Selamat Jalan Koh Steven - Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Berita duka yang saya baca Sabtu pagi itu mengagetkan. Beliau bukan orang yang saya kenal di dunia nyata tetapi kerap memberikan pencerahan melalui tausiyah-nya. Koh Steven meninggal dunia Jumat malam, usai magrib. Kata yang menyaksikan, beliau terlihat tak enak badan, dalam posisi duduk lalu dilarikan orang-orang MCI Jatim ke Rumah Sakit Wonokrono, Surabaya namun takdir menentukan batas usianya di dunia sudah tiba.
Perjalanan saya menjelajahi channel YouTube para muallaf suatu hari membawa saya kepada tayangan testimoni mengenai keislaman Koh Steven Indra Wibowo. Kayak yang sudah akrab saja ya, manggil “Koh” hehe. Tapi memang sih, bahkan orang-orang yang hanya mengenalnya melalui YouTube juga memanggilnya dengan sapaan Koh.
Saya salut dengan ghirah
Koh Steven dalam kebaikan. Masya Allah. Almarhum orang lapangan,
turun ke lapangan untuk menebar kebaikan kepada umat. Pendiri Muallaf Center
Indonesia (MCI) ini termasuk salah satu yang berperan besar dalam gerakan
antipermurtadan. Beliau sampai di pedalaman untuk mengembalikan perkampungan
yang dimurtadkan agar kembali kepada Islam.
Pendirian MCI didasarkan
pada pengalamannya dahulu ketika awal memeluk Islam pada tahun 2000 yang tidak
menemukan pembimbing yang tepat. Sempat bertemu dengan orang yang mengaku Islam
tetapi masih bermaksiat, dirinya masih dijaga Allah sehingga tidak menjauhi
Islam. Sebelumnya sempat terlunta-lunta bahkan menjadi kuli panggul di pasar.
Kepiawaiannya berbahasa
Inggris membawanya bekerja di sebuah kantor ketika membantu menerjemahkan pembicaraan
seorang dari bangsa lain yang sedang berbelanja di pasar itu. Koh Steven bekerja
sebagai “tukang bikin teh” sekaligus penerjemah di kantor itu.
Secara perlahan, kemudahan
dalam kehidupan duniawinya diperoleh. Suatu ketika dirinya mendapat beasiswa
untuk belajar agama Islam selama beberapa tahun yang kemudian mengantarkannya
kepada pemahaman pentingnya berdakwah melalui akhlak. Kiat-kiatnya berbisnis
cara Nabi dan khulafaur rasyidin pernah saya tonton di sebuah channel
YouTube. Model bisnis yang lillahi ta’ala namun mendatangkan
keuntungan berlipat ganda.
Sebagaimana sejumlah muallaf
lainnya, Koh Steven juga kerap membagikan pengetahuan mengenai cara membentengi
diri dari upaya pemurtadan. Beliau juga menceritakan kisah-kisah nyata yang
dialami dan diketahuinya.
Entah sudah berapa video tausiyah
dan talkshow bersama Koh Steven yang saya tonton di YouTube. Apa
yang saya tonton itu, sebagian saya share di tulisan ini. Sejak hari
pemakamannya, sejumlah testimoni mengenai kebaikannya saya dapat di YouTube dan
di sebuah grup Whatsapp yang saya ikuti setelah mengontak sebuah nomor Whatsapp
dari salah satu channel dakwah muallaf.
Arie Untung bercerita
bagaimana Koh Steven memborong makanan yang sudah telanjur dimasak untuk Hijrah
Fest karena tiba-tiba Hijrah Fest di-cancel dan pembuat masakan terancam
merugi. Arie Untung berurai air mata menyatakan kesaksiannya mengenai
kebaikan dan dukungan Koh Steven terhadap dirinya, “Saya bersaksi Koh Steven orang
baik.”
Sebagaimana yang sudah
banyak orang tahu, Arie Untung termasuk selebriti yang sudah hijrah dan
bergerak dalam bidang dakwah. Salah satu gebrakannya adalah sebagai penggagas
Hijrah Fest. Jumat malam itu, sudah banyak orang bergerak ke Surabaya untuk
menghadiri Hijrah Fest yang ternyata dibatalkan pelaksanaannya.
Sebagai orang yang
muslimah sejak lahir, saya menganggap perlu banyak belajar dari para muallaf.
Hari-hari saya diwarnai dengan menyimak uraian dari channel-channel dakwah
tentang perjalanan hidup dan aktivitas para muallaf. Eh, sebagian dari
mereka sebenarnya sudah bukan muallaf lagi. Muallaf itu kan sebutan
untuk mereka yang baru berislam. Kalau sudah sekian tahun namanya muslim/muslimah,
bukan lagi muallaf.
Saya belajar mengukuhkan
tauhid dari pengalaman mereka yang mencari kedamaian dan jalan keselamatan
melalui Islam. Salah satunya adalah bahwa mereka mengatakan menemukan
kenikmatan dalam shalat. Kebutuhan akan shalat membuat mereka
menikmati ibadah wajib itu.
Jujur, rasanya tertampar-tampar
namun tamparan-tamparan itu in syaa Allah bisa menjadikan saya untuk
berusaha menjadi lebih baik lagi menjadi seorang muslimah. Salah satu sosok yang
kesannya menancap kuat adalah Koh Steven ini.
Usianya 41 tahun saat
dipanggil oleh Allah namun apa yang dia lakukan sudah sangat banyak, mungkin
melebihi orang-orang yang usianya dua kali lipat daripada usianya. Sebagaimana
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam yang mementingkan umat, begitu
pun Koh Steven.
Ketika virus covid mulai menyerang
bumi, dengan gerak cepat Koh Steven menjual sejumlah harta yang dimilikinya
untuk mengadakan bantuan bagi masyarakat yang membutuhkan, seperti hazmat,
masker, dan sebagainya.
Gak ada yang harus
diburu-buru dalam hidup. Satu hal yang harus diburu-buru ya shalat doang. Kan
kita hidup nungguin mati dan kerja itu nungguin waktu shalat. Ini adalah penggalan dari tausiyah
Koh Steven. Selanjutnya beliau mengatakan bahwa dirinya sudah mempersiapkan
kain kafan bagi dirinya dan anak-anaknya.
Tak banyak orang yang
ketika berpulang bisa membuat mata saya berkaca-kaca seperti Koh Steven ini
padahal hanya mengenalnya melalui YouTube. Semoga Allah melapangkan kuburnya
dan memberikannya tempat terbaik di alam sana. Allahummaghfirlahu warhamhu
wa’afihi wa’fu’anhu.
Makassar,
16 Oktober 2022
Share :
Terimakasih atas tulisannya dek Niar, semoga menginspirasi para pembaca🙏👍
ReplyDeleteTerima kasih, Kak.🙏
Delete