Debat Capres di Pasar Terkait (Impor) Bawang Putih – Pada sebuah pagi menjelang siang di Pasar Kalimbu, jalan Veteran Utara, saya bermaksud membeli sejumlah bumbu dapur yang hampir habis. Saya berjalan pelan menuju sebuah los, tempat saya biasa membeli daun salam.
Seorang ibu berkerudung
tengah menawar harga 1 kilogram bawang putih di kios itu, diladeni ibu pemilik
kios. Saya yang berdiri di belakangnya menunggunya selesai berbelanja. Saya lihat
daun salamnya masih segar, daun salam seperti itu yang saya cari. Saya hendak
membeli daun salam dan bawang putih juga di situ.
"Mahalnya," ujar
ibu berkerudung itu, mengomentari harga yang disebutkan ibu penjual. Tidak
sependek itu, komentarnya agak panjang. Dia masih mencoba menawar. Ibu-ibu
begini ini ya, kalau berbelanja meskipun harga naik 1000 rupiah seperti merasa
terzalimi. Setahu saya sudah biasa bawang putih naik di harga itu dan belum
luar biasa. Kecuali kalau naiknya sebesar 20.000 rupiah lagi – nah itu
baru luar biasa.
Seorang ibu berwajah
oriental berambut pendek yang sedang berbelanja di los sebelah kanan los itu menimpalinya,
"Naik-turun harga, Bu. Itu kan impor. Kalau murah harga impor ya murah.
Kalau mahal ya mahal."
Dalam hati saya
membenarkan, memang seperti itu keadaannya. Ibu berwajah oriental itu
kelihatannya mulai gemas sama ibu berkerudung. Saya diam menyimak, masih
berdiri di belakang si ibu berkerudung sembari membatin, "Hah? Masa sih
bawang putih sampai diimpor? Harus cek di Google nih, luar biasa negara
kita ya kalau benar mengimpor bawang putih."
"Makanya pilih X
untuk jadi presiden!" ujar ibu berkerudung.
"Lho? Kenapa jadi ke
pilpres? Kenapa malah berkampanye sukarela?" saya membatin lagi sembari
menggeser posisi ke los sebelah kiri yang dimiliki seorang bapak. Ibu penjual bumbu
diam saja, seakan terpaku dengan fenomena di hadapannya.
Saya tak mau terjebak
dalam perdebatan copras-capres di pasar meski hanya sebagai pendengar pasif. Saya ingin secepatnya pulang ke rumah
dan hanya mau menyaksikan debat para capres bukan debat ibu-ibu yang hendak
membeli bumbu dan sayur.
"Apa hubungannya Bu?
Tidak ada hubungannya impor dengan capres, tergantung dollar!" ibu
berwajah oriental mendekat.
Mereka masih berdebat,
saya buru-buru membeli bawang putih dan daun salam. Kayaknya sudah mulai
memanas nih, saya tidak mau terpancing gerah haha.
"Tetap ja'
saya menjual di pasar siapapun presidennya," ucap santai pedagang yang
losnya saya datangi. Saya melempar senyum kepadanya, sembari menyebutkan ingin
membeli apa di losnya.
Saya meninggalkan pasar
tanpa perlu terpengaruh dengan debat kedua ibu itu sebab saya sudah tahu siapa
yang akan saya pilih nanti dan sudah mencari tahu banyak hal tentangnya.
Oya, terkait impor bawang
putih, baru tahu saya bahwa ternyata pada tahun 2021 ada artikel yang menyebutkan
bahwa Dikutip dari dokumen Outlook Bawang Putih 2020 yang dipublikasikan
Kementerian Pertanian (Kementan) pada awal tahun 2021 ini, Indonesia menjadi
negara importir bawang putih terbesar di dunia berdasarkan data FAO pada tahun
2014–2018. Indonesia merupakan negara importir bawang putih terbesar di dunia
dengan rata-rata volume impor bawang putih sebesar 509.621 ton per tahun [1].
Bagaimana sekarang?
Sekarang, Indonesia masih tergantung dengan impor bawang putih tetapi berita
terbaru menyebutkan bahwa pemerintah akan membatasi impor bawang putih pada tahun
2024 ini. Yeah, semoga saja janji ini akan jauh mengurangi rencana
pemerintah mengimpor bawang putih sebanyak 561.962 ton bawang putih pada tahun
ini[2].
Well, sudah menetapkan bakal
wakil rakyat kalian di lembaga legislatif dan calon presiden yang bakal kalian
pilih? Semoga, siapapun yang nantinya mencapatkan jabatan menjadi orang-orang
amanah yang berpihak pada rakyat, ya bukannya menambah impor bawang putih.
Makassar,
18 Januari 2024
[1] https://money.kompas.com/read/2021/12/15/151611126/impor-bawang-putih-indonesia-terbesar-di-dunia-terbanyak-dari-china.
[2] Tonton di kanal Bisnisdotcom informasi 3 bulan lalu tentang impor bawang putih di link: https://www.youtube.com/watch?v=akjnwlLmpVY
Share :
Ternyata ibu-ibu kalo di pasar tidak kalah dengan bapak-bapak di warung kopi, bahas politik juga hahaha...
ReplyDeleteSoal impor bawang putih itu mirip dengan impor beras sih.
Aku tidak ingat tahu berapa tapi masih presiden Jokowi, dulu harga bawang putih pernah sampai 60 ribu karena melarang impor bawang putih, padahal sebelumnya cuma 30 ribu. Petani senang tapi pedagang bawang putih ngambek karena omzet turun.
Semoga ibu itu saja yang kampanye di pasar, Mas wkwkwk. Ampun deh kalau banyak yang begitu, kan mundur yang mau belanja karena lama urusannya :D
DeleteKalau ada perdebatan seperti itu
ReplyDeleteSaya juga hanya bisa menyimak
Ya bagaimana, hampir semua sembako lebih banyak impor. Kualitas dan tahan lama memang diakui.
Dari dulu, memang negara kita lebih suka impor. Ya akhirnya kecanduan.
Tapi masa kita harus impor terus mas, kalo suatu saat diblokir atau perang dagang sama negara pengimpor gimana dong.😂
DeleteJangan sampai impor terus dong yaa hehehe.
Delete