Inginku, Selalu Ada untuk Kalian - “Ma, saya butuh Mama temani ke sekolahnya Afyad,” ujar si sulung Affiq Senin pagi kemarin. Saat itu saya tengah bersiap tilawah Qur’an. Hari itu saya punya target baca Qur’an dan sudah mempersiapkan segala sesuatunya agar nyaman ber-tilawah. Akan tetapi ketika anak sulung minta bantuan, sebagai mamaknya, saya harus bersiap mengundurkan waktu tilawah atau mencari cara lain.
“Untuk apa?” saya merasa perlu tahu alasan pastinya, untuk apa dia membutuhkan mamaknya bersamanya untuk keperluan pengambilan data di sekolah itu. Sekolah yang dimaksud adalah sekolah dasar tempat Afyad bersekolah selama 6 tahun ke belakang. Saat ini Afyad sudah duduk di bangku SMP. Pemilihan sekolah dasar Afyad didasarkan atas pertimbangan sudah mengenal guru-guru dan kepala sekolah di sana.
“Butuh ka’ ada yang
fotokan nanti saat anak-anak coba game,” ujar si sulung. Anak muda ini
sedang dalam masa penyelesaian skripsinya. Batas waktu ujian untuk semester ini
semakin dekat. Begitu banyak tanya dan rasa ingin berkata “kenapa (tak) begini/begitu?”
melihat proses yang dia lakukan selama ini tetapi saya menahan diri saja. Hanya
sesekali bertanya lalu diam, support, dan mendoakan. Begitu dia minta
bantuan, rasanya senang sekali.
Ah, baiklah. Saya menunda
waktu tilawah bahkan waktu mandi. Seorang GPK (guru pendamping khusus)
di sekolah itu mengabari jika ingin datang, pagi itu karena anak yang akan membantu
masuk pagi dan pulang jam 10.
Jam di dinding sudah
menunjukkan jarum menuju angka 10. Tak ada waktu lagi untuk mandi. Bahkan kalau
ada pintu ke mana saja milik Doraemon atau moda teleportasi, itulah yang harus
kami pergunakan agar tidak ketinggalan moment. Gegas saya bersiap dan
mendesak si anak sulung untuk bersiap.
Anak ini masih harus
dicereweti. Masa untuk keperluan dia, mamaknya yang lebih dulu siap darinya?
Padahal sebagai anak laki-laki, dia tinggal ganti baju saja sementara mamaknya
pakai dandan segala meskipun hanya pakai bedak yang didului dengan tetek-bengek
semacam membersihkan wajah, menggunakan serum wajah, krim pagi, foundation
tipis, primer Renner, dan bedak.
Kadang-kadang dalam hati
saya membatin, jadi mamak-mamak itu mau tidak mau kita dipaksa cerewet untuk
mengatur segala sesuatunya berjalan sebagaimana mestinya. Soalnya ini perihal janji dengan orang lain yang waktunya sempit untuk ditepati. Si anak yang akan jadi bahan data skripsi sebentar lagi dijemput oleh orang tuanya!
Singkat cerita meluncurlah
kami ke arah sekolah yang letaknya sekitar 4 km dari rumah. Untuk memanfaatkan
waktu, tilawah saya lakukan di atas motor – pergi dan pulang sampai
selesai target tilawah hari itu.
Proses pendataan
berlangsung lancar. Mamak melaksanakan tugasnya dan membantu beberapa hal. Tergerak
bikin tulisan ini, dengan harapan suatu saat dibaca oleh anak-anak agar mereka
tahu … adalah kebahagiaan tersendiri bagi saya merasa dibutuhkan oleh mereka
dan SAAT mereka butuh, saya ada. Masya Allah.
Saya menyadari masih belum
sempurna menjadi ibu dari ketiga buah hati. Untuk itu, semoga Allah selalu
memberikan kesempatan buat saya untuk ADA saat mereka butuh. Hal ini, tak
tergantikan oleh apapun buat saya.
Bukan hanya sekadar membantu
merekam video atau memotret, juga mengoreksi mereka di saat yang tepat atau
menjadi bahu untuk mereka menumpahkan lelah atau kesal. Seperti ketika beberapa
kali si tengah Athifah tiba-tiba datang kepada saya HANYA untuk minta dipeluk. Juga
ketika tiba-tiba Athifah minta diajar matematika, atau Afyad bertanya tentang banyak
hal dan saya mencoba menjawabnya.
Ya Allah … moment-moment
itu sungguh tak ternilai. Kebahagiaan yang saya rasakan tak bisa
terlukiskan. Semoga Allah senantiasa menyehatkan dan meng-ADA-kan saya saat
mereka “butuh”. Semoga Allah senantiasa membimbing kami di jalan-NYA.
Makassar,
19 September 2023
Mohon doanya ya, semoga segala urusan Affiq dilancarkan hingga studinya selesai. Terima kasih sudah membaca tulisan ini sampai selesai. Semoga Allah melindungi kita semua dari segala kejahatan dan me-ridhai kita dalam segala kebaikan.
Share :
Dibalik emak² yang bawel ada hati yang kadang terenyuh saat bawel. Hehe.. kadang juga jengkel kalau mereka yang woles saat kita para emak sudah siap sejak semalam. Kadang juga jengkel kalau anak tiba² banyak tanya saat emak lagi pegang macem² dipikiran. Tapi .. tapi sering kali berpikir juga kalau bukan ke kita, mau ke siapa lagi. Ah .. jadi mewek baca ini .. 🫣
ReplyDeleteDibalik cerewetnya ibu ada doa doa yang menyertainya. Ikut mengamini doanya, semoga adek Affiq studinya lancar dan merasa bahagia dalam menempuh pendidikan
ReplyDeleteSemoga kakak Affiq dilancarkan studinya sampai selesai ya. Abis baca tulisan ini tuh jadi kangen ibu. Ibu memang cerewet tapi dalam setiap acara tuh kehadiran dan doanya penting banget untuk penguatan hati. Sekarang saat udah berubah jadi ibu, aku juga cerewet tapi pisah beberapa menit sama anak aja rasanya kangen.
ReplyDeleteTerima kasih sudah berbagi cerita, anak kami masih usia 4 tahun, laki juga. sharing pengalaman ini sangat berguna bagi kami di kemudian hari.
ReplyDeleteMenjadi emak yang cerewet itu perlu banget, saya baru merasakan saat anak sudah di kelas SD, kalau gak dicerewetin mungkin dia masih males-malesan belajarnya wkwk. Rasanya terharu banget ya mba kalau kita dibutuhkan sama anak2. Kebayang pas mereka dewasa nanti, ketergantungan dengan kita pun mulai berkurang, di situlah kita rindu momen itu
ReplyDeleteWah bener banget nih, Kak. Saya juga ingin berusaha menjadi ibu yang baik dan bisa selalu ada untuk anak hehe
ReplyDelete