Langkah-Langkah Kecil Sayangi Bumi – Seorang gadis cantik sedang berjalan. Sejumlah lelaki menatapnya, terpesona dengan kecantikan si gadis. Tiba-tiba si gadis membuang sampah bekas kemasan minuman yang dipegangnya. Spontan ekspresi para lelaki berubah. Mereka mendengus dan terlihat illfeel. “Cantik-cantik, buang sampah sembarangan!” ungkapan itu muncul dari para lelaki.
Seandainya yang seperti
itu terjadi di dunia nyata pasti negeri kita bebas dari masalah sampah.
Sayangnya yang saya ceritakan dalam paragraf awal tulisan ini berupa iklan
televisi lokal di Makassar. Seandainya pesan itu mampu merasuki benak warga,
minimal kota Makassar aman dari sampah.
Cantik,
Ganteng, Jorok?
Sayangnya negeri kita belum
sampai ke tahap idealisme seperti itu tapi ide membuat iklan semikian bagus sekali
sebenarnya. Coba pikirkan, jika orang cantik atau ganteng itu diidentikkan
dengan buang sampah pada tempatnya maka semua orang akan merasa cantik
atau ganteng dengan berperilaku bagus (buang sampah pada tempatnya).
Atau … walau bertampang cantik atau ganteng tapi kelakuan jorok karena suka buang sampah sembarangan maka orang tersebut “kurang laku” karena yang mau mendekatinya sudah illfeel duluan dengan perilaku joroknya. 😁
Salah satu hal yang
menggemaskan persoalan sampah itu adalah karena sebenarnya jika masing-masing
orang bertanggung jawab dengan sampah pribadinya maka masalah sampah tidak akan
sampai separah sekarang ini.
Sampah,
Masalah Kronis Kita
Kami termasuk orang yang
dirugikan selama bertahun-tahun akibat sampah yang memenuhi drainase sekitar
rumah. Ditambah lagi drainase tak sempurna karena ada tetangga yang tak mau
dibuat got di samping rumahnya jadinya got mentok di samping rumah kami. Oleh
karena itu, ketika curah hujan besar, kami kebanjiran. Masih bersyukur karena maksimal
air naik hanya semata kaki. Walaupun demikian tetap saja repot mengurasnya.
Perilaku buang sampah
masyarakat sekitar rumah masih banyak yang minus. Di mana-mana ada
sampah. Saluran drainase juga menjadi tempat sampat bagi mereka, termasuk di kanal
dekat rumah. Kalau ada yang belum tahu apa itu kanal, saya jelaskan sedikit ya,
kanal itu merupakan saluran atau terusan air buatan manusia yang dibuat dengan
berbagai tujuan untuk membantu kehidupan umat manusia (Wikipedia).
Salah satu fungsi kanal adalah menjadi
saluran tempat membuang kelebihan air sehingga dapat mencegah terjadinya
banjir. Namun fungsi ini tak bisa maksimal jika warga sekitar masih suka buang
sampah ke dalam kanal.
Sekitar 200 meter dari
rumah kami ada kanal yang tegak lurus jalan Monginsidi Baru dan jalan Rappocini
Raya. Kondisi kanal di sini sudah mendingan dibandingkan 10 tahun lalu meski
belum benar-benar bersih.
Fakta Miris Sampah di Indonesia
Salah satu masalah besar
dalam urusan sampah adalah sampah plastik. Berdasarkan data dari Asosiasi
Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah
plastik di negara kita ini mencapai 64 juta ton/tahun. Sebanyak 3,2 juta ton
merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut[1].
Berdasarkan penelitian
yang diterbitkan oleh Sekretariat Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati
(United Nations Convention On Biological Diversity) tahun 2016, disebutkan
bahwa sampah di lautan telah membahayakan lebih dari 800 spesies.
Data yang diperbarui oleh Konferensi
Laut PBB di New York pada 2017 menyebutkan bahwa setiap tahunnya limbah plastik
di lautan sudah mematikan 1 juta burung laut, 100 ribu mamalia laut, kura-kura
laut, dan aneka ikan dalam jumlah besar. Untuk diketahui, partikel-partikel
sampah plastik (mikro plastik) bukan hanya memberikan dampak buruk bagi makhluk
laut. Dalam jangka panjang, manusia akan terkena dampaknya karena mengonsumsi
hewan laut[2].
Mengerikan, ya!
Indonesia menjadi negara urutan
kedua dalam “menghasilkan” sampah plastik ke laut di dunia. China berada pada posisi
teratas. Fakta miris yang sudah banyak dibahas di media online ini juga
menjadi salah satu pembahasan pada online event bertajuk Cerita Pejuang Lingkungan
Bersama Berinvestasi Menjaga Bumi yang diselenggarakan oleh Demfarm dari aplikasi Zoom Cloud Meetings
melalui Instagram live di akun @demfarm.id pada tanggal 22
April kemarin.
Inspirasi
untuk Berinvestasi Bersama Menjaga Bumi
Paskalina Agus Monika (owner
Seife Indonesia) menyampaikan bahwa solusi paling sederhana adalah dari diri sendiri dengan
membatasi penggunaan plastik. Ketika berbelanja, membawa tas belanja sendiri,
membawa alat makan dan tumbler sendiri yang tidak terbuat dari plastik.
Tidak hanya itu, untuk
keperluan Seife Indonesia, Kak Monik juga menerapkan pengelolaan sampah sebaik mungkin. Untuk kemasan produk (seperti lilin dari minyak
jelantah, lilin aromaterapi, sabun organik dari serbuk daun kelor, sabun
organik dari serbuk daun buah naga, dan sabun organik dari kulit buah naga), Seife
menggunakan majalah atau kertas bekas yang diserit, tidak membeli baru. Selain itu, Sefei juga menghancurkan
kertas bekas untuk membuat kertas baru.
“Sefei dasarnya dari sustainable
life, diharapkan bisa menunjang lingkungan dan sekitar, tidak hanya mengejar
profit,” ungkap Kak Monik yang kemudian menyebutkan segala aktivitasnya
terkait pengelolaan sampah itu sebagai “investasi untuk bumi”.
Tak kalah inspiratif
dengan Kak Monik, narasumber lainnya adalah Pak Hasman dari Dinas Lingkungan
Hidup Kota Bontang, Kalimantan Timur. DLH Bontang dengan dibantu PT. Pupuk
Kaltim sudah tertata pengelolaan sampahnya. Mulai dari tempat sampah yang dipisahkan
antara anorganik dan organik, mengubah organik menjadi pupuk kompos, dan daur
ulang sampah anorganik. Untuk sampah berbahaya diolah secara spesifik.
Meminimalisir penggunaan
bahan plastik juga merupakan salah satu cara yang disebutkan oleh Pak Hasman.
Selain itu ada pula pengolahan minyak jelantah menjadi sabun dan lilin. Bukan
hanya menceritakan, Pak Hasman juga memperlihatkan aktivitas di tempat
pengolahan sampah terpadu (TPST) Kota Bontang. Ini bagian yang paling menarik
dari sharing yang saya tonton melalui Zoom Meetings di komputer karena
bisa menyaksikan dengan jelas pengelolaan sampah di sana.
Pak Hasman mulai
menjelaskan dari awal, sejak sampah dimasukkan ke conveyor. Untuk
kemasan plastik di sini dipisahkan antara yang berwarna dan tidak berwarna.
Mengapa demikian? Karena nilai ekonominya berbeda – menurut Pak Hasman. Sampah
yang tidak bisa diolah sama sekali barulah dibuang ke TPA. Jadi, tidak semua
jenis sampah masuk di TPA.
Pengelolaan kompos dari
sampah organik juga dilakukan dengan baik. Ada bagian yang memisahkan sampah daun
berdasarkan waktu penyimpanannya hingga kemudian di-packing. Bukan hanya
itu, di TPST Bontang juga ada green house-nya, lho! Sebagaimana
yang kita ketahui, di green house kualitas tanaman menjadi lebih baik,
penggunaan pupuk terpantau dan lebih efisien, dan risiko ancaman hama dan
penyakit tanaman rendah.
Pak Hasman menegaskan
bahwa permasalahan limbah ini bukan sekadar soal regulasi, melainkan juga
edukasi dan bagaimana masyarakat memperlakukan sampahnya.
Moderator acara – Mbak Khai
mengatakan bahwa penting untuk melaksanakan hal-hal paling kecil untuk lingkungan.
Hal ini menjadi tantangan besar bersama saat ini, ya karena pada kenyataannya
banyak orang di sekeliling kita merasa tidak bertanggung jawab atas sampahnya
sendiri.
Yuk,
Berpartisipasi untuk Bumi Tercinta!
Momentum Hari Bumi
Internasional pada tanggal 22 April telah lazim diperingati di mana-mana
sebagai ajang edukasi dan aksi untuk mengobarkan semangat mencintai bumi dan
aksi nyata untuk memulihkan bumi.
Demfarm dan PT. Pupuk
Kaltim berkolaborasi menyelenggarakan campaign Hari Bumi[3]
yang bisa diikuti oleh siapa saja. Tiga hal berikut ini digaungkan dalam
Demfarm Challenge: mengganti alat sekali pakai dengan alat reusable, mengurangi
plastik sekali pakai dengan membiasakan diri membawa wadah atau tas sendiri,
atau mengkreasikan limbah plastik dengan menjadikannya barang bernilai semisal
mengubah botol plastik bekas menjadi pot tanaman.
Demfarm mengadakan challenge
berhadiah merchandise ramah lingkungan bagi kalian yang peduli
lingkungan dan ingin berpartisipasi melalui Instagram. Unggah foto atau video
sedang melakukan kegiatan reduce/reuse/recycle yang telah
direkomendasikan oleh Demfarm. Tag @demfarm.id, follow juga, ya.
Lalu daftarkan postingan kalian di link: tinyurl.com/DemfarmSayangBumiChallenge.
Saya sudah posting foto untuk challenge ini, menunjukkan aktivitas saya memasukkan barang belanjaan ke tote bag yang saya bawa dari rumah. Sebuah kebiasaan yang masih berusaha saya terapkan. Tidak mudah ternyata karena masih sering kelupaan bawa tas belanja sendiri.
Setidaknya saya merasa ada
perkembangan dalam diri saya, timbul rasa bersalah ketika menyadari diri lupa
bawa tote bag. Tak apa-apa kan, namanya juga berproses untuk menjadi
lebih baik.
Sebagai penutup, mari kita
renungkan kalimat bijak berikut ini: kita menjadi bijak bukan karena masa
lalu, tetapi karena tanggung jawab akan masa depan. Hm, benar juga
sebab urusan sampah yang tak selesai hari ini, akan menjadi masalah yang jauh
lebih besar di masa yang akan datang.
Makassar,
23 April 2022
[1] https://voi.id/bernas/137477/mengerikan-indonesia-sudah-darurat-sampah-plastik-sehari-mencapai-64-juta-ton-nomor-dua-terbesar-di-dunia,
diakses 23 April 2022, pukul: 11.05 WITA.
[2] https://indonesiabaik.id/infografis/sampah-plastik-laut-mengancam-dan-berbahaya, diakses 23 April 2022, pukul: 11.20 WITA.
[3] https://demfarm.id/cara-cara-kreatif-memperingati-hari-bumi-kamu-suka-yang-mana/, diakses 23 April 2022, pukul: 13.10 WITA.
Share :
Inimi paling sering kulupa, bawa tote bag. Sekalinya bawa, eh nda belanja hihihi. Seperti biasa, tulisannya keren dan berkualitas.
ReplyDeleteLangkah-langkah kecil untuk menyayangi bumi bisa dilakukan mulai dari diri sendiri dan keluarga. Contoh mudahnya membuang sampah sesuai tempatnya. Kalau bagusnya lagi dipilah langsung yang organik dan non orgamik. Menggunakan air pun secukupnya, jangan naylakan keran air terus-menerus. AKu pun kalau bepergian selalu membawa botol minuman dan wadah makan sendiri dari rumah untuk mengurangi sampah plastik.
ReplyDeleteIya ih sampai sekarang tuh Indonesia masih memegang peringkat sampah terbesar loh ya. Kita nih harus ikut andil dalam pengendaliannya ya mak, apalagi ini nantinya bisa jadi salah satu cara menyelamatkan bumi.
ReplyDeleteKalau karyawan saja sudah peduli lingkungan maka akan membawa dampak pads budaya kerja di perusahan.
ReplyDeleteBener banget kak..masalah sampah emang kayaknya rumit banget ya..dimana-mana sampah..apalagi di sungai sampai sekitar muara miris banget kak... Kita mulai dari diri kita dan keluarga dulu aja ya kak..untuk mengurangi sampah terutama sampah plastik
ReplyDeleteTantangannya memang banyak mba. Aku yg udah mulai kelola sampah dari rumah terkendala sama penjemputan sampahnyang tidak mrngcover area sini. Utk jasa angkut sampah oun belum yang ramah sampah, sampah rumahan yg sudah dipilah saat diangkut malah digabung lagi. Bener2 PR banget.
ReplyDeleteSaya kaget pas suatu hari pas lagi naik kapal besar, nun jauh di ujungnya ada yang buang sampah segede-gedenya berplastik hitam besar. Ya Allah, saya sama si kecil jerit. Kok bisa setega itu sama lautan. Gak bisa negur karena kita jauh dari pelaku dan gak tau di dek berapa.
ReplyDeleteKalau sekadar cantik mungkin belum teredukasi sampah, tapi orang yg udah kelihatan cerdas, tokoh, terus buang sampah sembarangan, ini yang bikin gemes.
Eh iya, gara-gara cerita pak hasman ini saya jadi pengen ke Bontang. Sebagai sesama satu provinsi, saya baru tau ada TPST keren gini.
Saya selalu berusaha gak menggunakan banyak tas plastik dengan membawa tote bag di mobil dan motor.
ReplyDeleteMiris juga lihat kenyataan kalau negara kita sebagai penyumbang sampah terbanyak di bumi ini.
Aku sekarang belajar banyak hal baru, kak Niar. Dan semoaga konsisten yaa..
ReplyDeleteDengan membawa totte bag sendiri, ini membutuhkan pengaturan yang bagus saat di kendaraan hingga bawa box kosong pas belanja agar tidak menggunakan plastik.
Alhamdulillah,
Meski masih ada penjual yang tetap memasukkan plastik, tapi hanya satu atau dua saja.
Sayangi bumi dengan apa yang bisa kita lakukan secara konsisten.
Susahnya malah pemerintah desa saya ini seolah melakukan pembiaran pada masyarakat yang buang sampah selalu ke sungai...
ReplyDeleteKadang suka mikir rasanya sia sia saya dan keluarga mati-matian memiah sampah, eh yang lain malah sembarangan buang. Ke sungai samping rumah saya pula
Bagaimana bumi akan jadi lebih baik?
Ngomongin sampah itu gak ada habisnya dan kitanya sendiri kadang kurang sadar. Aku kalau ketemu yang buang sampah sembarangan, ya berusaha ingetin sih. Tuh ada tempat sampah
ReplyDeleteTerus kalau belanja, sekarang suka bawa tas sendiri. Semoga sedikit itu bisa bantu jaga bumi
aku lansung ngebayangin kalau aku jadi perempuan yang buang sampah sembarangan dan ada orang yang merespon dengan ke-illfeel-annya, pasti bakalan malu banget, maka dari itu bener banget kalau sampah menjadi tanggung jawab masing-masing individu, nah untuk mengurangi sampah. khususnya sampah plastik, setiap bepergian aku selalu bawa botol minum dan kantong ramah lingkungan
ReplyDeleteAhh iya, saya juga masih sering lupa bawa tote bag kalau bepergian, Mbak. Insyaa Allah akan semakin baik ke depannya ya jika sudah ada kesadaran diri, hehe..
ReplyDeleteMemang permasalahan sampah ini sebab utamanya karena orang-orang belum bertanggung jawab atas sampah pribadinya, ya :(
Sama nih. Aku juga terbebani dengan sampah. Kalo tukang sampah ga dateng tuh wah udah panik deh karena sampahnya numpuk. Harusnya bisa ya kelola sampah sendiri.
ReplyDeleteAku pernah lihat mobil bagus buang sampahnya sembarangan. Buka jendela dan main lempar aja. Sedih gak siiihhh. Mobilnya boleh bagus, tapi kelakuannya gak bagus.
ReplyDeleteSeketika langsung ngerasa cantik wkwkwk 🤭 aku udah dari zaman sekolah dulu sering nyimpen sampah di kantong karena belum nemu tong sampah terdekat.
ReplyDeleteGara2 itu sering sebel sama orang buang sampah sembarangan. Apalagi liat orang pakai mobil mewah buka jendela cuma buat buang sampah. Pikirku apa dia gabisa beli tong sampah kecil yang bisa ditaruh di mobil yaa, kok sampai buang sampah di jalan. Belum lagi itu kalo kena orang di belakangnya huftttt
Kalau ada keyakinan untuk memilih pasangan berdasarkan kecerdasannya mengelolah sampah atau minimal tidak jorok dengan tidak membuang Sampah sembarangan, pasti para jomblo akan berhati-hati, hahaha. Daripada jada jomblo akut kan yah.
ReplyDeleteAku pernah ke Bontang mba, di sana ada banyak banget perusahaan raksasa. Mungkin ini salah satu yang bikin kotanya punya visi tentang kebersihan ya, semoga bisa diadaptasi kota lain.
ReplyDeleteSampai sekarang saya berusaha banget buat misahin sampah dari rumah, tindakan kecil yang sangat berarti. Saya juga suka bawa Tote bag mbak.. semoga bisa membantu yaa..
ReplyDelete