Minim Drama Ojek Online Jika Menyadari Kita Bermitra dengan Driver– Ketika memesan taksi online akhir Desember lalu, sang driver yang menerima orderan menanyakan apakah saya akan menunggu karena posisinya agak jauh dari rumah saya. Saya perhatikan, aplikasi GoJek sering kali memberikan orderan saya kepada driver yang agak jauh posisinya bukannya kepada yang sangat dekat terlebih dulu. Dugaan saya karena “bintang” perolehannya yang terbaik dibandingkan yang berada dekat dari lokasi saya – correct me if I’m wrong, ya.
Saya sih tak pernah
berkeberatan karena saya jadi mendapatkan driver yang baik. Menurut
saya, driver yang mendapatkan bintang 5 atau 4,5 ke atas itu senantiasa
menjaga reputasinya dan karena mereka yang terbaik maka mereka yang
direkomendasikan kepada customer. Jadi saya mau saja menunggu agak lama
mereka datang jika sedang santai.
Selama sistem seperti ini berjalan, saya tidak ada komplain dengan driver kecuali suatu ketika, mobil yang saya pesan sudah sangat dekat, hanya sekitar 10 meter tetapi sekonyong-konyong si sopir cancel orderan saya tanpa kata-kata sambutan terlebih dulu. Aih, rasanya seperti di-PHP lalu diputuskan tanpa alasan.
Saya sudah bersabar
menunggu dan mengamati mobil pesanan hingga mendekat titik jemput lalu
tiba-tiba cancel itu kan bikin gemas! Yah, akhirnya husnu
zhon saja, mungkin ada hal mendadak yang membuat si driver harus
segera balik arah. Mungkin dia harus pulang ke rumah karena ada yang urgent.
Kali ini, driver ojol yang
mendapatkan orderan saya menanyakan apakah saya bersedia menunggu.
Lazimnya sopir memang demikian. Saat saya naik di kendaraannya, dia
menyampaikan lagi mengapa dia menanyakan hal itu kepada saya.
Saya katakan, saya
biasanya menunggu walaupun dalam waktu lama karena untuk memesan lagi tidak
menjamin akan mendapatkan driver yang jaraknya lebih dekat. Kalau tidak
sedang terburu-buru, saya menunggu walau itu lewat dari 30 menit. Saya memahami
kerja driver taksi online dan menginginkan hubungan baik walaupun
tak kenal driver-nya sama sekali.
Bapak itu bercerita, belum
lama ini, di dekat rumah saya ada yang memesan kendaraannya. Seperti biasa, dia
menanyakan apakah akan ditunggu oleh pemesan, si pemesan mengiyakan namun entah
mengapa si pemesan membatalkan pesanan saat mobil sudah sangat dekat dengannya,
pada jarak hitungan meter – sekitar 5 meter saja.
Dongkol dong driver-nya.
Sudah dibela-belain tapi pemesannya tega begitu. Dia menanyakan, mengapa
si pemesan tega membatalkan padahal kendaraannya sudah terlihat. Pak driver
tidak bercerita dia mendatangi langsung atau menelepon si pemesan. Mungkin saja
langsung dia datangi karena jaraknya sudah sangat dekat.
Si pemesan berkata, dia
melihat pada layar gadget-nya – posisi kendaraan driver di
situ-situ saja, tidak terlihat bergerak. Driver berkilah, dia sudah
mengatakan menuju ke lokasi dan menanyakan kesediaan si pemesan. Kemungkinan
tak terlihat bergerak di layar aplikasi si pemesan bisa saja terjadi jika
sinyal internet sedang tak bersahabat.
Yeah, dalam disrupsi transportasi seperti sekarang ini,
kita perlu mewaspadai dan menyadari banyak hal. Real time tidak sama
persis dengan waktu di layar. Butuh jeda waktu agar gerak orang di seberang
sampai di layar kita dan bisa ada error apabila sinyal internet sedang
tak bersahabat atau ada gangguan lain.
Kasihan kan, jadinya
driver dirugikan jika sebagai pemesan kita seenaknya saja membatalkan
pesanan. Akan berpengaruh pada kredibilitasnya. Driver kan mitra kita
yang selayaknya diperlakukan manusiawi.
Perlu diketahui juga,
sebagai user aplikasi, kita juga mendapatkan rating dari driver
– saya pernah bertanya pada driver tentang hal ini. Tapi kelihatannya rating
belum berlaku ketika pemesan atau driver membatalkan dengan semena-mena,
ya. Seharusnya pihak yang dirugikan bisa membela diri atau banding dalam posisi
pembatalan secara sepihak.
Cerita pak sopir terputus
ketika putri saya menanyakan apakah saya yakin dengan lokasi yang akan kami
tuju, sekian kilometer di sebelah timur rumah. Saya yang tadinya yakin jadi
ragu-ragu karena kakak sepupu yang mengundang kami bisa saja berada di rumah
kakaknya yang letaknya sekian kilometer dari arah barat dari rumah kami.
Gegas saya meraih smartphone
dan meminta pak driver untuk menunggu saya mengubah haluan di
aplikasi jika ternyata si kakak sepupu tak berada di lokasi yang saya tetapkan pada
aplikasi sebelumnya. Kakak sepupu langsung mengangkat telepon dan mengatakan
dirinya sedang berada di rumah kakaknya, yaitu sekian kilometer ke arah barat
rumah kami. Hampir deh kami konyol hahaha.
Seharusnya urusan mengubah
tujuan bisa berlangsung cepat namun tidak demikian kali ini. Si bapak yang saya
lihat secara penampakan fisik usianya jauh lebih tua daripada saya sepertinya
masih gagap dengan aplikasi driver-nya. Dia belum memberi tanda di
aplikasinya bahwa dia sudah menjemput penumpang jadinya saya sama sekali tak
bisa mengubah tujuan.
Kami menepi, menunggu si
bapak mengutak-atik handphone-nya. Ingin sekali saya menawarkan diri
untuk membantunya mengutak-atik aplikasinya tapi tak sopan rasanya jadinya saya
bersabar saja menunggu “mitra” kami sore itu selesai memberi respon pada
aplikasinya. Butuh waktu bermenit-menit menunggu hingga akhirnya saya bisa
mengubah tujuan. Berhasil.
Segera saya cek rate di
aplikasi, jadinya jauh lebih mahal ketimbang saya memesannya dengan benar sejak
awal hehehe. Ya sudah, anggap saja sanksi atas ketidaktelitian saya menggunakan
aplikasi. Mungkin dari sisi driver untuk berjaga-jaga agar driver tidak
dirugikan kali ya.
Sepanjang perjalanan, pak driver
mencoba berdiskusi dengan saya agar dia tepat mengambil rute, tidak manut
saja pada arahan aplikasi karena banyaknya galian IPAL (Instalasi Pengolahan
Air Limbah) di kota ini, terutama ke arah menuju rumah kakak sepupu itu.
Untuk orang yang tak
paham, bisa menanggapi respon pak sopir dengan marah-marah (saya kenal orang
seperti ini hehe), bisa dikira tak tahu jalan padahal maksud si bapak, agar
perjalanan berlangsung dengan efektif dan efisien maka dia perlu mengetahui
dengan presisi letak rumah yang kami tuju.
Layaknya mitra, tentunya
bapak yang prefeksionis seperti ini harus ditanggapi dengan baik karena
pertanyaan-pertanyaannya ditujukan agar sama-sama nyaman sehingga bisa menuju
lokasi dengan cepat dan aman.
Saya sih meyakini, tidak
ada drama jika menyadari kita bermitra dengan driver ojek online. Begitu
pula sebaliknya. Sama-sama menyadari dan berbuat baik intinya. Lain cerita
kalau hanya satu pihak yang menyadari hehe. By the way, Kalian punya cerita di-cancel driver atau
membatalkan pesanan? Tahu mengapa dilakukan? Share ya, siapa tahu kita
bisa sama-sama belajar menjadi mitra yang lebih baik bagi driver ojol.
Makassar,
9 Januari 2023
Share :
Setuju banget sama gagasan ini, memang sering dapat driver yang jauh enggak yang terdekat tapi setelah diamati karena bintang para driver ini yang mempengaruhi. Ada baiknya mendapatkan pelayanan yang terbaik, tanpa ada drama pembatalan yang hanya menyia-nyiakan waktu. Terima kasih informasinya!
ReplyDelete