Selamat Jalan Kak Marwan - “Jangan moko bergaul dengan anak himpunan. Anak himpunan bodo-bodo!” ujar seorang senior di kampus kepada saya. Saya diam saja, saya tahu maksudnya. Tidak tahu saja senior itu kalau saya menemukan keasyikan tersendiri bergaul dengan para aktivis lembaga himpunan mahasiswa jurusan (HMJ) di tempat kami kuliah. Pengalaman tak terlupakan ketika itu adalah mendapatkan kesempatan belajar akan berbagai hal, salah satunya kepada super senior bernama Muhammad Marwan Rauf Hussein.
Saya
masih ingat pertama kali melihat Kak Marwan di kelas mata kuliah semester awal –
semester 1 atau 2, lupa persisnya. Saat itu mata kuliah Teknologi
Mekanik atau Mekanika Teknik (lagi-lagi lupa persisnya yang mana) akan
berlangsung.
Saya
pikir beliau dosen karena mengenakan pakaian rapi – kemeja lengan panjang dan
celana panjang berbahan kain plus tas persegi. Saya pikir tas model
demikian biasanya dibawa oleh dosen. Makanya saya menduga beliau dosen namun
saya salah. Beliau mahasiswa senior yang mengambil mata kuliah yang sama dengan
kami, mahasiswa baru Teknik Elektro FTUH angkatan 92.
Setelah
itu, interaksi dengan beliau terjadi di banyak kali pertemuan terkait kegiatan
Himpunan Mahasiswa Elektro (HME) FTUH. Saya yang awalnya hanya ingin “setor muka”
supaya sekadar ada wakil angkatan saya di aktivitas HMJ malah makin tertarik
untuk bergabung dengan berbagai kegiatan sampai lulus kuliah.
Saya
belajar banyak terkait soft skill dan pengetahuan umum di HME selama
mahasiswa. Awalnya sekadar tertarik menyimak diskusi para senior terkait
berbagai hal seperti politik dalam dan luar negeri. Saya tertarik mengamati
bagaimana para senior berpendapat dan mengambil dasar pemikiran atau logika
ketika berpendapat dan berdebat. Dari mereka dan himpunanlah dasar kemampuan
berpikir yang saya miliki.
Salah
satu senior yang sering saya simak pemikirannya adalah Kakanda Marwan. Di masa
itu, beliau seperti "kakak sulung" kami – para mahasiswa pembelajar
di HME. Semua ajang diskusi yang ada
beliau, pasti seru dan full of knowledge. Walaupun saya sebagai penonton
yang pasif, hanya menyimak jalannya diskusi sembari membentuk sinapsis-sinapsis
di otak.
Berita
tentang sakit kanker yang diidap Kak Marwan pada tahun 2024 membuat siapapun
yang pernah mengenalnya secara dekat merasa prihatin. Saat beliau tengah berjuang
melawan penyakit, saya dan suami mengunjungi beliau, pernah juga bersama Ida
Ohan – sahabat nongkrong saya di HME.
Beberapa
bulan lalu Ida, saya, dan suami mengunjungi Kak Marwan. Ida bercerita tentang
aktivitasnya sebagai dosen dalam mengajar mata kuliah Filsafat Ilmu. Kak Marwan
spontan mengambil kertas HVS kosong lalu dengan bersemangat menjelaskan tentang
Filsafat Ilmu kepada kami. Dengan mata berbinar-binar dan artikulasi yang
sangat jelas, beliau menjelaskan definisi dan kaitan ontologi, epistemologi,
dan aksiologi. Beliau terlihat sehat dan segar padahal waktu itu baru saja
sehari sebelumnya menjalani kemoterapi kedua.
Namun
demikian, Allah telah menetapkan takdir baginya. Perjuangan melawan kanker
berhenti di tanggal 12 Januari lalu. Kak
Marwan telah berpulang. Selamat menjalani alam yang baru, Kak. In syaa
Allah kesenangan ta' dalam berbagi pengetahuan menjadi tabungan amal jariyah
ta'.
Allahummaghfirlahu
warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu. Selamat jalan Kak. 😭
Makassar, 22 Januari 2025
Share :
0 Response to "Selamat Jalan Kak Marwan"
Post a Comment
Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^