Kelindan Memori Ramadan, Abadi dengan Jaringan Internet Cepat – Rangkaian memori dan suasana Ramadan sekarang berkelindan. Berkas kenangan masa lalu meliuk-liuk, berkelebatan di benak. Ingatan tentang almarhum Papa (panggilan saya kepada ayah) kerap mengemuka di saat-saat begini saya ingat bagaimana kebiasaan my old man setiap harinya. Kalah cepat sedikit, beliau sudah keluar rumah untuk pergi membeli ifthar buat seisi rumah.
Kenangan
Tentangnya
Di dekat rumah kami,
setiap Ramadan banyak penjual penganan berbuka puasa yang mudah dijangkau
dengan berjalan kaki. Usai salat ashar di masjid, Papa berjalan kaki menuju
salah satu booth penjual penganan itu, sering kali mengajak satu atau
dua cucunya. Anak-anak saya senang-senang saja diajak Ato’-nya karena mereka
boleh memilih penganan yang mereka inginkan.
Sesampainya di rumah, Papa
tidak pernah memberikan bungkus penganan yang dibelinya kepada saya kalau saya
tak memintanya. Tak pernah pula menyuruh saya memindahkan ke piring atau
mangkuk. Selalu beliau yang membawanya masuk, meletakkannya di meja makan,
mengambil piring bersih dari lemari piring di dapur, menata kue di atas piring,
lalu menyiapkan gelas jika yang dibelinya berupa es buah atau es cendol.
Selalu begitu
sampai-sampai saya merasa tidak enak sendiri karena saya tidak selalu ngeh kedatangan
beliau sehingga sering kali – tahu-tahu penganan untuk ifthar sudah
terhidang di meja makan. Kalau cepat bergerak, saya mengambil penganan yang
dibawanya dan meletakkannya di atas piring bersih. Kemudian dilanjutkan dengan
mempersiapkan teh untuk minuman puasa seisi rumah, dilanjutkan dengan
menyiapkan makan malam.
Begitulah kelebatan memori
tentang family man pertama yang saya kenal di dunia ini. Sejak kecil,
sosok ayah dan suami yang saya tahu itu ya sosok seperti beliau. Selalu care
dan membantu pekerjaan rumah. Apapun bisa dilakukannya, mulai dari mengerjakan
pekerjaan tukang kayu, tukang semen, memasak, hingga menjahit. Bukan pekerjaan
menjahit utuh, lebih kepada menjahit pakaiannya yang robek.
Sejak Ramadan tahun 2022
beliau tak bersama kami. Papa meninggalkan kami pada tanggal 7 September 2021,
menyusul ibunda yang berpulang dua hari sebelumnya. Kata orang-orang, bagaikan
cinta mati karena tanggal berpulang keduanya hanya berselang dua hari saja.
Entahlah, apa memang
demikian. Yang saya tahu, ibu saya memang tak bisa jauh dari suaminya. Di dalam
rumah saja, kalau 5-10 menit tak melihat Papa maka Mama akan ribut mencarinya
atau menyuruh kami mencarinya padahal Papa hanya ada di sekitar pekarangan,
mengurusi tanaman-tanamannya atau sedang ngobrol dengan bapak-bapak di masjid
dekat rumah usai salat fardhu.
Perbedaan yang paling
mencolok dalam Ramadan 2022 adalah kenangan tentangnya. Tentunya, ketiadaan
ibunda juga merupakan perbedaan mencolok berikutnya. Saya tak lagi menghadapi
obsesi ibunda tentang kekinclongan rumah jelang lebaran, juga tak lagi
meladeninya menelepon keluarga besarnya di kota-kota lain di Indonesia setiap
hari untuk sekadar bertukar kabar.
Pandemi covid-19 bukan
hanya membawa bencana sakitnya kami sekeluarga, melainkan juga menjadi
perantara penyebab kepergian kedua orang tua saya ke
alam barzakh. Dengan jaringan internet cepat, saya mengabadikan
hari-hari pilu itu di blog dan media sosial sebagai catatan sejarah kami.
Tentunya bukan bermaksud
berlarut-larut dalam kepiluan. Saya sudah move on, hanya saja yang
namanya ingatan khas akan tetap membayang. Semua orang, termasuk saya memiliki
memori jangka panjang yang memungkinkan kita hidup dalam dua dunia, yaitu masa
lalu dan masa sekarang.
Menjalani
Masa Sekarang dan Masa Depan dengan Kemudahan Jaringan Internet Cepat
Masa sekarang adalah
masanya menatap ke depan, pada masa yang masih menjadi misteri, bertemankan jaringan
internet cepat. Berapa banyak orang di zaman ini yang bisa hidup tanpa
internet? Bahkan menyimpan kenangan saja menggunakan internet. Silaturahmi
dengan teman lama dan keluarga besar kedua orang tua bisa dilakukan dari rumah
dengan internet IndiHome.
Ini juga pembeda Ramadan
dulu dan sekarang bagi saya. Dahulu keluarga kecil saya pengguna internet mobile
yang mengandalkan kuota. Awalnya tidak terlalu terasa, lama-kelamaan
menguras kantong dan perasaan, terlebih saat pembelajaran daring dilangsungkan selama lock
down akibat pandemi. Menjerit dalam hati per bulannya bisa habis 500 ribu
rupiah.
Sejak menggunakan jaringan
internet cepat dari Telkom Indonesia, pengeluaran bulanan kami terkait internet
bisa dipangkas karena kami berlangganan paket
internet pascabayar yang pemakaian dan pembayaran per bulannya relatif sama dan
jauh lebih murah. Anak-anak lebih bersukacita dalam menunggu waktu berbuka
puasa tiba.
Zaman digital sekarang
menyediakan banyak pilihan aktivitas bagi keluarga yang memilih ingin di rumah
saja saat menunggu waktu berbuka puasa tiba. Dengan internet banyak informasi
penting yang bisa diperoleh, juga bisa memperdalam ilmu Islam.
Bagi anak-anak pun lebih
menyenangkan ketimbang di masa saya kanak-kanak dulu. Dulu saya harus puas
dengan satu stasiun televisi nasional saja atau mendengarkan siaran radio yang
mana kurang acara anak-anaknya. Kalau pun acara anak-anak berlangsung, harus
mengalah sama acara nasional kalau waktunya bertepatan dan siaran langsung
disiarkan dari stasiun TV nasional itu.
Sekarang pilihannya banyak. Untuk nonton hiburan pun bisa menggunakan internet. Salah satu sarana hiburan bagi pelanggan IndiHome adalah dari paket add-on berupa streaming semua tayangan film, drama series, TV series, hingga Netflix Original milik Netflix sepuasnya dengan jaringan internet cepat dan stabil. Di samping itu, cara pembayarannya pun lebih praktis karena tagihan Netflix termasuk dalam tagihan bulanan IndiHome dan tidak perlu kartu kredit.
Kumpul bareng keluarga pun
menjadi makin seru dengan berlangganan Minipack Channel TV dari jaringan internet
cepat dari Telkom Indonesia. Menyediakan beragam pilihan tayangan favorit mulai
dari film blockbuster Hollywood, drama Korea, olahraga, hiburan,
edukatif, dan tayangan untuk anak. Tarifnya pun terbilang murah, mulai dari
Rp5.000 per bulan untuk 2 channel IndiJowo, hingga Rp475.000 untuk paket
Big Combo yang terdiri atas 58 channel.
Tentu saja, perlu kita
pahami bahwa internet itu bagaikan belati bermata dua. Keutamaan internet perlu
diiringi dengan pengetahuan mengenai sisi negatif beraktivitas dengan internet
seperti keamanan digital karena dunia maya itu
sangat luas dan banyak hal bisa terjadi secara tak terduga.
Yang jelas, dalam bulan Ramadhan,
prioritas kita adalah menjalankan kewajiban sebaik-baiknya sebagai
hamba Allah, di antaranya dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Bukan
begitu?
Makassar,
April 2023
Share :
Di bulan Ramadan banyak banget kegiatan yang berkesan, mengingat banyak juga kegiatan yang seru dan menyenangkan bersama keluarga. Pastinya juga mengandalkan internet lancar untuk mengabadikan momen di ulan Ramadan. Terima kasih informasinya!
ReplyDeleteAl Fatihah untuk alamrhum/ah Papa dan Mamanya ya, Mbak Niar..sehidup semati ya Beliau berdua, berpulang pun beda 2 hari saja waktunya. Masya Allah
ReplyDeleteBtw setuju jika beraktivitas dengan internet mesti hati-hati. Ingat akan keamanan digital karena dunia maya itu sangat luas dan banyak hal bisa terjadi secara tak terduga.
Jadi terkenang juga sama ortu nih kak Niar.
ReplyDeleteApalagi ini Ramadhan dan lebaran pertama kami tanpa ibu.
Mengingatnya jadi pengen nangis.
Kami di rumah internetnya juga internet Telkom.
Selama ini udah belasan tahun, belum pernah kecewa sama internet Telkomnya.
Samaan banget mba, dulu pas keluarga saya juga masing-masing menggunakan internet data alhasil pengeluaran lebih banyak, akhirnya memasang internet cepat dari Telkom Indonesia, pengeluaran berkurang lumayan
ReplyDeleteSemoga abinya Mbak Mugniar selalu diberikan tempat terbaik di sisi-Nya. Amin ya Robbal alamin. Apalagi dengan tiadanya seseorang yang berarti dalam hidup akan memberikan efek yang sangat kerasa dalam menjalani kehidupan sehari-hari (Zen)
ReplyDeleteKenangan tentang Ramadhan bersama ayah memang sulit dilupakan ya kak Mugni..
ReplyDeleteApalagi saat kita masih kecil trus mencari takjil bersama ayah.
Bedanya sekarang, kami sudah 7 tahun Ramadhan tak lagi bersamanya.
Tapi masih ingat dengan jelas makanan kesukaannya untuk berbuka..
Walau menyajikan berbagai kemudahan, internet memang persis pedangnya Batosai si Samurai X ya, Bun. Bermata dua. Perlu bijak dan hati-hati memanfaatkannya.
ReplyDeleteBunda anak yang bahagia karena sempat punya waktu lebih lama menemani kedua orangtua di usia senjanya. Baca tulisan Bunda tentang sosok Papa mengingatkan aku pada kakekku Bun. Beliaupun sosok family man yang nggak pernah segan dan membedakan urusan perempuan atau laki-laki di rumah. Beruntunglah kita yang dibesarkan oleh sosok ayah dan kakek yang begini ya, Bun. MasyaAllah.
Alhamdulillah sudah normal kembali keluar dari masa masa pandemi disaat ramadhan ya bun. Sekarang bebas mudik beribadah belanja buat lebaran ohh indahnyaa
ReplyDeleteMbak, diriku paham sangat loh. Ibu mertua saya juga berpulang saat covid, kami sekeluarga cukup terpukul apalagi kami tak bisa pulang untuk mengantarkan beliau ke tempat peristirahatan terakhirnya. Untungnya masih bisa melihat walaupun hanya sebatas video call, tapi kenangan itu berbekas sekali. Doa saya, semoga ayah dan bunda, mbak Mugniar mendapatkan surga terbaik-Nya ya, aamiin ya Allah
ReplyDeleteBetul sekali mba, bulan ramadan mengingatkan saya dengan kedua orang tua. Biasanya mereka yang paling semangat siapin bukaan sampai sahur. Sekarang hanya bisa bernostalgia lewat album foto dan foto di sosmed saja :")
ReplyDeleteIndiHome itu paket komplit banget sih menurut saya. Yang hanya mau internetan saja ada, yang ingin sembari nonton siaran televisi juga banyak program yang ditawarkan. Apalagi pas bulan puasa, internetan jadi tidak cepat bosan
ReplyDelete