Pemilu Kami dan Bincang Suap – Pukul 8.30 ada suara dari arah halaman masjid dekat rumah, tempat TPS 5, TPS kami sekeluarga. Saya tak mengenali suara siapa itu tetapi pasti dia petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara). Orang itu berkata, "Bapak, Ibu segera ke TPS 5 karena TPS sedang sepi."
Tak berapa lama, saya
melongok ke luar jendela warga Rappocini berduyun-duyun ke TPS. Wih,
banyak orang datang karena ajakan “sedang sepi” itu, nanti kami pasti dapat
giliran pas padat-padatnya. 😅
Sudah bisa diduga, usai
sarapan dan mandi, tiba di TPS yang hanya sepelemparan sandal, Athifah, pak
suami, dan saya mendapat nomor antrean 105,106, dan 107 sementara yang
dipanggil oleh petugas KPPS baru nomor 90. Butuh waktu lewat dari 30 menit
hingga tiba giliran saya.
Surat suara yang berukuran
besar kelihatannya merepotkan bagi sebagian orang. Athifah bercerita,
seorang bapak yang sedang menelisik
surat suara di sebelah bilik suaranya terdengar mengomel-ngomel. Putri saya
yang kali ini menjadi pemilih pemula pun membutuhkan waktu cukup lama untuk
membolak-balik kertas suara.
Dalam peristiwa ini, bukan
hal mudah menghubungkan nama-nama calon anggota legislatif yang ada di surat
suara yang wajahnya terpampang di pinggir jalan dengan deretan nama saja di
surat suara kecuali jika kita memang sudah niat untuk memilih siapa, dari partai
apa.
Jelang hari pemilu 14
Februari, saya akhirnya mendapatkan informasi mengenai link simulasi
surat suara di grup SMA dari seorang teman. Ada dua link, yaitu https://www.lezen.id dan https://goodkind.id/pemilu?mode=simulasi.
Awalnya saya senang bisa
melihat nama-nama caleg di kedua website tersebut. Namun sayangnya, rasa senang
itu timbul hanya sesaat karena saya tak
mendapatkan informasi apa-apa selain nama dan asal partai padahal saya
mencari informasi yang lebih lengkap.
Saya masih mencari-cari
siapa caleg yang akan saya coblos waktu itu. Awalnya saya pikir, membaca
nama-nama caleg dari dapil saya akan memudahkan saya mendapatkan informasi
lebih lengkap terkait visi, misi, atau rencana program kerjanya – minimal akses
ke akun media sosial mereka supaya mudah meneliti rekam jejak mereka. Sayangnya, saya tidak mendapatkan
informasi mengenai akun medsos mereka.
Ternyata memang tidak
mudah ya untuk mencari tahu siap sesungguhnya orang-orang yang akan dipilih ya?
Tak heran jika banyak yang mencoblos asal-asalan, seperti main hitung kancing
atau memilih sesiapa yang memberi uang paling besar.
Jadi ingat, suatu hari
putri saya bertanya, “Ma, katanya kalau mau pemilu ada yang kasih uang?” Saya mengiyakan.
“Mama pernah?” Saya menjawab dengan “tidak”. “Hanya pernah ada yang bilang
kalau memilih dia akan ada undian umroh tapi Mama tidak mau,” ujar saya.
“Temanku bilang tidak
apa-apa ji kita terima uangnya tapi tidak usah pilih orangnya,” ucap
putri saya lagi. “Tidak boleh diambil. Dalam Islam, kita dilarang menerima
sogokan,” jawab saya lagi.
Ya, dalam Islam jelas,
yang memberi dan menerima kena sanksi, sebagaimana hadits berikut:
Dari Abi Bakr yaitu Ibni ‘Ayyasy, dari Laits, dari Abi Al-Khathab, dari Abi Zur’ah, dari Tsauban, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang menyuap, yang disuap, dan orang yang memperantarai keduanya.
Kelak, saya ingin bertemu
Rasulullah di akhirat, betapa tak enaknya jika saat itu tiba, beliau malah
melaknat? 😥
Dalam website imanmuslim.com
disebutkan:
Apabila ada calon yang natinya melakukan praktek-praktek politik uang untuk meraih suara rakyat, maka calon tersebut tentunya bukan kriteria calon yang jujur dan amanah, sama saja memilih memilih pemimpin yang tidak beriman dan tidak bertakwa, memilih pemimpin yang tidak jujur (siddiq), tidak terpercaya (amanah), tidak aktif dan aspiratif (tabligh), tidak mempunyai kemampuan (fathonah), dan tidak memperjuangkan kepentingan umat, maka hukumnya adalah haram.
Seram lho ancamannya
tapi hari gini banyak orang muslim
yang tidak peduli dengan hal ini. Kepercayaan konstituen dibayar dengan uang,
lalu bagaimana nanti integritasnya jika belum apa-apa sudah mengeluarkan uang
untuk memuluskan jalannya? Sebagai pemilih, yakinkah orang seperti ini akan benar-benar
bertanggung jawab, berdedikasi, dan memperjuangkan kepentingan pemilih?
Makassar,
17 Februari 2024
Share :
assalamu alaikum
ReplyDeletesebenarnya baik di lezen.id maupun goodkind.id itu memiliki fitur profil.
Untuk fitur profil di lezen.id bisa berisi alamat, riwayat pendidikan, riwayat organisasi, penghargaan, status pidana, dan riwayat pernikahan. Semua itu bersumber dari website info pemilu KPU
Sedangkan di goodkind, mungkin sebagian memiliki info seperti lezen.id, tetapi ada juga yang bahkan sampai lebih lengkap yaitu memiliki catatan visi misi dan rekam jejak.
Wallahu A'lam
Wa'alaikum salam warahmatullah
DeleteBenar, fiturnya ada tetapi kebanyakan caleg sini (di dapil saya) tidak mengisinya. Kalaupun ada yang isi, pendek sekali, hanya satu kalimat yang terdiri atas sekitar 4 kata. Apa yang bisa dilihat dari situ ya. Sangat disayangkan.