Pesta dan Kerinduan – Pasca kedua orang tua meninggal, cukup lama saya keluar rumah selain berbelanja. Tanggal 23 November saya menghadiri acara Promosi Doktornya suami ponakan di UNM. Di saat seperti ini jadi ingat kedua orang tua lagi karena biasanya yang menghadiri undangan seperti ini adalah kedua orang tua. Saat muncul di ruangan besar itu, ponakan mengingat omanya (mama saya) lagi. Matanya terlihat berair dan mengatakan “seharusnya” omanya yang datang.
Sebuah ungkapan kerinduan yang
sangat saya pahami karena saya pun memikirkannya dari kemarin-kemarin, “Biasanya
Mama yang hadir pada acara seperti ini. Sekarang saya yang menggantikan.”
Tanggal 18 ada 2 acara
keluarga yang saya hadiri bersama adik sekeluarga yang sedang berada di
Makassar. Acara pertama adalah akad nikah keluarga dari Mama dan setelah itu ke
pesta nikah keluarga dari Papa.
Ini kali pertama kami bertemu keluarga besar dari pihak Mama. Bisa ditebak, ada air mata di sana, menggenangi pelupuk mata orang tua pengantin putri. Ibu kami dekat dengan keluarga besarnya dan biasanya beliau hadiri akad nikah seperti ini.
Acara kedua adalah pesta
nikah dua cucu ponakan dari ayah saya. Pestanya kembar karena dua bersaudara
itu sudah menjalani akad nikah beberapa bulan lalu. Dalam undangan pestanya masih
tertera nama ayah saya sebagai salah satu yang turut mengundang sebagai
penghargaan karena mengundang keluarga beliau.
Tentunya rasa yang
berbeda. Haru tapi tidak “semenggenang” sebelumnya, mungkin karena memang
sering kontak by phone call atau di grup WA dengan mereka. Nenek dari ponakan-ponakan
ini kakak kandung ayah saya. Di antara 10 bersaudara, Papa yang paling terakhir
berpulang
dan ponakan-ponakan ini cukup dekat dengan lato’-nya (kakek, bahasa
Bugis).
Ayah saya sangat besar
perhatiannya kepada para ponakan dan cucunya makanya sewaktu sakit hingga
meninggal, perhatian dari mereka juga besar. Salah satu mengaku “sempat mencari
Oma” ketika kami datang. “Oma” itu sapaan untuk ibu saya. Karena kebiasan,
omanya dicari lalu menyadari omanya sudah tidak ada.
Begini rasanya orang tua sudah tak ada. Apa saja bisa membangkitkan kenangan apalagi saya memang masih tinggal di rumah yang dulunya mereka tinggali. Masih melihat barang-barang dan tulisan tangan mereka.
Kalau kalian melihat saya
sesaat sepeninggal keduanya, kalian takkan mendapati saya menangis tergugu-gugu.
Air mata saya turun sesekali dan hanya sebentar, mungkin kalian lihat. Namun
ada air mata yang turun tanpa ada yang melihatnya berkali-kali setelah tanah
kuburan mereka ditutup kembali.
Usai salat dan berdoa,
sesekali muncul perasaan rindu yang mengemuka. Apa kabar Papa dan Mama di alam barzakh?
Mencoba mengirim pesan melalui doa yang dilantunkan. Memohon supaya Yang Maha Kuasa
mengampuni keduanya. Lalu tangis tergugu-gugu itu tumpah tanpa suara.
Makassar,
21 Desember 2021
Share :
Cuma di acara seperti ini ya bisa bertemu dan melepas rindu, dalam pesta kayak gini memang kesempatan yang bagus untuk kembali menjalin silahturahmi.
ReplyDelete