.
Tahu, apa yang dituai si
lelaki? Dia seperti bintang yang bersinar terang. Di mana-mana jadi bintang
tamu dia. Label negatif lebih ditekan kepada si perempuan sementara si lelaki
kelihatannya biasa-biasa saja tuh padahal boroknya kan sama saja.
Secara tak sengaja saya
pernah melihat sebuah talkshow. Saya tak mengenali bintang tamunya,
selama beberapa menit saya mikir, siapa ya orang ini? Setelah mendengar
namanya disebut-sebut oleh hosts, ingatan saya tertumbuk pada kasus
video mesum sekian detik itu. Oalah, dia diwawancarai bagai bintang
terang di talkshow itu hanya karena kemesuman sekian detik?
Ah sudahlah. Yang mau saya
tekankan, jika ada di antara Anda yang ingin jadi pewarta online, tolong
kemukakan hati nurani, please jadilah jurnalis sensitif gender dan peduli anak. Jangan seenaknya mengumbar aib orang demi menjadi
yang ter-update dan demi jumlah klik. Apa lagi nilaimu sebagai manusia
kalau hati nuranimu sudah tak ada?
Makassar,
10 Mei 2021
Baca juga:
Belajar
dari Sate Sianida: Usulmu Harimaumu
Share :
Iya kak, tidak adil banget untuk kesalahan yang sama, perempuan selalu mendapat perundungan yang berlipat ganda
ReplyDeleteMiris ya Mbak Dew?
Deleteini bukan hanya pendapat saya ... di tivi juga pernah dibahas, soal si artis perempuan yang jatuh terpuruk dan si lelaki yang berkibar
Serem juga ya mba. Apalagi sampai terjadi kasus pembunuhan gitu.
ReplyDeleteSeram banget, Ila.
DeleteJejak digital itu nyata, maka mesti hati-hati dan waspada.
ReplyDeleteDan menyoal hati nurani yang diabaikan oleh para pewarta, memang banyak yang mengutaman page one yang ujung-ujungnya cua..sehingga semua berita diloloskan yang penting viral. Duh!
Setuju juga jika hukuman dunia maya memnag begitu kejamnya!
Kejam, Mbak ... untuk menghapus jejak, harus tahu caranya dan punya duit :(
Deletengeri ya jejak digital tuh, harus makin hati-hati jaman sekarang
ReplyDeleteIyaa kak ngeri ya kalau rekam jejak digital kita jelek, saya selalu berusaha untuk menggunakan sosial media dengan sebaik-baiknya. Semoga selama ini tidak ada yang tersakiti oleh postingan2 saya.
ReplyDeletejejak digital dianggap bisa dihapus dengan delete padahal ada yang sudah lebih dulu menangkap nya dilayar. Jarimu harimaumu ya kak.... duh serem
ReplyDeleteWalaupun media cuma ngasih inisial, warganet bisa nelusuri sampai jauh. Dan kadang akun2 medsos bisa lebih gila lg drpd wartawan. Tp ttp sama2 parah sih kalo sdh berurusan dg aib org
ReplyDeleteAku paling gak suka kalau ada pertanyaan "bagaimana perasaan bapak ibu" kalau ada kejadian2 kek gtu, kek gk ada empati :(
ReplyDeleteTp kdng emang jari netijen Indoensia tu dapat aja lho walau beritanya ditututpin.
Aduhduuuhh, ngeri banget kalo berurusan dgn jejak digital.
ReplyDeletesemoga ALLAH lindungi kita dan selalu beri petunjuk utk berbuat baik
Aamiin!
Banget sih, aku setuju. Soal jejak digital penting bgt. Sekarang prihatin ya. Banyak jurnalis kadang suka lupa sama etika untuk menyebarkan berita.
ReplyDeleteAku nano nano sih kak
ReplyDeleteDi sisi lain, aku jg setuju dengan hukuman digita ini. Jadi yang mau-mau berbuat macam-macam jadi bisa mikir berkali-kali lagi. Karna kalau sampai dia tertangkap basah lalu masuk media online, bakal berabe sampai lamaaaaa
Jd semacam jera-able gitu
Walau dlm hati sisi lainnya aku jg kasian sihh
iya nih, aku juga sedih
ReplyDeletejurnalis dapat tuntutan untuk mendulang views banyak dengan nulis aib orang kayak gitu
itu juga semata-mata karena kita yg masih mengonsumsi aib orang
sedih sih karena kita sedikit banyak terlibat
semoga makin lama makin berkurang ya
Jejak digital memang begitu kejam. Maka dari itu, saya ga mau berbuat jahat di dunia online.
ReplyDeleteSetuju mba, apapun yang ingin diwartakan maka wajib hukumnya mengedepankan hati nurani.
ReplyDeleteJejak digital adalah hal yang membuat kita harus hati-hati sebab jika menyanfkut hifup orang lain janganlah sampai lepas tangan.
ReplyDeleteJadi teringat drakor "Pinocchio' yang membuat sebuah keluarga tsrpuruk katena pemberitaan negatif yang menjurus fitnah.
Tapi jika berita mengenai aib, ya, sebaiknya jangan mengorek wilayah privasi keluarga korban atau pelaku.
Itulah makanya sy sekarang2 ini sdh jarang nonton yg gosip2
ReplyDelete