Tentang TORIFUJI – Saya sedang menyimak rangkaian acara Penamatan Sekolah Entrepreneur Tahfidz untuk Muslimah ketika tiba-tiba masuk telepon dari seorang kurir ekspedisi yang telah mengirimkan WA terlebih dulu. Deringan telepon yang keras membuat saya panik lalu buru-buru ke luar ballroom. Dekat dari pintu masuk saya berdiri dan menjawab telepon si kurir, “Saya lagi ada di luar tapi ada ji orang di rumah, nanti saya telepon anakku.” Usai menelepon anak-anak, saya kembali masuk ke dalam ruangan.
“Eits
hadir juga... 😀,” pesan teks dari drg. Rahmi Aziz masuk ke ponsel saya. Aih, pucuk
dicinta ulam tiba, penulis dari paket berisi buku yang baru saja diantar ke
rumah menghubungi saya. Rupanya Bu Dokter yang menggunakan nama pena Rahmi C.
Mangi ini juga ada di antara booth UMKM yang ada di sekitar ballroom
Saoraja di lantai 2 Wisma Kalla itu.
“Ya Allah 😃. Baru ka'
dapat ini telepon dari kurir, ada kiriman dari kita' 😃. Itu mi
barusan keluar ruangan ka'. Masya Allah. Jazaakillahu khayr,”
saya menjawab pesan WhatsApp-nya.
Novel
Torifuji karya Rahmi C. Mangi alias drg. Rahmi
Aziz sudah tiba di rumah. Sayang sekali, berselisih waktu dengan kehadiran
saya di Wisma Kalla ini. Andai ada di tangan saya, saya mau minta tanda tangan
penulisnya. 😅
drg. Rahmi
tadi melihat saya menerima telepon di dekat pintu masuk ruang Saoraja makanya
dia mengirimkan pesan WhatsApp. Beliau punya booth yang memajang novel
Torifuji. Tak saya perhatikan saat datang karena saya berusaha menghindari menatap
booth-booth yang saya lalui, takut dompet bocor haha.
Sayangnya
ketika ke luar ruangan hendak pulang, beliau tidak ada di booth-nya.
Saya hanya berfoto sendirian di depan X banner Torifuji padahal tadinya
berniat berfoto dengan penulisnya. Sampai saya turun tangga hendak pulang, saya
tidak melihat sosok Rahmi yang rupanya saat itu sedang ke musala untuk shalat
zuhur.
Rasanya seperti sudah
berteman lama sekali dengan ibu dokter gigi ini padahal kami baru dipertemukan
oleh kesukaan menulis dan circle-circle pertemanan yang saling terkait. drg
Rahmi dulu bersekolah SMAN 1 Makassar dan berteman dengan kawan-kawan saya semasa
SMP. Kami seangkatan. Selain itu, circle pertemanan kampus Unhas dan komunitas
juga ternyata mempertemukan kami.
Ketika pertama kali
berkomunikasi di WA dan saat bertemu pertama kali, tidak ada ganjalan dalam
berkomunikasi dengannya. Percakapan berlangsung mengalir seperti dua sahabat
yang sudah lama tak bersua. Baru satu kali saya ngobrol dengan beliau secara
nyata dan rasanya masih ingin mengulang pertemuan dengan topik bermacam-macam.
Sayangnya belum kesampaian.
Masya Allah, saya kagum dengan
semangatnya belajar dan menekuni dunia menulis yang baru dimulai beberapa tahun
terakhir ini. Lagi-lagi bukti bahwa umur tak menjadi halangan untuk mulai
berkarya, yang penting ada tekad dan semangat untuk senantiasa belajar meski
secara online.
Menulis memang membutuhkan
tekad kuat untuk melakukan, bukan sekadar niat yang diucapkan. Selain itu butuh
konsistensi untuk terus melakukannya. Saya melihat tekad, kesungguhan, konsistensi,
dan upaya untuk terus meningkatkan kemampuan ada pada drg. Rahmi.
Novel Torifuji bukan
merupakan debut pertamanya. Ibu Dokter Gigi Rahmi Azis sudah pernah terlibat
dalam pembuatan antologi. Novel ini memiliki daya tarik tersendiri di mata saya
karena sejak bab awal bisa memunculkan ketertarikan saya untuk terus mengikuti
kelanjutan kisah Torifuji, gadis cantik yang rela menjadi istri kedua dari
seorang lelaki mapan. Rasanya deg-degan mengunyah jalan ceritanya hingga
ke bab akhir.
Sukses ki', Sista Rahmi
kebanggaan.
Sayangnya kita tidak sempat bersua di acara penamatan Sekolah Entrepreneur Tahfidz untuk Muslimah bulan Mei lalu tetapi saya
sudah berfoto di depan X banner Torifuji. In syaa Allah saya akan
menuliskan ulasan tentang Torifuji di blog buku saya yang sudah lama nganggur
namun izinkan saya memberikan sejumlah catatan yang nanti akan saya
sampaikan. No problem ji toh?
14 Juni 2024
Share :
Masya Allah, senang sekali Torifuji disambut hangat oleh Penulis yang sudah punya nama, Mugniar Marakarma. Tentu saja bukan pujiannya saja yang membuat saya akan makin bersemangat, tetapi catatan untuk meningkatkan kualitas tulisan sayalah yang sebenarnya menjadi inti dari silaturrahmi ini. Jazakillah khaer sistah,.. Ditunggu dengan sangat catatan ta. ❤
ReplyDeleteWa jazaakillahu khayr Sista ... catatannya akan saya buat .... sekarang masih ada urusan2 di dunia nyata yang harus diselesaikan dulu ... semoga segera menyusul cetakan2 berikutnyaa ....
Delete