Implementasi dan Bukti Ilmiah Pengobatan dengan Al-Qur’an

Implementasi dan Bukti Ilmiah Pengobatan dengan Al-Qur’anProf. dr. Veni Hadju, MSc, PhD, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin menjadi pemateri kedua pada Seminar Ilmiah Al-Qur’an yang berlangsung pada tanggal 8 Februari lalu di Ruang Pola Kantor Gubernur Sulsel. Beliau mempresentasikan materi berjudul Pengobatan dengan Al-Qur’an: Implementasi dan Bukti Ilmiah.

Bukti Ilmiah Pengobatan dengan Al-Qur'an

Prof. Veni mengawali presentasinya dengan pernyataan:

Kalau sakit dibacakan Al-Qur’an harusnya bisa hilang penyakitnya. Allah menciptakan tubuh kita luar biasa. Para ahli mengatakan kalau kita hidup sesuai dengan yang dianjurkan Allah kita bisa hidup sampai 140 tahun tanpa sakit, tanpa lupa.

Namun demikian Prof. Veni juga mengingatkan hadis Rasulullah yang mengatakan usia umatnya antara 60-70 tahun. Kalaupun di antara usia demikian manusia hidup, seharusnya hidup dengan tidak sakit jika hidupnya sesuai anjuran Allah. Tidak seperti keadaan sekarang di mana banyak manusia masih usia muda, ada yang baru 20 tahun sudah terkena hipertensi. 

 

Proteksi Tubuh dari Aneka Penyakit

 

“Tubuh kita seharusnya bisa memproteksi apapun yang menyimpang. Kalau hanya virus yang kecil-kecil seharusnya bisa hilang karena imunitas tubuh kita sudah tersusun sedemikian rupa,” ungkap Prof. Veni.


Material

Proteksi tubuh dari berbagai penyakit digambarkan Prof. Veni serupa piramida, di bagian paling bawahnya material berupa tulang, gigi, otot, semua diciptakan Allah untuk membuat kita tercegah dari penyakit. Jika terjatuh, terlindungi dengan adanya otot dan ada gerak refleks yang menjaga. Dengan demikian kita tak mudah cedera atau terkena penyakit.


Energo Functional

Di bagian atas material ada yang namanya energo functional (metabolisme) yang dirancang di tubuh kita – gula darah misalnya, jika tinggi, asalkan berhenti makan yang rasanya manis-manis maka turunlah gula darah itu. Jangan makan yang rasanya manis terus, pasti akan bermasalah.

Saat menjalankan puasa, yang kadarnya berlebihan di dalam tubuh kita akan dipergunakan kembali oleh tubuh. Secara rangsang hormonal atau rangsang saraf tubuh kita mekanismenya seperti itu juga. Jika dalam pemeriksaan ada yang skornya tinggi maka akan turun dengan sendirinya – jika rendah, akan naik dengan sendirinya saat tidur atau beristirahat.

Saat makan yang bercitarasa manis, ada hormon insulin keluar sehingga kadar gula dalam darah turun. Saat berpuasa, akan naik hormon glukagon yang akan mengubah kadar gula darah menjadi normal. Sekali lagi, asalkan kita hidup seseuai dengan petunjuk Allah seperti tidur pada waktunya, makan pada waktunya.


Psycho-Emotional

Dalam piramida yang diperlihatkan oleh Prof. Veni, di atas proteksi energo functional ada psycho-emotional. Begitu pula psycho-emotional kita dirancang, ada kalanya kita harus sabar, harus ikhlas, berlapang dada, memaklumi karakter orang lain, berbesar hati memahami kekurangan seseorang – jangan cepat tersinggung. Jangan sombong, jangan merasa diri hebat, jangan egois. Semua itu penyakit.


Spiritual

Spiritual adalah puncak dari piramida yang menggambarkan proteksi yang dimaksud. Hendaknya kita menyerahkan kepada Allah. Menyadari bahwa tidak semua yang kita kehendaki itulah yang terjadi, sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah 216 yang artinya:

… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Terkadang kita memaksakan keinginan, inginnya yang itu tetapi Allah berkehendak lain. Secara spiritual, kita memiliki teladan, yaitu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana terdapat di Qur’an surah Al-Ahzab 21 yang artinya:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Adapun soal penyakit, baik itu penyakit hati maupun penyakit fisik, bisa diupayakan dengan terapi Al-Qur’an.

 

Seminar Ilmiah Al-Qur'an

Terapi Al-Qur’an

 

Bicara tentang terapi Al-Qur’an erat kaitannya dengan terapi dengan gelombang suara ketika melantunkan Al-Qur’an.

Gelombang suara adalah getaran yang merambat melalui medium dan dapat didengar oleh telinga manusia. Suara bergerak di udara dengan kecepatan 340 meter per detik, getaran yang berasal dari tenggorokan dan menyebar melalui udara ditangkap oleh telinga lalu berpindah lewat telinga ke seluruh bagian tubuh.

Telinga luar biasa kapasitasnya. Telinga memiliki saraf yang bisa berhubungan dengan seluruh sel tubuh kita. Makanya kalau ada orang yang tersinggung ketika mendengar sesuatu, dalam hitungan detik langsung merah mukanya disertai detak jantung yang bertambah cepat. Artinya, apa yang terdengar itu berpengaruh pada sel-sel tubuh kita. Semua sel tubuh dipengaruhi oleh frekuensi akustik (suara).

Indra manusia yang pertama kali berfungsi ketika manusia lahir adalah pendengaran dan indra ini jugalah yang terakhir berfungsi sebelum sakaratul maut. Telinga merupakan organ yang luar biasa dan itulah yang menerima rangsangan lantunan ayat al Qur’an.

 

Kekuatan Penyembuh pada Ayat-ayat Al-Qur’an

 

Dalam presentasinya, Prof. Veni mengungkapkan bahwa kekuatan penyembuh pada ayat-ayat Al-Qur’an terletak pada 5 poin ini:

  1. Dampak dari keselarasan sempurna dalam pengulangan kata dan huruf.
  2. Dampak irama yang seimbang terhadap ayat-ayat Al-Qur’an.
  3. Dampak dari informasi yang dilakukan oleh masing-masing ayat.
  4. Sang Pencipta penyakit adalah yang menurunkan Al-Qur’an.
  5. Karena Allah telah menyampaikan kepada kita bahwa Al-Qur’an penyembuh (asysyifa).

Hal-hal ini selaras dengan penjelasan Ustadz Syaibani Mujiono yang bisa dibaca pada tulisan berjudul Al-Qur’an Sebagai Penyembuh.

 

Implementasi Terapi Al-Qur’an dalam Kesehatan

Prof. Veni menjelaskan kepada para peserta Seminar Ilmiah Al-Qur’an mengenai sejumlah implementasi dan bukti ilmiah terkait Al-Qur’an dalam kesehatan.


1. Review Artikel Tentang Pengaruh Al-Qur’an Terhadap Kesehatan

 

Prof. Veni menceritakan tentang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa S3 yang telah me-review ribuan artikel tentang terapi spiritual Al-Qur’an yang berdasarkan penelitian di kalangan terbatas. Hasilnya mengungkapkan bahwa Al-Qur’an bisa:

  • Menyembuhkan autisme.
  • Meningkatkan memori dan kognitif.
  • Menjaga memori jangka pendek dan panjang.
  • Menimbulkan ketenangan.
  • Relaksasi, penurunan stres, kecemasan, depresi, ketegangan.
  • Stimulus sistem visual, vestibular (sistem sensorik yang mengatur keseimbangan dan gerakan mata).
  • Menyembuhkan tekanan psikologis.
  • Peningkatan gelombang otak: alpha, delta, theta.
  • Menyembuhkan gangguan jiwa/fisik.
  • Kesehatan mental/psikologis.
  • Menimbulkan emosi positif, menurunkan kecemasan dan depresi.
  • Mengatasi penyakit ‘ain dan sihir.

 

2. Terapi Spiritual Qur’anic Emotional Freedom Technique (SQEFT)

 

Prof. Veni menjelaskan tentang penelitian mahasiswa S3 pada pasien skizopreniayang dilakukan oleh Ibu Lilin Rosyanti yang mengambil spesialis keperawatan jiwa, dengan mengobati penderita skizoprenia menggunakan terapi Al-Qur’an.

Dengan thesis berjudul Pengaruh Terapi Spiritual Qur’anic Emotional Freedom Technique (SQEFT) terhadap Perubahan Nilai Brief Psychiatric Rating Scale (BPRS), Ekspresi mRNA Reseptor Dopamin D2 (DRD2) dan Kadar Brain Derived Neutrophin Factor (BDNF) dipaparkan teknik yang dilakukan dan hasil signifikan yang diperoleh.

Pendekatannya sederhana, Ibu Lilin memodifikasi teknik SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique), suatu inovasi teknik konseling yang dikembangkan oleh orang Indoensa bernama Ahmad Faiz Zainuddin sejak tahun 2009.

SEFT dimodifikasi dari EFT (Emotional Freedom Technique). EFT ini awalnya berkembang  di Amerika. EFT yang juga dikenal dengan tapping adalah metode terapi alternatif yang membantu mengatasi stres dan emosi negatif ini dikembangkan pada tahun 1990-an oleh Gary Craig.

SEFT adalah teknik terapi yang menggabungkan spiritualitas dengan pembebasan emosi yang mana orang bisa sembuh apabila dia berserah diri – menyatakan menerima dan ikhlas dengan penyakitnya.

Prof. Veni memaparkan bahwa pemberian obat kimia dalam jangka waktu lama untuk penderita skizoprenia berakibat buruk pada otak. Untuk mencegah pemakaian obat kimia secara berkepanjangan, teknik SQEFT ini diterapkan.


Prof. Veni Hadju

Aplikasi SQEFT dilakukan dengan terapi Al-Qur’an, seperti berwudu, salat sunnah, berzikir, dan tilawah Al-Qur’an dengan metode tertentu. Setelah itu dilanjutkan dengan terapi Qur’anik SEFT dengan mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan menerapkan teknik EFT sembari diajak memasrahkan diri kepada Allah. Terakhir, mengetukkan jemari pada titik-titik acupoint.

Hasilnya berupa skor BPRS[1] atau skor “sakit jiwa” kelompok pasien skizoprenia level sedang dan ringan yang menjalani terapi SQEFT selama 4 pekan yang diamati menunjukkan penurunan yang artinya menunjukkan perbaikan. Sementara itu, kelompok pasien skizoprenia yang tidak menjalani terapi SQEFT skor BPRS-nya tetap.

Pengecekan biomarker[2] pada kelompok pasien skizoprenia yang menjalani terapi SQEFT menunjukkan rata-rata skor messenger RNA[3] yang menurun setelah 4 pekan (10,59 dari 13,32). Nilai tersebut mendekati skor mRNA kelompok orang sehat penghafal Al-Qur’an (10,14). Sementara penderita skizoprenia yang tidak menjalani terapi SQEFT ini tetap tinggi skornya (13,14).

Skor BDNF[4] dari kelompok skizoprenia yang terlibat dalam terapi SQEFT ini juga menunjukkan peningkatan signifikan setelah 4 minggu, yaitu 196,78. Nilai ini mendekati kelompok orang sehat 206,18. Sementara kelompok penderita skizoprenia yang tidak menjalani SQEFT skor BDNF-nya tetap rendah yaitu 104,84.


3. Islamic Art Therapy

 

Berikutnya, Prof. Veni memaparkan tentang thesis berjudul Pengembangan Modul Keperawatan Islamic Art Therapy dengan Kaligrafi Al-Qur’an Terhadap Kadar Brain-Derived Neurotophic Factor (BDNF) dan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia. Penelitiannya dilakukan oleh Pak Haerul P, beliau seorang perawat yang mengambil spesialis keperawatan lansia (lanjut usia). Sehari-harinya beliau mengatasi masalah khas lansia seperti pikun, yang awalnya sehat namun ketika pensiun tiba-tiba drop, atau yang tadinya drop menjadi sehat setelah menunaikan salat di masjid.

Sebelumnya, di keperawatan dalam menghadapi lansia hanya diajak bermain game. Pak Haerul menggantinya dengan Islamic Art Therapy dengan cara menulis ayat-ayat Al-Qur’an. Metode ini menggunakan buku yang sudah ada tulisan ayat-ayat yang berupa titik-titik berbayang. Para lansia menebalkan huruf dengan mengikuti titik-titik/bayangan yang sudah ada.

Pak Haerul juga mengukur skor BDNF. Skor BDNF kelompok lansia yang mengerjakan Islamic Art Therapy menunjukan peningkatan signifikan sementara pada kelompok kontrol – para lansia yang hanya bermain game tidak sesignifikan itu kenaikannya.

💚💛💙

Prof. Veni menutup pemaparannya dengan kata-kata berikut, “Ketika Anda berobat dengan Al-Qur’an Anda adalah orang-orang yang mendapat hidayah, terselamatkan. Dalam pelayanan kesehatan kita seharusnya memasukkan Al-Qur’an.”

Menarik sekali penjelasan dari Prof. Veni. Nikmat mana lagi yang kita dustakan setelah menyimak pemaparan yang gamblang tentang implementasi terapi Al-Qur’an bagi kesehatan. Tinggal bagaimana kita meyakininya.

Makassar, 22 Februari 2025



Bersambung

Jazaakumullahu khayr, Prof. Veni dan segenap penggerak Rehab Hati Makassar yang berada di balik suksesnya Seminar Ilmiah ini.




Catatan kaki:


[1] Skala Penilaian Psikiatri Singkat (BPRS) adalah alat untuk mengukur gejala gangguan kejiwaan. BPRS digunakan oleh dokter atau peneliti untuk menilai gejala seperti depresi, kecemasan, dan psikosis (https://www-psychiatrictimes-com.translate.goog/view/bprs-brief-psychiatric-rating-scale?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sge&_x_tr_hist=true).

 

[2] Biomarker otak adalah penanda biologis yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan otak dini, mendiagnosis penyakit otak, dan mengembangkan pengobatan baru (https://www-thebraintumourcharity-org.translate.goog/brain-tumour-diagnosis-treatment/how-brain-tumours-are-diagnosed/biomarkers/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sge&_x_tr_hist=true).

 

[3] Dalam fungsi seluler, mRNA , atau messenger RNA, sangat penting dalam transkripsi, transportasi, translasi, regulasi, pensinyalan sel, dan seterusnya (https://www-cd--genomics-com.translate.goog/blog/mrna-fact-sheet-definition-structure-function-and-association-with-disease/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=rq#:~:text=dengan%20sangat%20cepat.-,Fungsi%20mRNA,ini%20ke%20dalam%20format%20RNA.).

 

[4] Skor BDNF yang tinggi menunjukkan kemampuan berpikir yang semakin baik, ditandai dengan kecepatan dalam menanggapi sesuatu dengan baik (Prof. Veni).



Share :

0 Response to "Implementasi dan Bukti Ilmiah Pengobatan dengan Al-Qur’an"

Post a Comment

Untuk saat ini kotak komentar saya moderasi karena banyaknya komen spam yang masuk. Silakan tinggalkan komentar ya. Komentar Anda akan sangat berarti bagi saya tapi jangan tinggalkan link hidup. Oya, komentar yang kasar dan spam akan saya hapus ya ^__^