Memahami Kasus Bullying: Tantangan dan Solusi – Bullying (perundungan), atau intimidasi, merupakan permasalahan sosial yang serius yang dapat terjadi di berbagai lingkungan, mulai dari sekolah hingga tempat kerja. Kasus bullying sering kali menimbulkan dampak yang merugikan baik bagi korban maupun pelaku, dan seringkali membutuhkan tindakan preventif dan penyelesaian yang tepat untuk mengatasinya.
Salah satu
aspek terpenting dalam memahami kasus bullying adalah menyadari bahwa
perilaku ini tidak hanya terbatas pada tindakan fisik. Bentuk bullying
juga bisa berupa verbal, psikologis, dan bahkan cyberbullying di era
digital saat ini. Bentuk-bentuk ini seringkali terjadi secara berulang dan
memiliki tujuan untuk melukai, menakut-nakuti, atau merendahkan orang lain.
Penyebab
dan Tantangan dari Kasus Perundungan
Penyebab dari
kasus perundungan bisa bermacam-macam, mulai dari faktor lingkungan, keluarga,
teman sebaya, hingga masalah kejiwaan individu. Misalnya, seorang pelaku bullying
mungkin mengalami kekerasan atau ketidakstabilan emosional di rumah, atau
mereka mungkin merasa tidak aman secara sosial dan mencari cara untuk
mendapatkan perasaan kuasa atau dominasi melalui intimidasi.
Menurut
penjelasan dari Tiara Diah Sosialita Mpsi – psikolog dan dosen di Departemen
Psikologi Universitas Airlangga, ada beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya
kasus bullying di kalangan remaja. Secara psikologis, intimidasi bisa
muncul karena adanya sikap-sikap negatif seperti rasa iri, dendam, dan
permusuhan di antara remaja.
Dari
perspektif pelaku, perundungan umumnya terjadi karena kurangnya kepercayaan
diri yang mereka miliki. Bullying menjadi cara bagi mereka untuk
mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya. "Mereka beranggapan
bahwa dengan melakukan perundungan, mereka akan merasa puas, lebih kuat, dan
lebih dominan," ungkapnya dalam sebuah wawancara pada Senin (20/6/2022)[1].
Dampak dari bullying
bisa sangat merusak bagi korban. Mereka bisa mengalami masalah psikologis
seperti depresi, kecemasan, dan bahkan mengalami trauma jangka panjang seperti Post-Traumatic
Stress Disorder (PTSD). Dalam beberapa kasus, korban bullying bahkan
dapat mengalami perubahan perilaku drastis, menarik diri dari interaksi sosial,
atau bahkan memilih untuk bunuh diri sebagai jalan keluar dari situasi yang
menyakitkan ini.
Kasus bullying di sekolah SMA Binus International BSD yang saya baca di beranda.co.id kembali mengingatkan
kita bahwa kasus seperti ini masih ada di sekitar kita. Akibat perundungan yang
dialaminya, korban harus dirawat di rumah sakit karena memar akibat pukulan
bertubi-tubi dan luka bakar akibat sundutan rokok di sejumlah titik di
tubuhnya. Lagi-lagi, tantangan untuk kasus seperti ini adalah terkait KESADARAN
dan PENGAWASAN.
Masih harus
dibangkitkan kesadaran bersama bahwa kekerasaan, mulai verbal, psikis, fisik,
apalagi seksual bukanlah kelaziman. Tak pantas dimaklumi sebagai perbuatan
bercanda sesama remaja apalagi kasus yang melibatkan anak dari selebriti
Vincent Rompies itu ternyata sudah terjadi selama 9 generasi.
Tantangan
lainnya adalah perihal pengawasan. Mengapa sampai terjadai di lingkungan
sekolah, ini menunjukkan lemahnya pengawasaan sekaligus minimnya kesadaran dari
pihak sekolah akan tindakan-tindakan yang mengarah pada perundungan.
Kasus serupa
pernah menimpa putra sulung saya ketika duduk di bangku SMP. Dia mengalami perundungan nyaris selama 3 tahun
di dalam kelas oleh 3 orang teman sekelasnya. Bayangkan, terjadi selama masa
sekolah, di jam-jam sekolah dan tidak ada guru yang menyadarinya! Jika bukan
karena temannya yang melaporkan kepada suami saya, kami mungkin tidak akan
pernah tahu kasus bullying yang menimpa putra saya itu!
Solusi
dalam Menghadapi Kasus Bullying
Oleh karena
itu, penting untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam penyelesaian
kasus bullying. Ini melibatkan pendekatan holistik yang melibatkan baik
individu yang terlibat maupun lingkungan di sekitarnya. Beberapa hal yang bisa
dilakukan di antaranya:
1.
Pendidikan dan Kesadaran
Memberikan
pemahaman kepada semua pihak tentang apa itu bullying, bagaimana cara
mengidentifikasinya, dan mengajarkan pentingnya menghormati perbedaan. Ibu-ibu
di komunitas Sidina memiliki kapasitas untuk melakukan hal ini. Sebagai orang
yang pernah mengikuti Training of Trainer Fasilitator Ibu Penggerak
Sidina Community di Tangerang tahun 2022 lalu, saya bersaksi bahwa fasilitator
mendapatkan pengetahuan yang memadai untuk membawa materi terkait kasus
kekerasan di sekolah. Tantangannya adalah, apakah pihak sekolahnya menganggap
penting hal ini atau tidak. Saya sendiri sudah mendekati kepala sekolah dan
guru di sekolah-sekolah anak-anak saya namun belum ada yang menanggapinya
dengan serius.
2.
Dukungan Psikologis
Korban dari kasus bullying membutuhkan dukungan psikologis yang kuat. Ini bisa berupa konseling individu atau kelompok untuk membantu mereka mengatasi dampak emosional dari intimidasi yang mereka alami. Support system sangat penting dalam hal ini, utamanya dari orang tua. Orang tua tidak boleh menganggap remeh kasus perundungan yang dialami buah hatinya. Sebaiknya banyak membaca perihal informasi terkait kesehatan psikologis atau kesehatan mental, misalnya di beranda.co.id agar mendapatkan tambahan wawasan dalam menjalani kehidupan. Banyak informasi menarik terkait kesehatan mental, pengembangan diri, dan inspirasi dari orng-orang sukses yang bisa menjadi insight tersendiri di beranda.co.id.
3.
Konseling untuk Pelaku
Penting juga
untuk memahami penyebab perilaku bullying dan memberikan konseling serta
dukungan kepada pelaku untuk mengubah pola perilaku mereka. Ini menjadi
tantangan tersendiri pula karena belum tentu orang tua pelaku mau berendah hati
mengakui kelakuan anaknya dan bersedia membawa anaknya konseling.
4.
Intervensi Sekolah
Institusi
tempat perundungan terjadi harus memiliki kebijakan yang jelas dan tindakan
yang tepat untuk menangani kasus-kasus ini. Ini bisa mencakup hukuman
disipliner untuk pelaku dan langkah-langkah pencegahan untuk mencegah
terjadinya bullying di masa depan. Dalam kasus di SMA Binus, sekolah
sudah melakukan langkah tegas seperti membelakukan sanksi drop out terhadap sejumlah tukang bully, hal ini
patut diapresiasi.
5.
Keterlibatan Komunitas
Komunitas
juga memiliki peran penting dalam mendorong budaya yang menghormati dan tidak
mendukung perilaku bullying. Ini bisa melibatkan kampanye kesadaran,
kegiatan sosial, atau forum diskusi untuk membahas masalah ini secara terbuka.
Tentunya penting bagi komite sekolah untuk pro aktif untuk melakukan langkah-langkah
yang edukatif, antisipatif, dan keinginan untuk menyelesaikan masalah yang
terjadi. Komunitas mandiri seperti Sidina Community
juga melakukan upaya yang maksimal melalui para relawannya untuk membantu
menangani atau mencegah kasus kekerasan di sekolah.
Dengan
pendekatan yang komprehensif dan kerja sama dari semua pihak terkait, kasus bullying
bisa diatasi dengan lebih efektif. Penting untuk mengubah budaya yang mendukung
intimidasi menjadi lingkungan yang aman, ramah, dan inklusif bagi semua orang
agar anak-anak kita bisa menjalani masa sekolahnya dengan bahagia dan damai
sehingga mampu berkembang secara optimal.
Makassar, 22 Februari 2024
[1] https://unair.ac.id/dosen-psikologi-unair-paparkan-penyebab-perilaku-dan-cara-menangani-bullying-pada-remaja/,
diakses 22 Februari 2024, pukul 14:30.
Share :
Miris banget ya mbak dengan kejadian bullying akhir-akhir ini. Perundungan bisa terjadi dimana saja. Ya yang paling baru di sekolah binus itu. Semoga anak-anak kita terhindar dari perilaku dan korban bullying. Amiin
ReplyDeleteSetuju bahwa pendidikan adalah salah satu cara efektif untuk mencegah bullying terjadi, terutama pendidikan sejak di dalam rumah. Bagaimana adab diajarkan oleh orang tua kepada anak, sehingga karakter pribadi yang baik sudah tumbuh sejak anak kecil. Semoga tak pernah terjadi lagi kasus bullying menimpa anak-anak kita.
ReplyDeleteSaat ini banyak kasus bullying sedang marak. Perlu adanya edukasi bagi masyarakat agar bisa mengatasi dan mencegah terjadinya bullying, terutama yang sering terjadi di dunia pendidikan setingkat SD, SMP dan SMA.
ReplyDeleteSaya prihatin dan miris banget mendengar banyak kasus perundungan beberapa tahun terakhir. Selain kepedulian pihak sekolah, orang tua juga pihak utama yang harus bertanggung jawab terhadap perilaku anaknya. Minimal berempati dan meminta maaf terhadap keluarga korban perundungan bisa jadi salah satu solusi.
ReplyDeleteBeberapa kasus bullying terjadi karena transfer adab ortu ke anak tidak sampai dengan sempurna. Jadi si pelaku sangat mungkin tidak merasa dan ortu juga punya reaksi sama. Korbannya yang kasihan kalau sampai mencederai fisik dan mentalnya.
ReplyDeleteSaya baca kasus bullying yang melibatkan seorang anak artis itu mengalami perkembangan. Katanya (baru katanya, belum ada konfirmasi dari pihak terkait) korban bullying tersebut ternyata kerap melakukan pelecehan seksual. Namun, tentunya hal itu tidak serta-merta tindak bullying terhadap dirinya bisa dibenarkan. Semoga fakta atas kasus ini segera terbuka dan menjadi pelajaran bagi kita semua.
ReplyDeleteHmm ini pas banget sama berita yg lagi viral. Emang kondisi anak di sekolah rentan banget ya sekarang. Salah satunya soal bullying. Perlu banyak menginfokan jg ke masyarakat ini bukan persoalan sepele. Terimakasih sudah jadi bagian menginfokan ini mba.
ReplyDelete