Temanmu sepertinya bukan temanku – saya lupa entah bagaimana awalnya saya berpikir demikian, yang jelas karena pikiran ini jadinya saya lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan orang yang mengenal orang yang sama dengan saya. Ketika saya dengan riang menceritakan mengenai kawan saya kepada seseorang yang mengenalnya, belum tentu orang itu juga punya kesan yang sama seperti saya.
Buktinya, suatu ketika
saat orang-orang begitu mengagumi seseorang, saya justru punya kenangan yang
buruk dan membekas dengannya sehingga malas menyebut namanya. Di saat lain,
seseorang yang bisa dikira sebagai teman saya karena berada dalam circle yang
sama namun tak ingin saya katakan sebagai teman, juga dibicarakan oleh
seseorang yang kebetulan bertemu.
Biasanya saya menanggapi
dengan datar saja ketika bertemu orang yang mengenal orang demikian. Pasti
terlihat wajah datar saya jika lawan bicara teliti memperhatikan perubahan
mimik wajah saya.
Temanmu sepertinya bukan
temanku
karena dia telah melakukan hal yang tak mengenakkan yang tak terelakkan dan
masih sangat membekas … kira-kira seperti itu suara hati saya andai dia bisa
mendengarnya.
Masih mendingan saya
hanya mengeluarkan ekspresi datar, tidak lebih daripada itu karena salah
seorang dari circle saya itu pernah melakukan hal-hal jahat kepada saya,
bukan sekadar buruk lagi. Jahat sejahat-jahatnya orang dia itu. Saya sampai-sampai
tidak ingin berada di tempat yang sama dengannya meskipun tidak sengaja, bahkan
tidak ingin berada di grup WhatsApp yang sama dengannya.
Saya tidak punya dendam
padanya sih, saya mengikhlaskan ujian yang diperantarai olehnya terjadi
pada saya tetapi bekas luka yang ditimbulkannya terlalu besar. Kenangan buruk
itu terlalu besar. Saya tidak menyimpan kemarahan padanya – buktinya saya hanya
berekspresi datar bukannya marah ketika mendengar tentangnya. Namun saya masih
menyimpan trauma terhadapnya.
Tak dinyana saat bertemu
seseorang secara kebetulan, lalu tiba-tiba orang itu membahas dirinya, sebagai
temannya dengan ringan. Spontan, saya berkespresi like MEH.
Saya teringat seorang kawan
yang saya sangat pahami sisi-sisi kepribadiannya sebagai sosok yang
menyenangkan dan saat sosok tidak menyenangkannya muncul. Saya bisa memahami
dan menerimanya. Cukup diam saja ketika dia sedang tidak menyenangkan dan
menjauhinya.
Mendekati dia kembali ketika
dia sedang dalam mode menyenangkan saja. Saya bisa menerimanya demikian
karena sudah menerima sisi tulus dari dirinya yang tak segan membela dan melindungi
sahabatnya. Dia seorang yang setia kawan, kelebihannya itu tak dimiliki banyak
orang.
Masalahnya dia bisa
tiba-tiba berkonflik dengan orang-orang lain dalam masalah yang tak terduga.
Saya beberapa kali terkejut mendengar konfliknya. Dark side-nya muncul
di hadapan orang-orang itu dengan cara yang tak pernah terbayangkan. Pasti
mengagetkan orang-orang yang berkonflik dengannya dan merasa tak mau berurusan
dengannya lagi.
Namun demikian,
orang-orang dekatnya yang sudah melihat betapa besar sisi ketulusannya bisa
memahami dari angle berbeda. Bukannya menganggap dark side-nya
bisa ditolerir namun tahu cara menyikap dark side-nya itu. Sayangnya,
tidak semua orang bisa berlapang dada melihat semuanya. Bisa jadi yang terlihat
hanya sisi gelapnya berhubung sisi gelap terlihat jauh lebih besar dari sisi tulusnya
yang belum nampak dalam relasi yang terbangun.
Untuk orang-orang seperti
dia, tentunya saya tak mungkin bercerita dengan semringah mengenai kebaikannya
kepada orang yang tak saya kenal namun mengenalinya juga. Bisa jadi pengalaman
saya dan orang itu dengan teman ini bertolak belakang.
Sampai suatu ketika, saya
meluruskan sebuah masalah besar yang dialami seseorang karena kesalahan
informasi yang disampaikan oleh teman ini. Syukurnya, seseorang yang kemudian
saya bisa sebut sebagai teman saya, sebut saja X juga mampu mengenali dan
memahami sisi tulus teman kami sehingga case was closed dan X menjadi
lebih tenang.
So, sebaiknya hati-hati deh,
ketika mengatakan seseorang sebagai temanmu dan hubungannya baik denganmu,
belum tentu lho hubungan temanmu yang lain juga baik dengannya. Ada yang
pernah mengalami?
Makassar,
12 Oktober 2023
Share :
Iya, Kak memang benar biasanya seperti itu seorang teman. Harus lebih berhati-hati
ReplyDelete