Manjat Saja Tanpa Pikir Panjang – Suatu hari, saat baru pulang dari bepergian, Saya melihat dua orang anak lelaki. Salah satu dari mereka sedang berada di atas pagar besi. “Turun!” seru saya. “Mau ambil bola ji, Tante,” ucap salah satu dari mereka. “Turun! Tajam itu pagar!” saya tegaskan sekali lagi. Kali ini yang di atas pagar langsung turun dan mereka pergi.
Heran dengan anak-anak
sekitar, untuk mengambil apa-apa – semisal mainan mereka yang masuk ke dalam pekarangan
kami, mereka lebih suka memanjat pagar besi yang ada bagian tajamnya mengarah
ke atas. Kalau ada apa-apa, bisa kejadian ada yang nancap di situ.
Beberapa waktu lalu di
dekat sini ada kejadian naas, seorang bapak tua meninggal setelah sebelumnya
jatuh dan menancap di pagar rumah tetangga karena hendak mengambil buah mangga.
Ngeri kan kalau sampai terjadi yang seperti ini.
Pernah juga seorang ibu
tua hendak mengambil daun sirsak yang pohonnya terletak di pekarangan rumah
kami. Tanpa minta izin sama sekali, dia menyuruh anak lelaki tetangga yang sedang
berada di dekatnya untuk mengambilkan daun sirsak dari atas pagar. Saya yang mengamatinya
dari dalam rumah menahan kengerian.
Ibu tua lho ini.
Sudahlah tidak mementingkan etika dengan mengambil tanpa minta izin – untuk hal
ini saya tidak peduli tetapi menyuruh anak-anak supaya naik di atas pagar? Itu
sungguh keterlaluan. Kalau terjadi kecelakaan, bagaimana?
Waktu itu saya masih
menahan rasa jengkel karena belum menemukan cara tepat untuk berkata-kata.
Takutnya salah ucap sehingga menciptakan situasi yang tidak enak. Orang tua lho
ini, saya prediksi usianya 60-an tahun. Saya tahu ibu itu tinggal di mana.
Rumahnya tidak jauh dari rumah kami hanya saja saya tidak tahu namanya.
Kira-kira 2 kali saya
dapati dia menyuruh anak laki-laki dan seorang pemuda mengambilkannya daun
sirsak. Kali ketiga, saya dengar seorang anak menjawab dengan cerdas, “Minta maki’
saja.” Maksudnya anak laki-laki yang disuruh manjat kali ini menyarankan si
ibu untuk meminta daun sirsak kepada pemilik rumah. Kalau sudah minta izin kan
lebih mudah ya, tidak perlu ada yang manjat-manjat lagi, tinggal buka pagar
lalu nyelonong deh ke dekat pohon sirsak dan memetiknya sendiri.
Rupanya kali ini, si ibu
mengikuti saran anak kecil yang disuruhnya, dia pun meminta izin kepada suami
saya. Tentu saja diizinkan. Kapanpun dia mau boleh mengambil sendiri daun
sirsak, berapapun yang diperlukan. Case was closed, tidak ada lagi kebodohan
serupa yang terjadi karena egoisme si ibu.
Kemarin lagi-lagi saya
melihat ada seorang anak lelaki, berusia sekitar 9-10 tahun memanjat pagar besi
rumah kami. Saya mengawasinya dari balik gorden, dari dalam rumah. Di tangan
kanan anak itu ada boneka kain berupa karakter dari sebuah film boneka dari
barat. Saya lupa nama karakternya tetapi dari jauh bisa dikenali sebagai tokoh
karakter dalam film boneka “serupa” film The Muppet Show (saya benar-benar lupa
nama film dan karakternya).
Anak lelaki yang memegang
boneka itu manjat ke atas pagar. Salah seorang anak lelaki lain yang postur
tubuhnya lebih kecil berbicara di dekatnya. Saya tak bisa mendengar apa yang
mereka perbincangkan namun pikiran saya terusik. Kelihatannya seperti mereka
ini sedang mengerjai si pemilik boneka itu.
Menurut saya, tak mungkin
anak lelaki se-macho anak itu bermain boneka. Saya memperhatikan terus
gelagat mereka berdua. Anak yang memegang boneka berhasil naik ke atas pagar
dan dia terlihat mencoba meletakkan boneka itu di atas sebuah dahan pohon
mengkudu yang tumbuh di sudut rumah.
Saya merasa kecurigaan
saya semakin kuat bahwa mereka sedang mengerjai pemilik boneka. Untuk apa coba,
boneka didudukkan di atas dahan pohon? Kalau sedang bermain, permainan macam
apa itu yang meletakkan mainan di atas pohon yang sulit dijangkau anak-anak?
Saya membuka jendela nako seraya
berseru, “TURUN!” Telunjuk saya mengacu kepada anak yang sedang berada di atas
pohon. “Mau taruh boneka ji, Tante,” ucap anak itu. “TURUN!” ucap saya
sekali lagi dengan nada tegas sembari menunjuknya.
Beruntung si anak lelaki
beringsut turun dari atas pagar dan berlalu bersama temannya sehingga saya
tidak perlu menaikkan volume suara. Menurut kalian, kalau tujuan mereka bukan
untuk mengerjai si empunya boneka, kira-kira untuk apa boneka kain itu
diletakkan di atas dahan pohon?
Makassar,
14 November 2023
Share :
saya kalau ngelihat anak-anak naik pagar besi yang ujungnya runcing jadi ngeri mbak, takut kalau ada apa-apa.
ReplyDeleteJangankan anak-anak, yang gede aja kalau ga hati-hati juga bisa bahaya.
Entah kenapa dari kemarin, pas lewat jalan raya, saya mengamati pagar rumah orang-orang, kebetulan saya lagi lewat di kawasan rumah yang gede-gede di kota saya, ada yang pagarnya tinggi dan modelnya biasa, ada yang tinggi tapi ujungnya lancip lancip.