Pentingnya Peran Partisipatif Masyarakat pada Pemilu 2024 - “Ada beberapa hal kerawanan yang bisa kita lihat dalam proses pemilu 2024, masalah politik uang. Apakah sudah terjadi sekarang?” tanya Sunarti Sain (Ibu Una)[1] di dalam ruang Mahoni 1. Para peserta kegiatan Bawaslu Sulawesi Selatan bertajuk Pengawasan Pemilihan Partisipatif “Kawal Pemilihan Kepala Daerah di Dunia Digital” menjawab dengan anggukan dan seruan mengiyakan.
Spontan ingatan saya kembali pada
hari-hari setelah membuat tulisan berjudul Calon Wali Kota Bagi-bagi Minyak Goreng? Saat itu saya mencari informasi di
internet mengenai cara melaporkan kecurangan pemilu. Pencarian membawa saya kepada
whistle blowing system di website resmi Bawaslu namun sayangnya tidak
bisa dibuka form-nya.
Setelah sekian lama mencari, akhirnya
saya menemukan nomor WhatsApp pengaduan dalam linktree di akun Instagram
Bawaslu RI. Lalu saya tersadar akan satu fakta bahwa: SAYA TIDAK PUNYA BUKTI!
Walaupun di dalam rumah ada suami
yang juga bisa bersaksi, tetap saja kami tak punya bukti. Bagaimana bisa
membuktikan jika tetangga yang menawarkan minyak goreng datangnya tiba-tiba? Kan
tidak mungkin dengan sopan memintanya mengulangi kalimatnya sementara saya
menyiapkan kamera lalu meminta izin untuk memvideokan ulahnya? Satu-satunya hal
yang bisa saya lakukan adalah membuat tulisan.
Maka rasanya bak pepatah pucuk
dicinta ulam pun tiba ketika sebuah undangan dengan kop surat Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sulwesi Selatan membawa saya menghadiri acara yang
berlangsung tanggal 17
November lalu …
Macam-macam Pelanggaran pada Masa Pemilu
“Data
nasional menunjukkan pemilihan kepala daerah Sulsel rawan
tinggi keempat di Indonesia[2].
Artinya bahwa aspek kerawanan itu menjadi early warning atau peringatan
dini untuk mengambil tindakan dan bagaimana caranya untuk menetralisir situasi
kerawanan konflik, baik konflik sosial maupun konflik politik. Kita harapkan
situasi mennjadi kondusif, perlu dukungan dari semua pihak. Maka dari itu acara
seperti ini penting untuk saling berbagi, saling merumuskan dan berperan
nantinya,” ungkap Mardiana Rusli (Ibu Ana), Ketua
Bawaslu Sulawesi Selatan.
“Isu
strategis yang selalu ada dalam setiap pemilihan adalah politik uang, netralitas ASN cukup tinggi di Sulawesi
Selatan. Kemudian dengan netralitas dari sisi kepala desa sebagai penyumbang terbesar untuk
grass root suara. Kemudian dari mana juga para kandidat bermain dalam
ruang isu yang harus kita counter dengan memblokir isu-isu hoaks, ujaran kebencian dan yang berpotensi
SARA,” ujar Ibu Ana pada acara yang berlangsung di Hotel
Claro ini.
“Tiga
hari menjelang hari H, saat hari tenang adalah ‘hari yang paling tidak
tenang’ karena bergerak semua,” ungkap Ibu Una. Beliau menceritakan ada
pihak di suatu daerah yang “menjaga perbatasan untuk menunggu mangsa” dengan
memberikan uang cash.
Seperti
yang sudah pernah terjadi, bisa saja terjadi pemaksaan terhadap pemilih.
Di TPS ada yang mencari korban dengan
berusaha mempengaruhi pemilih hingga melakukan pemaksaan atau kekerasan.
Pasca
pemilu banyak hal bisa sekali – seperti pada masa penghitungan suara, bisa
terjadi sejumlah sengketa yang dibawa ke Mahkamah Konstitusi, contohnya manipulasi suara. Biasanya,
partai punya saksi di setiap wilayah untuk memantau. Selain itu lembaga
pemantau pemilu bisa membantu mengawasi suara dari TPS, kecamatan hingga kabupaten
ke provinsi.
Bentuk
pelanggaran lain adalah penyalahgunaan fasilitas negara
oleh petahana dan penggunaan dana kampanye.
Dana kampanye harus dipublikasikan, harus ditahu sumbernya dari mana saja dan
dipergunakan untuk apa saja.
Ibu
Una mengatakan, terjadinya pelanggaran-pelanggaran di atas harus diawasi. Masyarakat
umum, secara perorangan dua, tiga, lima orang, dan komunitas walaupun tidak
tergabung di dalam lembaga pemantau pemilu, bisa bergerak bersama-sama untuk
ikut melakukan pengawasan dalam proses-proses tersebut agar tercipta demokrasi
yang berkualitas.
Baca juga: Pemilu
Kami dan Bincang Suap
Pengawasan Partisipatif
Novita
Sutopo (Ibu Novi)[3] menyampaikan
bahwa ada 3 hal yang dilakukan Bawaslu yaitu mengawasi, mencegah, dan menindak.
Sementara kita sebagai bagian dari masyarakat BISA berperan dalam MENGAWASI dan
MENCEGAH. Harapan mengenai peran ini khusus ditujukan kepada pegiat media
sosial yang hadir pada acara yang berlangsung sejak pagi hingga sore hari itu.
“Kemajuan
teknologi yang terlalu pesat tidak bisa dikejar sendiri oleh Bawaslu, harus
kita bantu ya karena keterbatasan dari sumber daya. Yang kedua, fungsi
pengawasan kita sebagai masyarakat utamanya yang punya edukasi di level
kompetensi tinggi. Level kompetensi tinggi itu kalau mampu mengevaluasi,
menganalisa, dan mensintesa data dan informasi,” Ibu Novi menjelaskan
pentingnya peran para peserta dalam mengedukasi masyarakat di ranah digital.
Ibu
Ana sebelumnya juga mengatakan hal senada, “Itulah kemudian mengapa pentingnya
komunitas ini berkumpul untuk saling bantu, secara skill mungkin bisa
membantu Bawaslu maupun KPU untuk mengampanyekan nilai-nilai positif kemudian
untuk memetakan kerawanan terkait isu strategis.
Para
peserta yang hadir berasal dari beragam latar belakang dan bisa dibilang
semuanya menggunakan media sosial. Sebagian peseerta bahkan mengelola akun
media sosial dengan jumlah follower besar. Hal ini menunjukkan peran
yang cukup besar dalam MEMPENGARUHI orang lain.
Jangan
sampai terjadi pembiaran. Hoaks yang dibiarkan berkembang misalnya, bisa
berakibat makin tersebarnya kebencian, mengakibatkan terjadinya polarisasi, dan
mempengaruhi kualitas demokrasi.
Sampai
di sini, satu poin penting saya tangkap dalam pertemuan hari Ahad lalu itu:
Sebenarnya bukan hanya para peserta acara tersebut, kita semua bisa berperan dalam meningkatkan literasi digital masyarakat mengingat sebagian orang percaya kepada orang terdekatnya dalam pemberian informasi.
Sebagaimana
yang disampaikan oleh Ibu Novi bahwa sebagian masyarakat kita memiliki kemampuan
mengevaluasi, menganalisa, dan mensintesa yang masih sangat rendah dan mereka
butuh teman yang bisa memberi tahu karena biasanya kita butuh bantuan orang
terdekat untuk merekomendasikan/mereferensikan sesuatu.
Selain
itu, hal-hal baik yang kita sampaikan bisa berperan membentuk masyarakat semakin
kritis dalam menerima informasi. Dengan demikian, masyarakat tidak mudah
terprovokasi oleh berita palsu dan ujaran kebencian yang muncul.
Yuk
jadi pengawas partisipatif dalam pemilihan kepala daerah
2024 ini. Gunakan hashtag #AyoAwasiBersama
lalu tag Bawaslu di daerahmu dalam menyebarkan hal-hal baik untuk
mendukung demokrasi yang berkualitas.
Makassar, 23 November 2024
[1] Ibu Sunarti Sain, narasumber pada
acara ini adalah Pemred Radar Selatan, Dewan Redaksi Harian Fajar, Pembina
Ruang Jurnalis Perempuan, Pendiri Yayasan Pabbata Ummi, Pendiri Novuna
Foundation, dan Penguji Kompetensi Jurnalis Dewan pers.
[2] Silakan
baca di: https://www.tvonenews.com/daerah/sulawesi/260457-sulsel-peringkat-4-pilkada-rawan
[3]
Ibu Novita Sutopo, narasumber pada kegiatan Bawaslu ini adalah founder Growing
Project yang didirikan tahun 2013. Pelatihan yang diadakan Growing Project
sudah diikuti oleh ribuan peserta. Beliau merupakan alumni pascasarjana UGM
(Magister Manajemen konsentrasi Marketing) dan mendapatkan lisensi Coach NLP
untuk pengembang diri dari Lembaga Billy Kueek Singapura.
Share :
Ah iya Mbak tinggal beberapa hari lagi jelang pemilu...
ReplyDeleteDisini suasana masih kondusif. Biasa Mbak suka ada ajakan untuk kumpul-kumpul dari paslon ini, paslon itu. Ada yang ajak memancing bersama, ada yang mengajak diskusi ditutup dengan menikmati kambing guling... Beginilah yang terjadi di sekitar saya tinggal.
Semoga saja pemilu berjalan lancar, aman dan yang terpilih nanti amanah.
Salam,
Aamin ... semoga.
DeleteKalo pemaksaan agar memilih calon tertentu disini sepertinya ngga ada, tapi pelanggaran yang paling sering bagi-bagi sembako atau duit.😂
ReplyDeleteJadi "kelaziman: ya bagi-bagi sembako dan duit hehehe.
Deletewkwkw paling sering aku liatnya ya yang bagi amplop sama kantong kresek isi sembako wkwkw
ReplyDeleteSama ya di mana-mana :D
Deleteminggu tenang tapi bagi-bagi amplopnya makin kencang. dan rasanya sulit untuk mengumpulkan bukti. untuk membuat dokumentasi saat kejadian mungkin mudah, tapi juga beresiko...
ReplyDeleteYaah ... itu mi namanya masa tenang yang tidak tenang.
Delete