Literasi Digital dan Peran Blogger menjadi renungan tersendiri bagi saya setelah berkesempatan dua kali menjadi salah satu nara sumber pada kegiatan Indonesia #MakinCakapDigital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika belum lama ini.
Sebuah kesempatan besar
bagi saya terlibat dalam salah dua dari 20.000 pelatihan literasi digital gratis bagi masyarakat di tahun 2021 yang mana
pelatihan disusun berdasarkan modul dan kurikulum yang menyasar empat pilar yaitu digital ethics,
digital society, digital skills, dan digital culture.
Mengutip term of reference dari panitia,
disebutkan bahwa:
Semakin tingginya aktivitas masyarakat dalam mengakses berbagai layanan di Internet menjadi angin segar karena aktivitas ini dapat membuka peluang masyarakat untuk lebih berdaya. Namun di sisi lain tingginya aktivitas digital juga membuka potensi buruk. Teknologi digital merupakan teknologi baru bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Potensi buruknya adalah sejumlah
cyber crime dan juga maraknya peredaran aneka hoax yang membuat
bermacam keruwetan terjadi. Data yang dilansir Katadata dari Polri Januari –
September 2020 memperlihatkan bahwa laporan kejahatan siber yang paling banyak
dilaporkan ke polisi berturut-turut adalah:
Penyebaran konten provokatif, penipuan online, pornografi, akses ilegal, manipulasi data, pencurian data/identitas, perjudian, intersepsi illegal, pemerasan, peretasan sistem elektronik, pengubahan tampilan situs, dan gangguan sistem (untuk detailnya, silakan lihat di gambar).
Dari hal ini saja sudah
terlihat betapa butuhnya program literasi digital untuk masyarakat kita. Urgent
malah! Hal kecil saja bisa kita lihat dalam grup keluarga besar, aneka
informasi berseliweran. Banyak orang ingin membagikan informasi apa saja
yang mereka miliki tanpa cek dan ricek lagi kebenarannya.
Dari Katadata.co.id, bersumber dari Polri. |
Saya pernah melihat keributan kecil, ketika seseorang mengirimkan informasi yang meragukan ke dalam grup Whatsapp, seseorang yang lain menegurnya dengan mengatakan apa yang dibagikannya itu hoaks. Eh reaksi yang ditegur nyolot. “Saya cuma share informasi dari grup lain. Kalau tidak suka hapus saja!” kata dia.
Kalau dipikir-pikir,
reaksi yang ditegur masih manusiawi sih ya. Coba bayangkan kalau dirimu ditegur
di depan orang banyak dan semua mata tertuju kepadamu, apakah tak merasa malu?
Hebat jika tidak dan langsung meminta maaf, mengakui kekhilafan. Tapi berapa
banyak yang mampu bersikap legowo seperti itu? Kebanyakan orang bakal malu
dan defensif.
Contoh kasus yang saya
saksikan ini sama persis dengan apa yang dikatakan oleh salah seorang nara
sumber. Kata si nara sumber itu, tegurlah dengan baik, secara pribadi – dijapri
istilahnya. By the way saya juga pernah menegur seseorang secara
pribadi, menyampaikan bahwa informasi yang dibagikannya hoax.
Saya berikan alasan mengapa saya mengatakan informasi darinya hoaks berikut buktinya. Lalu bagaimana responnya? Responnya adalah, “Kita ambil hikmahnya saja.” Ndak gampang memang memberantas hoax itu, Rodolfo! 😅
"Ke depan nantinya setiap tahunnya program ini akan menjangkau lebih dari 12,4 juta partisipan pelatihan di 514 kabupaten kota di 34 provinsi di Indonesia," kata Menkominfo, Johnny G Plate dalam acara Indonesia Makin Cakap Digital secara daring, Kamis, 20 Mei 2021[1].
Pak Menteri berharap pada tahun
2045 nanti terdapat 50 juta masyarakat Indonesia yang akan terliterasi secara
digital. Diharapkan angkanya terus meningkat pada periode pemerintahan
berikutnya, mencapai 100 juta masyarakat.
Program yang menarik.
Selain sebagai nara sumber, saya juga sudah beberapa kali mengikuti gerakan
literasi #MakinCakapDigital sebagai peserta biasa dengan berbagai nara sumber untuk mencari insight
baru. Jumlah peserta acara yang diselenggarakan melalui platform Zoom
Cloud Meetings ini rata-rata 30-an hingga 40-an.
Beberapa nara sumber, usai
saya memaparkan materi mengatakan pentingnya mengedukasi masyarakat perihal
literasi digital ini dan mereka mengatakan "di sinilah pentingnya peran bloger seperti
Bu Mugniar". Sontak kutercenung dong dan berpikir: rupanya tanggung jawab
bloger itu cukup berat ya.
Berkesempatan "pulang kampung" secara online. |
Tapi wajar sih jika mereka beranggapan demikian soalnya blog itu mirip media online yang mana tulisan-tulisannya memiliki pembaca tersendiri dan seorang bloger juga aktif di media sosial maka wajar jika ada sejumput harapan yang diletakkan di pundak seorang blogger.
Alhamdulillah-nya, saya sudah beberapa
kali menuliskan perihal literasi digital ini. Berikut ini judul-judul tulisan
yang pernah saya tayangkan di blog ini, Anda tinggal klik untuk membacanya:
2015:
2016:
2017:
- Tantangan Perempuan Menulis di Era Digital
- Tentang Fatwa Terbaru MUI, Buzzer, dan Bagaimana Menyikapinya
- KPPPA, Tentang Partisipasi Media dalam Menulis Isu Perempuan dan Anak
- Jurnalisme Sensitif Gender dan Peduli Anak
- Menganalisa Berita yang Sensitif Gender dan Peduli Anak
2018:
- School of Influencer: Menjadi Influencer Positif
- School of Influencer: Jadi Influencer yang Menginspirasi dalam Public Speaking
- Lakukan Sesuatu untuk Hentikan Gaya Menulis Cabul
- 7 Macam Konten Hoax yang Harus Diwaspadai
- Pentingnya Literasi Digital dan Cara Mengatasi Hoax
- Tips Melawan Hoax dan Digital Hygiene
- Pentingnya Literasi Digital dan Cara Mengatasi Hoax
- Mengapa Makassar Harus Serius Berantas Hoax
- Mengenal Aplikasi Lawan Hoax
- Talkshow KerLip untuk Orang Tua Hebat di Jaman Now
- Pantaskan Diri Menjadi Orang Tua dengan Mempelajari Perkembangan Jaman Now
- Tips Agar Anak Aman Menggunakan Gadget
- Peran Orang Tua dan Pornografi dalam Gadget
- Cara Menjalani Peran Sebagai Orang Tua Jaman Now
- Dampak Buruk Gadget dan Pornografi Bagi Anak
- Mengasah Diri Agar Menjadi Digital Parents
2019:
- School of Influencer: Memaksimalkan Performa di Media Sosial
- School of Influencer: Attitude & the Winners Are …
- Mafindo: Memetakan Hoax di Indonesia
- Membangun Kualitas dan Strategi di Media Sosial Ala Pakde Senggol
- Buzzer Elegan, Ya Buzzer Positif
2021:
Alhamdulillah,
yah … saya tidak terlalu terbebani dengan ekspektasi dengan para nara
sumber lain yang mengatakan perlunya bloger menyuarakan mengenai literasi
digital. Setidaknya saya sudah memulainya sejak bertahun-tahun kemarin.
Adapun
mengenai prespektif gender dan anak, saya masukkan sebagai contoh literasi
digital yang pernah saya tulis karena kita perlu memahami hal ini ketika membaca
sebuah informasi di dunia maya.
Misalnya saja
ketika ada orang yang membagikan berita mengenai kejadian tak senonoh yang
melanggar moral, kita bisa menyaring informasi tersebut, berkomentar seperlunya
atau tidak berkomentar sama sekali. Karena kemampuan literasi digital juga
menyangkut kemampuan berkomentar dengan baik di dunia maya.
Termasuk literasi digital, memberikan pemahaman seperti ini. Dimuat di BaKTI News No. 146 (Maret - April 2018). |
Ketika membaca berita mengenai pelecehan seksual yang justru menulis kembali kejadian dengan detail seolah-olah sinopsis film porno maka kita harus memberikan komentar yang baik alih-alih menikmati bahkan jika memungkinkan turut melakukan edukasi.
Saya pernah
mengkritik penulisan artikel demikian dan membawanya ke dalam cuitan di
Twitter. Cuitan saya ditanggapi banyak orang termasuk salah seorang yang punya
banyak follower di Twitter (baca Lakukan
Sesuatu untuk Hentikan Gaya Menulis Cabul). Tulisan ini juga dimuat di
BaKTI News No. 146 (Maret - April 2018).
Nah, ke
depannya, jika Anda ingin mengikuti Indonesia Makin Cakap Digital yang
diselenggarakan oleh Kemenkominfo, silakan follow akun Instagram @siberkreasisulawesi
bagi Anda yang berdiam atau berasal dari Sulawesi. Cara mendaftarnya ada di
dalam flyer, baca baik-baik saja di informasinya.
Bagi Anda
yang berdomisili di wilayah selain Sulawesi, ada juga akun Instagram khususnya.
Untuk DKI Jakarta dan Banten misalnya, cus pantengin akun Instagram
@siberkreasi.dkibanten. Untuk Jawa Tengah, simak akun Ig @siberkreasi.jatengdiy.
Singkatnya, coba browsing di Instagram akun-akun yang berawalan “siberkreasi”.
Oya, bisa juga dengan searching tagar #MakinCakapDigital.
Sayang sekali
jika tak memanfaatkan acara gratis edukatif ini, apalagi pada setiap webinar
ada hadiah bagi 10 penanya terpilih, masing-masing emoney senilai
Rp. 100.000. Nambah wawasan sekaligus nambah saldo jika
beruntung!
Makassar, 28 Juni 2021
Baca juga:
- Di Balik Layar: Berkah Ngeblog dalam #MakinCakapDigital
- 5 Kegaduhan di Balik Layar #MakinCakapDigital
[1] https://www.medcom.id/pendidikan/news-pendidikan/9K5QdmPK-kemkominfo-buka-20-ribu-pelatihan-literasi-digital
Share :
Blogger emang salah satu yang sudah terbiasa dengan literasi digital ya kak.. Alhamdulillah sekarang sih tinggal poles-poles dikit..dan tetep harus nambah ilmunya terus biar makin cakap digital..
ReplyDeleteSemakin tingginya aktivitas masyarakat dalam mengakses berbagai layanan di Internet menjadi angin segar karena aktivitas ini dapat membuka peluang masyarakat untuk lebih berdaya. Namun di sisi lain tingginya aktivitas digital juga membuka potensi buruk. Teknologi digital merupakan teknologi baru bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
ReplyDeleteBeneer bangett ini Kak Niar.
Bloger kudu mengemban peran dan amanah penting agar dunia digital kondusif, aman dan nyaman, serta empowering ya.
Literasi digital tentu harus diketahui, dipahami dan dipraktikkan oleh masyarakat, bukan hanya penulis dan sebagian profesi saja. Memang tidak bisa instan. Bisa sedikit demi sedikit, learning by doing, nanti lama2 bisa lebih baik. Mau lihat2 ah akun instagramnya.
ReplyDeleteKeren Kakak, ternyata terpilih menjadi salah satu KOL GLDN 2021. Pasti keren sharing materinya.
ReplyDeleteMakin Cakap Digital aja nih Indonesiaku, alhamdulillah ya mak menjadi bagian untuk ikut serta mengedukasi. Aplagi acara beginian serentak banget di berbagai daerah, semoga saja bener2 mengedukasi masyarakat yang bener2 belom tahu apa2, kalo kek kita2 mah setidaknya sudah paham, dan tugas kita untuk memberikan literasi digital di circe kita baik lewat tulisan ataupun sosmednya atau acara2 kek gini.
ReplyDeleteSukseees selalu Mak Niar.
Salam Literasi
Sebenarnya, hari ini kadang mencelos juka membayangkan jondisi dunia digital seridaknya satubdekade mendatang. Entah apa yang akan dihadapi anak-anak nanti. Literasi digital maubtidak mau harus dipelajari agar bisa mendampingi buah hati
ReplyDeleteBerat ya tanggung jawab jadi blogger itu rupanya.
ReplyDeleteSayang sekali kalau ada blogger yang ternyata malah lebih percaya hoak atau tidak mau melakukan riset lebih dalam dan hanya menyimpulkan dari satu kejadian (kasus).
Aku penasaran mau nyari ah buat di Jawa Tengah.
dampak literasi digital ini selain bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat juga ada dampak negatifnya juga yaa. Seperti banyaknya postingan hoax dan konten tak senonoh. Saya pun menyoroti kini ada beberapa penulis novel wanita yang tidak malu menuliskan konten cabul di platform digital, padahal jejak digital itu tidak akan hilang sampai kapan pun ya mbak. ngeri sekarang, godaaan dunia.
ReplyDeleteProgram yang sangat membanggakan nih apalagi sekarang semakin miris banyak sekali berita hoax asal viral menjadi konsumsi publik
ReplyDeletepenting untuk tidak asal share, forward apalagi broadcast informasi di digital harus diperhatikan terlebih dahulu validasi dari informasi tersebut ya
ReplyDeleteSebenarnya banyak peluang terbuka ya mbak di era teknologi ini asal bisa memanfaatkanya dengan baik.Tapi sayangnya masih banyak masyarkaat yang perlu edukasi literasi digital supaya gak asal pakai saja dan bisa bertanggung jawab
ReplyDeleteWebinarnya bermanfaat banget ya. Literasi digital memang penting banget. Banyak yang asal share tanpa baca. Kan sedih banget apalagi itu di lingkaran terdekat kita
ReplyDeleteSituasi sekarang ini rawan banget beredar hoax. Ketika panik, orang jadi asal share aja tanpa cek ricek. Tempo hari saya ikut pelatihan cara mengecek berita supaya tulisan blogger lebih kredibel.
ReplyDeleteBlogger fungsinya untuk tetap memberikan edukasi positif, mengajak untuk selalu cek dulu apapun yang akan kita share. Jangan sampai apa yang kita share malah menjadi berita hoax.
ReplyDeleteMakin cakap digital, makin harus bisa untuk tidak asal share berita-berita hoax. Ditelusuri dahulu untuk kebenarannya sehingga bisa membuat orang lain aman dan nyaman
ReplyDeleteTerpana lihat tulisan kak Niar mengenai Literasi digital dan peran blogger.
ReplyDeleteRefrensinya sejak tahun 2015 dan aku yakin, tulisan kak Niar ini bisa menjadi rujukan bagi kita semua agar menjadi blogger yang baik dan amanah. Selalu menuliskan edukasi yang baik mengenai informasi digital.
12 juta per tahun yang dapat literasi digital. Masih jauh angkanya. Belum lagi, apakah untuk para senior age alias generasi X yang paling getol meneruskan informasi tanpa tahu itu hoax atau bukan? Hihihi. Bukan pesimis lho Mbak. Cuma memang kalau dilihat angkanya, ini target besar dengan dana besar tapi dibandingkan penduduk Indonesia masih kecil angkanya.
ReplyDeleteYang jelas, saya akan ikut mengiringi prosesnya, karena literasi digital itu wajib.
literasi digital itu sangat penting ya mbak
ReplyDeleteapalagi sekarang banyak banget hoaks yang beredar di masyarakat
klo aku selalu saring sebelum sharing
Semoga semakin banyak masyarakat Indonesia yang cakap digital. Agak ngeri kalau masih rendah. Dunia digital yang harus bermanfaat malah jadinya banyak yang termakan hoax dan sebagainya
ReplyDeleteNambah wawasan dan nambah saldo, siapa sih yang nggak mau?
ReplyDeleteSaya juga suka sebel kalau ada yang asal forward aja apa yang diperolehnya di group dari group lain ke group yang saya ikuti. Apalagi kalau di konfirmasi jawabnya "Saya juga belum baca, saya cuma meneruskan", jadinya malah saya tepok jidat sendiri
Keren banget mbak, berbagi soal literasi digital gtu di forum2
ReplyDeleteIya nih aku jg kesel kalau ada yang blast soal info eh ternyata infonya salah. Biasanya terjadi di wag2 gitu
Apalagi masa sekarang ini, amsa pandemi banyak banget informasi soal covid yang suka dishare ngasal ya
Kalau aku pribadi malas ngeshare uklang ekcuali tau bener sumbernya valid
Wuih mantap sekali memang bundaku satu ini
ReplyDeleteTulisan soal literasi di atas coba saya share ke teman yang pas butuh materinya
Nahhh nahhh nahhhh. Heheheh. Untuk generasi ibuku yang kebanyakan literasi digitalnya rendah sepertinya agak susah ya untuk disadarkan. Yang bisa dilakuin sekarang adalah meningkatkan literasi digital para generasi muda
ReplyDeleteAku tuh dulu suka ngasih tahu kalau ada yang kirim info atau berita hoax di grup. Tapi suatu hari yang ngirim tuh keluarga yang paling dihormati. Aku pun sayang banget sama beliau jadi cuma bilang, "Ini hoax." Eh, anaknya nggak terima. Dia jawab, kek yang Mbak Niar tulis itu. Akhirnya aku kapok nggak pernah komenin segala info yang beredar lagi. Emang cara penyampaian itu harus hati-hati.
ReplyDeleteTapi sebagai bloger juga punya tanggung jawab untuk ngasih info yang benar ya, jadi sekarang saya lagi belajar untuk menulis dengan sumber yang valid dengan cara penyampaian yang baik. Tapi di blog sendiri aja dulu.
jadi inget koran P*sK*ta yang dulu kalo nulis berita cabul malah guedeeee guedeeee jadi headline
ReplyDeleteAku udah berkunjung ke tulisan sebelumnya Niar,
sedih ya mengekspos tulisan sekasar itu menjadi berita jurnalistik!
Acara ini memang bagus, cuma memang butuh sedikit perbaikan di cara pelaksanaannya supaya lebih luas lagi jangkauannya.
ReplyDeleteTapi setidaknya kita harus apresiasi niat baiknya. Minimal sudah dimulai