Seolah Dia yang Punya Jalan - Melalui lorong kecil dengan mengendarai sepeda motor, ketika bapak tua itu sedang berjalan di tengah lorong (gang) selebar 1,5 meter, harus bersabar menunggunya berjalan dengan pelan. Setiap melihatnya saya mengingat film Mr. Bean episode tangga dengan sejumlah kakek-nenek yang berjalan pelan menuruni tangga sementara di Mr. Bean butuh berjalan cepat untuk turun.
Kakek di
Lorong
Sayangnya, Mr. Bean hanya
bisa bersabar dan menahan gemas karena sama sekali tidak bisa mendahului semua
kakek-nenek itu. Mr. Bean kemudian bisa melewati satu per satu para kakek-nenek
tapi saya lupa apakah semuanya bisa dilewati atau tidak.
Kembali ke kakek yang
berjalan pelan di lorong itu, bukan hanya sekali-dua kali kejadiannya seperti
itu – berkali-kali, Gaes! Beliau tidak pernah peduli ada kendaraan yang
mau lewat dan kendaraan yang hendak lewatlah yang harus menepi. Kabarnya beliau
tidak pernah berusaha menepi, selalu saja tetap berjalan di tengah lorong
sehingga kendaraan apapun TIDAK AKAN PERNAH bisa melewatinya.
Coba bayangkan jika kita
bertemu dengannya di ujung lorong dan harus mengikuti ritmenya di ujung lorong
sana. Kalau hal itu terjadi hanya satu-dua kali, it’s ok-lah tetapi
kalau sampai berkali-kali terjadi … itu namanya UJIAN KESABARAN. 🤣
Biasanya kan reaksi
normal kalau ada kendaraan di belakang kita saat berjalan di jalan sempit, kita
akan segera menepi memberi jalan ketimbang tetap berjalan santai, bukan?
Nah, si kakek ini tidak
pernah mengambil sikap menepi padahal sebenarnya bisa banget beliau menepi.
Dia akan berjalan dengan pelan menuju ujung lorong dan membiarkan kendaraan di
belakangnya berjalan dengan sangat pelan juga sampai dia tiba di tujuannya.
Itu baru satu cerita …
masih ada cerita lain nih.
Duduk Santai
di Persimpangan
Pernah lihat orang-orang ngobrol
persis di persimpangan gang? Waktu melihatnya, kita yang mau lewat gemas karena
takut menyenggol mereka tetapi mereka santai saja?
Kalau belum pernah, yuk
main di lorong-lorong jalan Rappocini Raya!
Tak hanya sekali-dua kali
saya mendapatkan situasi seperti ini. Serba salah rasanya. Bukan sekadar gemas
lagi, saya jadi merasa kesal sendiri ketika melihat wajah ibu yang sama duduk
di depan sebuah rumah PERSIS di persimpangan sementara kendaraan lalu-lalang
dengan cukup padatnya.
Bukannya menepi, masuk
dulu kek ke dalam rumahnya atau berlindung di mana kek, ini malah
menatap setiap mata yang memandangnya eh setiap kendaraan yang lewat.
Saya yang menatapnya bengong mendapatkan tatapan balik, sampai saya yang
risih sendiri. Eh gimana?
Pernah juga mendapati seorang
ibu yang lain duduk santai di sepertiga bagian lorong kecil padahal
sewaktu-waktu ada saja sepeda motor yang lewat. Saat kami lewat, dia tidak
menepi, Gaes, asyik saja duduk santai di situ. Gemaaaasss 😭🥴.
Yah, begitulah
#dinamikalorong harus banyak belajar sabar. Ini cuma salah satu
"tantangan" di luar bunyi musik yang disetel dengan kekuatan super power
yang bikin banyak orang mengelus dada. Coba bayangkan, bagaimana rasa gemasnya
jika ketua RT yang punya peralatan orkes yang putar musik keras-keras sampai
jam 12 malam dan suaranya terdengar jelas karena arahnya dekat dari kamar tidur
saya! Luar biyasah, bukan? 😂
Pernah mengalami kejadian-kejadian
seperti ini?
Makassar,
6 Februari 2024
Catatan:
Gambar-gambar ini hasil kreasi prompt sehingga terbentuklah gambar AI. Jika ada yang ingin ikut kelas gambar AI, ada yang akan berlangsung 14 Februari. Kontak saya ya jika berminat, biayanya under 50k (saya bantu share info ini).
Share :
Cerita yang menarik dan mungkin dekat dengan keseharian. Bagaimana seorang berperilaku di tempat umum. Ketika orang sudah lansia, diibaratkan kembali menjadi anak kecil, berperilaku seperti anak kecil hehe...
ReplyDeleteCeritanya ada di sekitar kita, saya pun pernah merasakan hal sejenis ini, cuman elus dada karena ga mau ribut dan udah dibilang berkali-kali. Pembelajarannya adalah kita harus lebih aware sama keberadaan orang lain di sekitar kita jangan sampai apa yang kita lakukan mengganggu ornag sekitar kita, berikan kenyamanan kepada orang lain agar kita mendapatkan kenyamanan
ReplyDeleteIkutan kesel saat membayangkan ibu-ibu yang menghalangi jalan, bukannya minggir malah menatap mata orang yang mau lewat. Nantangin banget, deh. Hal sepele yang bisa berujung pada keributan besar.
ReplyDeleteHidup di masyarakat memang begitu, kadang kesal karena ada kakek yang jalannya pelan banget padahal kita ingin cepat karena keperluan.
ReplyDeleteKalo soal orkes dangdut yang suaranya menggelegar sepertinya umum ya, disini juga kadang ada.😂
Btw, gambarnya keren.
Sebel sih mbak.. tapi kenapa ya rata2 ortu begitu kalo nggak diingatkan..apalakah kemampuan berpikirnya sudah hanya bisa satu fokus saja yaitu apa yang diajak berbicara..
ReplyDelete😄 aku juga pernah... tapi beruntung orangnya ga di tengah jalan, seringkali ibu2 sih 😁 maaf ya 🙏
ReplyDeleteBiasanya hal seperti ini akan sangat akrab dijumpai pada mereka mereka yang keras kepala. Ketika sudah terjadi kecelakaan, mereka dengan mudahnya menyalahkan orang lain. Bahkan pernah ketemu sama orang yang sengaja parkir motor di depan gang. Gimana mau lewat cuy, pas disingkirin, malah dipelototin. Aneh emang.
ReplyDeleteKalau sudah nemu kek gini, biasanya yang saya lakukan adalah klakson kenceng-kenceng, apalagi kalau sama mereka yang bawa motor beriringan sambil ngoborl. Tak teriaki, kalau ngobrol di cafe wooy, bukan di jalan
ReplyDelete