Tantangan Akhir Tahun, Goes to ToT Fasilitator Ibu Penggerak – Tantangan yang menarik untuk ditaklukkan menjadi petualangan dan pembelajaran tersendiri. Selain itu, bisa menjadi ancaman terhadap kenyamanan atau eksistensi. Tantangan di bulan November lalu dimulai dari 15 hari terakhir di bulan Oktober ketika mengikuti pelatihan Ibu Penggerak via daring.
Pelatihan Online
Ibu Penggerak
Selama 5 hari
berturut-turut itu ada post test yang harus diisi jika ingin menjadi Ibu
Penggerak. Jika lulus menjalani semua ketentuan bisa menuju tahap berikutnya:
ToT Fasilitator Ibu Penggerak. Dalam pelatihan ini, para peserta diberi
pemahaman mengenai apa itu Kurikulum Merdeka, Asesmen Nasional, Profil Pelajar
Pancasila, Literasi dan Numerasi, dan 3 Dosa Besar Pendidikan (intoleransi, perundungan,
dan kekerasan seksual).
Enam karakter profil
pelajar Pancasila adalah (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak
mulia; (2) Berkebhinnekaan global; (3) Mandiri; (4) Bergotong-royong; (5) Bernalar
kritis; (6) Kreatif. Coba browsing mengenai “skill masa depan”,
hasilnya kurang lebih serupa atau terkait dengan 6 karakter profil pelajar
Pancasila ini.
Ibu Penggerak diharapkan dapat
mendampingi buah hatinya dalam menyongsong dan menjalani Kurikulum Merdeka. Di
luar ada saja yang masih apatis, menganggap ganti kurikulum hanya ganti baju
namun tak seperti itu yang saya dapatkan selama mengikuti pelatihan. Tantangan
sebenarnya menurut saya ada pada pihak sekolah dan guru, apakah benar-benar
sanggup menerapkan nilai dan metode Kurikulum Merdeka.
Selain itu, perlu
pemahaman dan dorongan dari orang tua pula agar penerapannya berjalan dengan
baik, sekaligus bisa memantau dan
membimbing anaknya di rumah agar sejalan dengan apa yang diharapkan dari
Kurikulum Merdeka.
Setelah Lulus
Menjadi Ibu Penggerak
Tantangan kedua setelah lulus menjadi Ibu Penggerak
adalah memasuki tahap seleksi untuk mengikuti Training of Trainer Fasilitator
Ibu Penggerak. Para peserta diminta mengirimkan CV menggunakan Canva dan
mengisi form. Yang lolos dalam tahap ini mengikuti interview melalui
apliksi Zoom Cloud Meetings.
Saat interview, berhadapan
dengan sejumlah pengurus. Kita harus menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Tantangan
ketiga, dalam wawancara ini adalah menjadi diri sendiri dalam menjawab semua
pertanyaan sembari tetap percaya diri.
Sebagaimana yang saya
ceritakan dalam tulisan berjudul Kapan ke Jakarta Lagi?, tadinya nama saya tidak ada di antara nama-nama yang lolos
seleksi untuk di-interview tetapi namanya rezeki ya, mundurnya satu
orang menyebabkan saya maju menjadi peserta interview. Alhamdulillah,
saya lolos dalam tahap ini.
Persiapan Sebelum Terbang
Sebagai orang yang
mempersiapkan keberangkatan jauh-jauh hari sebelumnya, tantangan keempat bagi saya adalah bisa mempersiapkan
diri secepat mungkin. Tanggal 6 November dinyatakan lulus, lalu tanggal 11 November harus sudah berada di Tangerang.
Hanya ada waktu 4 hari untuk
mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk materi presentasi yang akan dibawakan
di depan pengurus nanti. Pada pekan itu saya meniadakan semua aktivitas yang
berhubungan dengan blog dan media sosial yang biasanya saya lakukan selalu bloger dan kreator konten supaya bisa fokus untuk persiapan
keberangkatan.
Dalam 4 hari ini saya
merasakan ketegangan dan kecemasan. Segala hal mendetail dipikirkan, di
antaranya stok makanan di rumah bagaimana, vitamin dan suplemen yang akan
dibawa, kalau tiba-tiba haid saat ToT bagaimana, koordinasi tiket dengan
panitia, dan hasil swab test-nya nanti bagaimana ya – hasilnya kira-kira
positif atau negatif covid?
Swab test dalam waktu 1x24 jam
sebelum acara dimulai adalah salah satu persyaratan dari panitia yang harus
dipenuhi. Untungnya ada klinik fisioterapi di dekat rumah yang menyediakan layanan
swab test. Harganya Rp.60.000 – jauh lebih murah dibandingkan tahun
lalu. Biaya yang dikeluarkan untuk tes ini akan diganti oleh panitia.
Sempat terpikirkan,
bagaimana kalau hasilnya ternyata positif. Sebenarnya sih tidak apa-apa kan
belum berangkat jadi bisa beristirahan di rumah saja ya hehe tapi kan kalau
sampai positif pasti kecewa berat. Tiket sudah dipesan, tinggal berangkat
tanggal 11 pagi lalu hasil swab test di tanggal 10 positif ... piye?
Alhamdulillah, kekhawatiran itu tidak
terjadi. Hasil tesnya menunjukkan 1 garis merah yang berarti negatif. Penunjukannya
mirip tes kehamilan: satu garis berarti negatif, dua garis berarti positif.
Tapi melihat hasil ini belum lega sepenuhnya karena di hotel, sebelum mulai
acara, seluruh peserta harus menjalani swab test lagi.
Yang bikin gemas dalam
persiapan ini adalah kegagalan melakukan check in via website Batik Air.
Seharusnya bisa karena pada penerbangan September lalu, saya berhasil check
in 2 hari sebelum hari H keberangkatan.
Baik saya maupun Unga dan
Yuliani, yang sama-sama berangkat dari Makassar tidak pernah berhasil melakukan
check in. Sampai-sampai saya meminta bantuan Mbak Bunga yang mengurusi
tiket kami untuk membantu check in-kan.
“Kalau Batik sering
begitu, Bu. Bisa web check in ketika mendekati waktu
keberangkatan,” balas Mbak Bunga. Ya sudah, mau tidak mau kami mencoba terus
sampai menjelang tiba di bandara Sultan Hasanuddin. Urusan check in ini
menjadi tantangan tersendiri, let’s say itu tantangan
kelima.
Goes to ToT Ibu Penggerak di
Tangerang
Usai salat subuh tanggal
11 November, Unga menjemput saya ke bandara. Kami bertemu Yuli di pelataran
bandara dan bersama-sama masuk ke bagian antre untuk check in dan bagasi
Batik Air. Antrean sudah mengular. Beruntung ada salah satu petugas Batik Air
yang menghampiri kami dan membantu untuk melakukan check in via daring.
Kami memutuskan membawa
barang bawaan ke kabin, tidak usah dimasukkan ke bagasi karena melihat antrean
yang masih panjang. Tak berapa lama kemudian, tibalah kami di ruang tunggu Gate
4.
Teka-teki gagal check in
melalui website terpecahkan ketika saya mengamati nomor-nomor penerbangan
di atas pintu Gate 4. Di situ tertera nomor penerbangan berbeda untuk
waktu keberangkatan yang sama persis dengan pesawat yang kami tumpangi. Dalam
tiket yang diberikan panitia, nomor penerbangannya tidak sama dengan yang
tertera di situ.
Saya mengecek lagi nomor
penerbangan yang tertera di boarding pass. Nomornya sama persis dengan
yang tertera di atas pintu Gate 4. Walah … pantasan kami tidak bisa check
in di website, ternyata nomor penerbangannya tiba-tiba berubah. Bisa
seperti ini rupanya Batik Air. Setelah mengalami semua ini barulah di grup kami
lihat ada pemberitahuan perubahan nomor penerbangan Batik Air Makassar-Jakarta
pada pukul 07.40 hari itu.
Penerbangan kami
berlangsung lancar hingga mendarat dengan mulus di Bandara Soekarno-Hatta
sebelum pukul 09.00 WIB. Di area luar pintu kedatangan, kami bertemu dengan
Mbak Ria Fasha, teman blogger Bengkulu yang juga mengikuti ToT
Fasilitator Ibu Penggerak.
Perjalanan ke Hotel Aviary Tangerang berlangsung lancar, kami tiba sekitar pukul 10.30. Sebelum masuk ball room-lah tantangan keenam dihadapi: swab test lagi! Deg-degan lagi dong. Bagaimana kalau ternyata hasil tesnya positif?
Tentunya tak ada yang bisa
menjawabnya sebelum dijalani. Alhamdulillah kami berempat negatif dan berhak
memasuki ball room. Hari itu, semua peserta yang datang dengan pesawat hasil
tes swab-nya negatif. Tapi ada 1 peserta dari Jabodetabek yang hasil
tesnya positif, terpaksa balik kanan, langsung pulang ke rumah.
Makassar,
4 Desember 2022
Bersambung ke tulisan
berikutnya
Share :
Wah menarik juga komunitas seperti ini apalagi tujuan dan pembahasannya berkaitan dengan kondisi sekarang. Jadi makin menantang nih perekrutannya, apalagi momen-momen pelatihan seperti ini pasti seru dann berkesan. Terima kasih sharingnya!
ReplyDeleteMenarik belajar tentang pendidikan masa kini, Mbak Nisa :)
Delete😍
ReplyDeleteTerima kasih.
Delete