Zonasi Senior di SMA - Anak gadis kelas X sudah bukan gadis mungil. Dulu saya sering menyebutnya “gadis mungil” di blog ini. Dia sekarang gadis remaja yang tingginya sama dengan mamaknya. Bersamanya selalu ada cerita baru.
Urusan pendaftaran peserta didik baru (PPDB) sekolah negeri, kali ini ceritanya pun baru. Sewaktu 3 tahun lalu kami kebingungan karena jalur zonasi menghendaki domisili anak berada dalam radius 2 km dari sekolah sementara dari rumah kami sama sekali tak ada sekolah negeri dalam radius 2 km maka tahun ini aturan zonasi sudah berganti.
Beruntungnya, Athifah tidak perlu mendaftar jalur zonasi, dia mendapat kesempatan mendaftar jalur prestasi akademik di SMA negeri. Tidak seperti 3 tahun lalu ketika mau masuk SMP, nilainya tak bisa bersaing dalam jalur ini, ditambah lagi tak ada sekolah dalam radius 2 km.
Tahun ini alhamdulillah,
rezeki Athifah – juga berkat SMP-nya maka dia bisa mendaftar jalur prestasi
akademik. Kalaupun hendak mendaftar jalur zonasi, masih memungkinkan karena sekarang
penentuan zonasi berdasarkan kecamatan. Jadi, sekolah negeri sudah ditentukan,
berhak dimasuki anak-anak yang berdomisili di kecamatan mana saja, dibuktikan
dari kartu keluarganya.
Tidak perlu lagi ada
pemalsuan kartu keluarga atau menumpang di kartu keluarga lain supaya saat
pendaftaran anak-anak itu rumahnya masih masuk dalam radius 2 km dari sekolah
yang disasar. Sungguh peluang untuk berbuat tak jujur selalu ada saja, bahkan
dari orang-orang yang kita lihat biasanya jujur.
Setiap hari, sepulang
sekolah anak gadis ini membawa cerita baru. Salah satunya adalah mengenai zona
senior. Jadi, anak-anak kelas X sudah dibacakan aturan tertulis yang menyatakan
mereka tidak boleh lewat di koridor kelas XI dan XII. Aneh sih menurut
saya. Senioritas kok begini amat. Ingatan saya melayang di masa SMA.
Dulu tidak ada aturan begitu.
Oh iya baru ingat, dulu
anak kelas 1 SMA masuk siang semua sementara anak kelas 2 dan 3 masuk pagi
hahaha. Namun demikian, memang di SMAN
2 Makassar dulu tidak ada cerita superioritas senior ke yunior. Entahlah ya, mungkin
saya saja yang kurang jauh mainnya dulu.
Lalu ingatan saya melompat
ke belakang, di masa SMP. Jadi ingat sama perempuan adik kelas yang suka
mondar-mandir depan kelas, ngecengin salah satu teman kelas cowok saya.
Anehnya karena dia seolah memperlakukan koridor depan kelas kami seperti catwalk.
Hari ini lewat, besok lewat lagi padahal menuju kelasnya tidak harus lewati
koridor kelas kami. Dalam sehari bisa lewat beberapa kali. Waktu itu rasanya
gemas sama si adek kelas hahaha.
Kalau sekadar bergaya kayak model catwalk sembari lirik-lirik ke dalam kelas mungkin ditelan saja rasa gemasnya tapi si cewek ini suka pake bra yang branya itu terlihat karena dia tidak pakai baju dalam sementara anak SMP biasanya mengenakan pakaian dalam lagi setelah beha. Paling terlihat keganjenan si adek kelas ini ketika dia pakai bra warna hitam. Ya, ampun. Kakak kelas mana yang tidak gondok melihatnya. 😂
Untungnya kami sekelas orangnya
baik semua, tidak ada yang ngapai-ngapain si adik kelas ganjen ini.
Berbeda halnya dengan cerita kakak kelas SMP yang sekolahnya di SMA negeri
berbeda dengan sekolah saya. Di sekolahnya, adik kelas bisa tiba-tiba dipukul
kalau kakak kelasnya sebal dengan alasan apapun. Ckckck.
Senioritas rupanya tetap
menjadi salah satu isu di sekolah, ya. Sepertinya memang bagus sudah dibuatkan
aturan untuk anak baru, yaitu mereka dilarang melalui koridor kelas XI dan
kelas XII. Memang sih ya, demi apa coba ke sana kalau bukan buat kecengin
kakak kelas. Toh mereka tidak ada alasan untuk ke zona kelas XI dan
XII. Lebih baik cari aman saja. Bukan begitu?
Makassar,
24 Juli 2022
Share :
Aku beruntung Krn ssejak dari TK Ampe SMU, sekolah di tempat khusus, yg mana hanya menerima murid dari orangtua yang bekerja di oil company tertentu, pas di Arun, aceh. Jadi Krn kenalnya udah dari TK, 1 komplek pula, dan sampe SMU biasanya ttp bareng, ga ada lagi ceritanya senior atau ospek 🤣. Ibarat kata, kami udh kenal dari masih pake popok mba, susah utk menganggab senior junior 😄.
ReplyDeleteDan aku berharap zaman anak2ku nanti, yg senior gencet junior sudah ga ada. Serem kalo bayangin anak2 harus ngalamin yg begitu.
Tapi cerita mba niar di atas, itu memang nyebelin ya juniornya 🤣🤣🤣
Iya Mbak Fanny, kalau bisa dicari tahu model superioritas senior di sekolahnya.
DeleteYunior yang SMP itu? Nah kan nah kan ... Mbak Fanny juga gemas hahaha.
Wah banget sekarang ya sekolah SMA masa-masaku dulu enggak sampai segitunya, malah senior tuh baik-baik. Memang angkatan kemarin agak gimana gitu dibandingkan angkatan yang sekarang masih pendiem dan lugu. Jadi nostalgia sama masa SMA, enggak kerasa ya kalau anak sudah remaja. Terima kasih sharingnya!
ReplyDelete