Madu Murni: Kisah Murni yang Dimadu - Mustaqim (Ammar Zoni), suami Murni (Irish Bella) adalah seorang lelaki yang lembut hatinya dan selalu berupaya bekerja untuk mencukupi kebutuhan Murni. Namun demikian Murni tidak selalu bahagia karena dia tidak bisa menerima uang yang dibawa pulang oleh Mustaqim meskipun jumlahnya besar.
Murni adalah perempuan shalihah
dengan hijab sebagai pakaiannya sehari-hari. Dia menerima apapun keadaan
suaminya, tidak meminta uang karena merasa warung kecil depan rumah mereka bisa
menghidupi keluarga kecilnya.
Debt
Collector yang Labil
Dari gambaran singkat di
atas, seharusnya pasangan suami-istri ini bisa hidup bahagia, ya?
Sayangnya, tidak. Lebih
dari setengah durasi film ini berisi konflik rumah tangga Mus dan Murni.
Dimulai dari Murni tak mau menerima uang yang diberikan Mus karena berasal dari
pekerjaannya sebagai debt collector yang bisa menempuh jalan kekerasan
bersama Rojak
(Tanta Ginting), teman kerjanya saat menagih hutang.
Mustaqim merasa
tersinggung harga dirinya sebagai laki-laki yang ingin menafkahi istrinya
dengan duit banyak ditolak mentah-mentah oleh Murni. Sementara Murni hanya
menginginkan suaminya mencari pekerjaan yang lebih baik.
Permasalahan makin pelik setelah Mus menyampaikan keinginannya kepada Murni untuk menikahi Yati (Aulia Sarah), janda yang rumahnya tak jauh dari rumah mereka. Menurut Mus, Murni akan mendapatkan surga dengan mengikhlaskan pernikahannya. Motif lainnya, sepertinya karena ingin upayanya diakui sehingga uangnya bisa tersalurkan dengan baik dengan cara yang halal.
Selanjutnya, malam-malam
murni diisi dengan tangisan dalam kesendirian. Sementara hari-hari Mus dan Yati
pun tak pernah lepas dari persoalan yang langsung muncul pada malam pertama
pernikahan mereka. Pendek cerita, meskipun mendapatkan uang Mus, ada kebutuhan
yang tidak pernah dipenuhi Mus padanya.
Ribetnya lagi, Murni dibawa-bawa
dalam urusan pemecahan persoalan antara Mus dan Yati. Mulai sampai Mus
mendesaknya untuk mendampingi berobat ke dokter hingga pecahnya pertengkaran
hebat antara Yati dan Murni. Yati menuduh Murni telah mengirim pelet atas
permasalahan rumah tangga antara dirinya dan Mus yang tidak terpecahkan.
Dengan disaksikan tetangga
yang kepo, pertengkaran hebat terjadi di halaman rumah Murni. Dua
perempuan yang frustrasi dan histeris mempertahankan wilayah teritorial mereka menjadi tontonan gratis warga setempat.
Sementara Mustaqim, tak kalah frustrasinya dari mereka. Mustaqim di mata saya adalah sosok lelaki labil yang sulit mengambil keputusan karena tidak punya pengetahuan harus berpegang pada apa sehingga mudah dipengaruhi dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Poligami
Tergesa-gesa
Jujur, film ini
mengingatkan saya kepada kehidupan seorang kerabat yang mendadak dimadu. Sang
suami tiba-tiba beristri lagi setelah dikompori oleh teman-teman nongkrongnya,
mirip seperti Mus yang dikompori oleh Rojak. Setelah 6 tahun, saat ini
bukan kebahagiaan yang dirasakan oleh suaminya, bahkan masalah yang berlipat
ganda.
Bedanya, kerabat saya sudah punya satu anak usia SMA ketika suaminya memutuskan menikah diam-diam. Sedangkan Murni belum punya anak dan diberi tahu sendiri oleh suaminya sebelum berpoligami. Mus masih berupaya adil dalam membagi waktu sementara suami kerabat saya tidak, semua waktunya dihabiskan dengan istri mudanya. Selain itu, sedikit spoiler ... kisah Murni happy ending sementara kisah kerabat saya belum berakhir happy.
Persamaannya, kerabat saya istri yang shalihah, ibadahnya bertambah banyak setelah suaminya menikah lagi. Persamaan lainnya, suami kerabat saya terlihat baik-baik saja seperti Mus, bukan tipikal lelaki yang doyan pacaran atau selingkuh.
Well, film ini memotret beragam
realita di sekeliling kita. Tidak ada salahnya mengambil hikmahnya tanpa perlu
menjalaninya, cukup Murni, Mus, dan Yati saja.
Beberapa
Pelajaran
Yang saya suka dari film
ini adalah pembelajaran tentang hidup berpoligami diselipkan dengan halus. Bahwa
ADIL bukan diterjemahkan
sesuka hati, bahwa poligami adalah pilihan yang diambil dengan berlandaskan
ilmu yang memadai, bukan kesoktahuan semata.
Humor terselip dengan halus pula di antara adegan-adegan film. Apa yang terjadi di antara malam-malam Mustaqim dan Yati digambarkan dengan peristiwa-peristiwa kecil yang terjadi pada tetangga mereka. Salah satunya dengan adegan nonton bola dan dialog: diacak-acak saja, tidak gol. 😅
Ada humor terselip dari kesangaran Rojak sang debt collector. Plester yang menutupi codetnya terbuka kena tamparan Mustaqim saat tengah mengancam Pak Salim (Jaja Miharja). Dengan jenakanya. Pak Salim berseloroh sembari tertawa, “Yaa … kawe.” Rojak yang kehilangan taringnya karena kepalsuan codetnya terbongkar, lintang-pukang lari keluar rumah.
Oya, adegan ini sebuah anomali karena Mus tidak sepenuhnya di pihak Rojak, dia malah membela Pak Salim dengan cara menampar Rojak yang sudah berani menampar Pak Salim yang sudah sepuh. Debt collector berbadan besar ini tidak tegaan!
Lalu ada madu murni – madu
betulan kalau ini yang menjadi properti yang sesekali ada di antara Mus dan
Murni terlihat smooth dan menggelitik, serta dr. Tobing (Joe Project P)
yang mencoba memecahkan masalah Mus dengan caranya sendiri yang menggemaskan.
Film bergenre drama komedi
ini memang khas Monty Tiwa – sang sutradara. Ada pembelajaran yang bisa diambil
dari film ini. Berkepala dingin dalam mencari solusi dalam permasalahan rumah tangga adalah poin pentingnya.
Jangan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan penting seperti berpoligami sebab
terlalu besar risiko dan mudharat yang ditimbulkan jika salah langkah.
Hal lain yang bisa dipetik
adalah mengenai pentingnya KOMUNIKASI dan INTROSPEKSI DIRI dalam mengupayakan kebahagiaan dalam rumah tangga. Penting
juga adanya KESAMAAN PERSEPSI tentang banyak hal, seperti mengenai KEBAHAGIAAN.
Mulanya Mustaqim mengira
uang yang banyak, dari mana pun asalnya pasti bisa membahagiakan Murni padahal
tidak demikian. Perempuan sederhana ini justru tak mementingkan uang. Murni
juga kurang peka akan kebutuhan Mus untuk dihargai sebagai laki-laki sekelagus kepala
keluarga.
Intinya, permasalahan
mereka bisa menemukan solusi dengan komunikasi yang baik, mengambil pelajaran
dengan introspeksi diri, dan kesamaan persepsi dalam menjalani kehidupan
berumah tangga. Dengan tercapainya hal-hal ini, bisa ditebak ujungnya happy.
Film ini merupakan film
ringan yang mana penontonnya bisa menikmati dan menafsirkan sendiri. Saya pun
menikmatinya dengan ringan, sembari makan pagi dan cuci piring melalui aplikasi Disney+
Hotstar di smartphone. Maka dari itu, mohon dimaklumi jika review ini hanya berupa review ringan.
Ada yang sudah nonton film ini? Cerita yuk, apa pembelajaran yang kalian dapatkan dari film ini. 😇
Makassar, 10 September 2023
Yang penasaran dengan film yang launching tahun 2022 ini, silakan nonton melalui aplikasi Disney+ Hotstar ya.
Share :
Pas liat pemainnya aku agak kaget. Soalnya trakhir tahu AZ ketangkap narkoba lagi pas Maret kan. Inget banget Krn aku lagi di turkiye waktu itu, denger beritanya di sana 😅. Apa syutingnya udh lama kali yaa.
ReplyDeleteCuma terlepas dari itu, aku sukaaa bgt Ama AZ dan istrinya. Selalu terlihat rukun soalnya . Makanya pas mbak bikin review ini, langsung mau nonton. Untungnya aku langganan Disney, jadi bisa lah ntr nonton. Penasaran Ama endingnya apa bkl dicereiin salah satu atau berubah JD adil 😁
Masalah duit, aku dr kecil dicekokin papa, bahwa penting kalo uang yg dihasilkan itu halal. Banyak tapi ga jelas, ga usah diterima, drpd jadi penyakit dlm diri. Makanya berkaki2 nekanin suami, kalo uang yg dia KSH utk keluarga hrs jelas asalnya, ga mau ada amplop tersembunyi atau sumber nth apa 😄. Krn yg aku butuhin juga uang berkah, bukan uang panas. Jadi ngerti bgt perasaan murni pas Diksh duit dr hasil debt coll.
Wah, persoalan yang sederhana tapi pelik untuk dipecahkan
ReplyDeleteWah bagus nih sepertinya film yang sudah direview. Saya jadi ingin nonton juga nih mengisi waktu luang hihi
ReplyDelete