Saya menyebutkan nama sekolah Athifah dan menceritakan perkembangannya, “Alhamdulillah
ranking dua ki. Sekolahnya menerapkan Kurikulum Merdeka dan dia
cocok dengan kurikulum itu.”
Putri Saya dan Merdeka Belajar di Sekolahnya
Saya bersyukur dengan proses pembelajaran yang dilalui Athifah hingga di kelas XI saat ini. Dia terlihat cukup menikmati proses pembelajaran aktif yang diselenggarakan di sekolahnya. Tak jarang dia menjadi ketua kelompok untuk tugas dari bermacam mata pelajaran. Dia pun berperan aktif mewakili kelas jika ada lomba antar kelas yang diselenggarakan. Bahkan salah satu gurunya menawarinya ikut lomba lomba bahasa Perancis walaupun dia tak menguasai bahasa itu karena keaktifannya dalam belajar.
Meskipun belum sempurna menerapkan Kurikulum Merdeka, saya mengapresiasi
upaya yang dilakukan oleh sekolah Athifah. Untuk Kurikulum Merdeka mungkin
idealnya menggunakan sistem moving class namun sayangnya belum bisa
diterapkan di sekolahnya karena jumlah ruangan yang tersedia tidak memadai
dengan jumlah siswa yang ada.
Sementara itu, untuk membangun baru bukan pula hal mudah bagi sekolah
negeri. Urusan budget untuk pembangunan gedung baru sungguh njelimet urusannya.
Oya, sekolah putri saya sebenarnya belum menjadi
sekolah penggerak namun upaya penerapan Kurikulum Merdeka patut dihargai. Di
sekolahnya, baru angkatan putri saya yang menjalani Merdeka Belajar sebagai program
yang digagas oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim.
Berdasarkan
informasi dari situs Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek), Kurikulum Merdeka adalah suatu kurikulum yang menekankan
variasi dalam pembelajaran intrakurikuler. Fokusnya adalah memastikan bahwa konten pembelajaran disusun secara
optimal, sehingga peserta didik memiliki kesempatan yang cukup untuk menyelami
konsep dan memperkuat kompetensinya.
Sementara itu, Merdeka Belajar merupakan upaya inovatif untuk mengubah sistem pendidikan
guna mencapai potensi Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dengan karakteristik
Pelajar Pancasila.
Inspirasi untuk
semangat Belajar Merdeka, yang diinisiasi oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim, berasal dari pemikiran Ki Hajar Dewantara dan
Presiden Sukarno.
Keduanya pada
waktu itu berusaha mendefinisikan konsep sistem pendidikan nasional sebagai
suatu upaya pemberdayaan individu dan negara, yang mencakup nilai-nilai seperti
kemerdekaan, kesukarelaan, demokrasi, toleransi, ketertiban, perdamaian, serta
kesesuaian dengan situasi dan suasana yang terkandung dalam lima sila Pancasila
sebagai landasan negara.
Asa pada Guru Penggerak
Realita masa
kini membuktikan bahwa gebrakan program yang
digagas Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim memanen hasil memuaskan.
Setidaknya sampai saat ini inisiasi Merdeka Belajar mencapai hasil lebih dari
ekspektasi.
Salah satunya
dapat dicermati dari program guru penggerak yang diterapkan Nadiem Makarin
sebagai bagian Merdeka Belajar episode ke-5 yang diluncurkan 3 Juli 2020 lalu. Program guru penggerak ini
memperoleh
pujian dan apresiasi dari Presiden Jokowi. Hal ini menunjukkan Nadiem bekerja
serius sesuai keinginan Presiden dan memuaskan nilainya.
Hingga saat ini tercatat telah 50.000 tenaga pendidik di Indonesia yang
telah mengikuti
program guru penggerak. Dan dahsyatnya, dari 50.000 guru penggerak itu 9.000 di antaranya sudah diangkat menjadi kepala sekolah.
Program guru
penggerak bukan sekadar formalitas belaka. Nadiem memastikan bahwa guru
penggerak adalah upaya meningkatkan kualitas dan kemampuan diri tenaga
pendidik.
Harapan perubahan
wajah pendidikan nasional – salah satunya berada di tangan guru penggerak. Guru yang inovatif dan
kreatif dapat lahir dalam pendidikan di Indonesia. Dengan begitu mampu berdaya
saing dengan negara lain dan beradaptasi sesuai perubahan zaman.
Melalui guru
penggerak yang digagas Mendikbudristek Nadiem, maka ditujukan terjadi transfer
ilmu pengetahuan maupun pemikiran. Guru yang melalui
proses pelatihan untuk menjadi guru penggerak diharapkan dapat melatih kembali
rekan
seprofesinya.
Dengan demikian,
diharapkan satu
guru penggerak mampu menciptakan lima, sepuluh, atau sebanyaknya guru inovatif
serta kreatif lainnya. Guru penggerak menjadi rujukan teladan bagi tenaga
pendidik lainnya.
Inilah yang
diinginkan Nadiem Makarim. Guru di Indonesia bukan memberikan pembelajaran
sebatas tugas rutinitas saja. Namun memang seutuhnya mencerdaskan bangsa karena
dirinya sebagai tenaga pendidik memang berkapasitas mumpuni.
Guru penggerak
mampu menghimpun rekan seprofesi dan peserta didik agar berpikir sistematis dan
memiliki kompetensi. Guru penggerak, mengerti bagaimana “memoles” muridnya menjadi pemimpin.
Jadi amat wajar
jika program guru penggerak diminati puluhan ribu tenaga pendidik di Indonesia.
Bahkan mungkin saja ratusan ribu guru, hanya saja belum memperoleh kesempatan
karena terbatas.
Jika tahun-tahun
selanjutnya jumlah guru penggerak makin bertambah jumlahnya di Tanah Air, dapat
dibayangkan kan mutu pendidikan bangsa kita? Jika
ekpektasi tercapai maka cita-cita pendidikan Indonesia yang unggul bukan lagi
sekadar isapan
jempol.
Selayaknya memang
Preisiden Jokowi menaruh harapan agar ke depannya jumlah guru penggerak makin
meningkat kuantitas serta kualitasnya di seantero Indonesia. Sebab hasilnya jelas
berperan dalam peningkatan kualitas para peserta didik.
Selain itu, sekolah atau satuan pendidikan pada akhirnya nanti akan menjadi laboratorium pengetahuan dan wadah
kaderisasi
kepemimpinan. Pasalnya satuan pendidikan telah diisi tenaga pendidik unggulan.
Mendikbudristek
Nadiem Makarim berpikir visioner untuk keberlanjutan sektor pendidikan
Indonesia yang lebih bermutu. Tahapan demi tahapan digerakkan Nadiem agar
pendidikan semakin berkualitas.
Untuk itulah tercipta ide brilian “guru penggerak”
dari seorang Nadiem Makarim. Guru penggerak diharapkan mampu mentransformasi pola
lama pembelajaran ke metode inisiatif dan kreatif sehingga rekan tenaga
pendidikan lain dan murid di satuan pendidikan menjadi insan manusia aktif. Bagaimana
kabar satuan pendidikan di kota kalian?(*)
Share :
Semoga sistem pendidikan di indonesia semakin maju ya kak.
ReplyDeleteKalo anak saya karena sekolah di PKBM mereka ada slogan merdeka belajar.
Btw kak, suka sama dialeg orang sulawesi kalo ngomong.
Ada ta, ada mi ada ji..
Kadang kalo ngomong ditambah ng. Misalnya makan jadi makang. Khas sekali.
ada ada aja ya istilahnya sekarang ini. Guru penggerak menarik sekali namanya. Semoga kualitas guru Indonesia dapat jauh lebih keren dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Semangat terus
ReplyDeleteSemoga kedepannya sistem pendidikan kita makin maju ya. Guru juga makin kreatif dan inovatif. Tidak lupa juga semoga guru mendapatkan hak yang lebih layak atas jasanya di masa mendatang.
ReplyDeleteAih ide Nadiem Makarim emang tokcer ya. Semoga gerakan merdeka belajar bisa membawa generasi muda bangsa menjadi generasi yang tangguh, membanggakan, dan berprestasi
ReplyDeleteWaktu mas menteri bilang tidak menjalankan uan, saya udah seneng aja.
ReplyDeleteSaya sendiri merasa pas sama kinerja nya pak Nadiem.
Perkembangan zaman (semoga term "berkembang" di sini sudah pas ya, artinya beneran berkembang) seringkali menuntut kita untuk beradaptasi, termasuk dengan kurikulum merdeka ini. Kembali lagi, semoga benar-benar membawa perkembangan ke arah yang lebih baik. Semangat belajar!
ReplyDeleteGuru penggerak, kurikulim merdeka istilah istilah itu bagus didengarnya. Soal pelaksanaan di lapangan rasanya hanya berlaku di beberapa sekolah saja yang sudah siap secara personal dan fasilotas sekolah. Tapi bagi beberapa sekolah masih lebih menggunakan kurikulum karena keterbatasan alat dan bahan yang dimiliki sekolah
ReplyDelete