Sejak dulu saya suka membayangkan dan menjadi peserta pameran tulisan. Seperti apa ya jika ada? Apakah banyak pengunjungnya? Hm, tak tahu ya kalau jumlah pengunjung, mungkin tidak banyak karena tidak banyak orang yang mau membaca tulisan apalagi jika bentuknya nonfiksi. Berbeda halnya dengan pameran lukisan yang bisa dinikmati siapa saja, pameran tulisan tentunya hanya bisa dinikmati oleh mereka yang senang membaca.
Beranda / BaKTI
Showing posts with label BaKTI. Show all posts
Showing posts with label BaKTI. Show all posts
Cinematica: Bertukar Pengetahuan Melalui Film
Cinematica: Bertukar Pengetahuan Melalui Film - Sudah baca tulisan berjudul Film
Empu: Kekuatan Tekad Perempuan dalam Kungkungan Keterbatasan yang
merupakan review dari kegiatan terakhir luar rumah yang saya ikuti
sebelum imbauan #dirumahsaja dikeluarkan pemerintah? Nah kegiatan yang saya
hadiri pada tanggal 13 Maret lalu itu bertajuk “Cinematica”.
Film Empu: Kekuatan Tekad Perempuan dalam Kungkungan Keterbatasan
Film Empu terinspirasi dari kisah nyata perjalanan perempuan dalam memahami peranan kesehariannya dan benturannya dengan kenyataan lingkungan, politik, dan ekonomi. Tiga perempuan bergulat menghadapi persoalan hidup dengan cara masing-masing. Situasi yang sulit tidak membuat mereka menyerah. Mereka menemukan jalan keluar sederhana tanpa harus merendahkan pihak lain.
Menyentuh Hati Siswa dengan Sentuh Pustaka
Menyentuh
Hati Siswa dengan Sentuh Pustaka - Karena
satu dan lain hal saya datang terlambat ke gedung BaKTI (Bursa
Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) pada tanggal 20 Februari lalu. Saat saya
masuk ke dalam AS Room, Bapak Drs.Muhammad Amran Kudus, MM (Kabid Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran
Membaca, Dinas Perpustakaan Kota Makassar) sedang berbicara.
Suster Apung: Kisah Konsistensi Orang Biasa dari Pulau Terpencil
Konsistensi adalah salah satu kunci, mengapa SUSTER APUNG terdengar
kembali namanya setelah 2006 lalu memenangkan kompetisi film dokumenter EAGLE AWARD sebagai Best Film, Best
Cinematography, dan Viewer’s Favourite.
Buzzer Elegan, Ya Buzzer Positif
Kalau
browsing istilah BUZZER di browser saat ini
yang banyak muncul adalah pengertian buzzer dalam
dunia politik. Tak dipungkiri,
memang banyak buzzer dalam
dunia ini yang bertugas memengaruhi opini publik melalui media
sosial.
Festival Forum KTI: Smart dalam Reses Hingga Minyak Jelantah
Masih
cerita dari hari pertama Festival Forum Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang diselenggarakan oleh BaKTI
(Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) di hari pertama, 24 Oktober 2018.
Usai rehat siang, giliran inspirator Forum KTI yang bercerita soal Reses Partisipatif: Narasi Rakyat di
Legislatif. Nara
sumbernya adalah Ketua DPRD Kabupaten Maros dan Kelompok konstituen Parepare.
Festival Forum KTI: Tentang Keberagaman, Lokal, dan Berkelanjutan
Festival Forum Kawasan Timur Indonesia (KTI) adalah event yang saya nanti-nantikan dari BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan
Timur Indonesia). Setelah
menghadiri beberapa sesi pada tahun 2015 lalu, saya begitu bersemangat
menyambut pelaksanaan festival di tahun ini, tepatnya pada tanggal 24 – 25 Oktober
lalu.
Membincangkan Perubahan: Menjadi Pahlawan atau Sang Bijak
Diskusi
buku Mengubah & Menginspirasi – Cerita Tentang Perubahan yang berlangsung
di kantor BaKTI yang berlangsung tanggal 10 Agustus lalu masih menyisakan
kenangan. Bukan saja pengetahuan mengenai konten buku tersebut saya peroleh
tapi juga hal-hal lain yang menarik. Diskusi pada akhirnya bukan hanya pada
buku namun menjadi berkembang tetapi tetap menarik.
KPPOD dan JiKTI: Tentang Kebijakan Publik Berbasis Bukti
Tadinya
saya pikir akan menuliskan satu atau dua tulisan saja dari Seminar
Berbagi Pengetahuan (Knowledge Sharing) Tentang Pentingnya Kebijakan
Publik Berbasis Bukti yang Berpihak pada Masyarat Miskin yang saya hadiri bulan lalu ini. Ternyata saya salah duga.
Tulisan yang Anda baca ini merupakan tulisan ke-4 yang saya buat karena rasanya
banyak yang kurang kalau saya hanya menuliskan satu atau dua tulisan saja. Pada
tulisan keempat ini, saya share mengenai presentasi dari Robert Na Endi Jaweng – Direktur Eksekutif
KPPOD[1]
(Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah). Pak Robert membawakan materi berjudul
Riset & Kebijakan Publik: Pengalaman Terbatas KPPOD.
Analisis Kebijakan Berbasis Bukti: Pengalaman Birokrat Gorontalo
Birokrat,
pengusaha, dan peneliti juga menjadi nara sumber pada seminar yang saya hadiri pada tanggal 5 Juli lalu di Hotel Melia. Seminar bertajuk Berbagi Pengetahuan (Knowledge
Sharing) Tentang Pentingnya Kebijakan Publik Berbasis Bukti yang Berpihak pada
Masyarat Miskin ini dihadiri berbagai elemen
masyarakat, termasuk dari masyarakat umum seperti saya ini.
Mengapa Profesi Analis Kebijakan Penting
Pada Seminar Pertemuan Berbagi Pengetahuan
(Knowledge Sharing) Tentang Pentingnya Kebijakan Publik Berbasis Bukti yang
Berpihak pada Masyarat Miskin yang berlangsung di Hotel Melia pada tanggal 5 Juli kemarin,
sebuah profesi yang disebut-sebut bersaing pentingnya dengan anggota legislatif
dibicarakan. Profesi yang masih tergolong baru tersebut bernama ANALIS KEBIJAKAN.
Dalam hal ini, tentunya analis kebijakan yang dimaksud akan mendukung KEBIJAKAN
BERBASIS BUKTI berlaku di negara kita.
Mengapa Perlu Analisis Kebijakan Berbasis Bukti
Muhammad
Iqbal Suhaeb – Kepala Balitbangda (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Daerah) provinsi Sulawesi Selatan membuka Seminar Pertemuan Berbagi Pengetahuan (Knowledge Sharing) Tentang
Pentingnya Kebijakan Publik Berbasis Bukti yang Berpihak pada Masyarat Miskin. Menurutnya sejak dulu diketahui mengenai
evidence based tapi pada kenyataannya hanya dikenal di kampus-kampus padahal
seharusnya evidence based menyangkut kebijakan juga. Barulah akhir-akhir
ini disosialisasikan oleh beberapa lembaga, di antaranya oleh LAN (Lembaga
Administrasi Negara).
Forum Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan: Menuju Pembangunan Ekonomi yang Lebih Inklusif
Pengalaman
yang berbeda saya alami ketika menghadiri Forum Pembangunan Daerah (FPD) Sulawesi Selatan pada tanggal 8 Mei lalu. FPD ini
diselenggarakan oleh The SMERU
Research Institute (SMERU), bekerja sama dengan Pemerintah Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan dan Yayasan BaKTI. SMERU adalah lembaga independen
yang bergerak di bidang penelitian dan studi kebijakan publik. Alasan mengapa
Sulawesi Selatan dipilih adalah karena dalam beberapa tahun terakhir mencatat pertumbuhan
ekonomi yang relatif tinggi – lebih tinggi dari rata-rata nasional namun menghadapi
tantangan peningkatan ketimpangan yang juga tinggi. Selain itu, SMERU juga
telah melakukan beberapa penelitian di Sulawesi Selatan yang dapat dijadikan
bahan masukan untuk diskusi kebijakan.
Mall Sampah: Solusi Masalah Sampah Jaman Now
Mall Sampah, inilah solusi masalah Sampah Jaman Now! - Saya teringat pada konsep bank
sampah Pelita Harapan yang pernah saya lihat di Jalan Pelita. Sempat
terpikir untuk jadi nasabahnya namun tidak terlaksana. Waktu itu saya berpikir,
bagaimana bisa saya ke sana sekali sebulan dan antre selama berjam-jam untuk
dilayani? Karena begitulah keadaannya di bank sampah tersebut, banyak nasabah
yang rela antre berjam-jam hingga mendapatkan layanan
dari petugas. Para petugas tak dapat dituntut karena mereka sama sekali tak ada
yang menggaji. Mereka bekerja secara sukarela untuk kemaslahatan warga RW
setempat.
Mall Sampah,
Sebuah Solusi
Perkembangan Mall
Sampah dan Macam-macam Layanannya
By the way, pemerintah punya program Bank Sampah dan macam-macam alat pengangkut sampah yang layanannya hingga ke dalam pelosok lorong. Lantas, di mana peran Mall Sampah? Nah, lihat dulu beda “peruntukannya”, ya. Kalau bank sampah itu mayoritas melayani mereka yang belum begitu melek digital. Sedangkan target Mall Sampah adalah mereka yang belum ter-cover, seperti kaum milenial dan ibu pekerja kantoran yang sibuk hingga tidak bisa antre bulanan di bank sampah terdekat. Ehm, saya juga cocok nih, Adi. Meski bukan ibu pekerja kantoran, saya ibu rumahan yang tidak bisa tiap bulan menarik sampah ke bank sampah terdekat yang letaknya di lorong depan sana. Selain itu, meski ada angkutan sampah, masih ada sampah-sampah yang bisa disisihkan lagi. Seperti di rumah kami misalnya, kadang-kadang bisa menyisihkan sampah kertas hingga berkilo-kilo gram dan pakaian bekas dalam kurun waktu sebulan. Eh tapi pakaian bekas masih belum bisa ditangani oleh Mall Sampah, moga-moga suatu hari nanti, ya.
Catatan:
Untuk mendapatkan layanan buat akun di www.mallsampah.com/
Suatu
kebetulan, saya berada di sana pas saat loket bank sampah hendak buka.
Berbondong-bondong warga membawa sampah mereka ke lokasi lalu berbaris rapi di
sana. Mulai dari anak-anak hingga orang tua, masing-masing memegang buku
tabungan sembari menunggu gilirannya. Ingin juga seperti itu, bisa menguangkan
sampah sendiri. Namun apa daya, belum ketemu solusi yang mudah bagi saya
tersebab satu dan lain hal – rutinitas yang ada membuat saya kesulitan antre di
bank sampah.
Mall Sampah,
Sebuah Solusi
Rupanya,
solusinya baru muncul sekarang. Di awal tahun ini, Mall Sampah (www.mallsampah.com) – konsep yang saya maksud
mengemuka. Saya menghadiri talkshow bertajuk Mallsampah – Layanan
Pengelolaan Sampah Online yang menampilkan Adi Saifullah Putra (Founder dan CEO Mallsampah) sebagai nara
sumbernya di gedung BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia). Acara
yang bergairah karena menampilkan nara sumber yang bersemangat dan moderator Luna Vidya yang tak kalah
bersemangatnya ini berlangsung pada tanggal Jumat, 9 Februari 2018 pukul 15.00
-17.30.
Hiburan dari Ruang Baca |
Beberapa penghargaan yang diterima Mall Sampah |
Menarik
sejak awal penuturan, itulah kesan yang langsung saya tangkap dari Adi –
lulusan Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia yang pernah menjadi aktivis
mahasiswa ini. Dia mengatakan bahwa hanya
10% sampah di Indonesia bisa didaur ulang. Visi Mall Sampah adalah dalam 10
tahun ke depan 20 – 30 persen sampah bisa didaur ulang dan nilainya mencapai 2 –
3 kali nilai total saat ini melalui konsep memberdayakan
pengepul dan pemulung.
Menurut
Adi, kunci dari daur ulang sampah
di Indonesia adalah pengepul. Maka agar sampah yang bisa didaur ulang meningkat, mereka
harus diberdayakan dan diperbanyak (termasuk pemulungnya) – moga-moga saya tidak salah tangkap dari
penjelasan Adi.
“Ketimpangannya,
pemerintah belum pahami kalau para pengepul ini berperan penting,” ucap Adi. For your information, ya, pengepul itu yang mengumpulkan sampah
dari pemulung atau orang yang bisa membeli sampah kita. Beberapa dari mereka punya kendaraan sendiri untuk mengangkut
sampat dalam jumlah yang agak besar. Ada yang biasa masuk hingga ke dalam gang,
seperti yang biasa masuk ke daerah tempat tinggal saya dan mengumpulkan sampah
dari warga. Warga menjual sampahnya dengan harga yang ditentukan pengepul.
Adi Saifullah Putra |
Luna Vidya dan Adi Saifullah Putra |
Nah,
bedanya, kami tidak tahu kapan si pengepul datang. Tahu-tahu saja dia nongol tapi ketika dinanti-nanti eh dia
tak muncul-muncul. Nah, kalau melalui Mallsampah.com, kita bisa memesan
jasanya, asalkan sampah kita sudah
terkumpul minimal 5 kilo gram dan sudah
dipilah-pilah. Jangan sampai masih tercampur-baur, ya. Kalau sampah
botol, yang dikumpulkan hingga 5 kilo gram ya sampah botol saja baru
menghubungi Mall Sampah, sampah kertas pun demikian.
Kata
Adi, di Makassar ada 5000 pengepul. Salah satunya yang diperkenalkan melalui slide presentasinya adalah Ibu Rukiah
yang berpenghasilan 3 juta – 7 juta rupiah per bulannya. Nah, sejak bermitra
dengan Mall Sampah, penghasilan Ibu Rukiah ini naik hingga 2 kali lipat. Jadi 6
– 14 juta rupiah per bulannya. Wow! Target
Adi kemudian untuk pengepulnya adalah menaikkan penghasilannya hingga 2 - 3 kali lipat. Amazing, ya? Potensi
penghasilan Ibu Rukiah bisa puluhan juta rupiah per bulan ternyata!
Ibu Rukiah, pengepul mapan. Sumber: mallsampah.com |
Mau tahu,
tak, mengapa penghasilan Ibu Rukiah bisa meningkat tajam setelah bergabung dengan
Mall Sampah? Karena pemanfaatan waktunya menjadi jauh lebih efektif. Sebelumnya,
waktu 6 – 8 jam bisa dihabiskan Ibu Rukiah dalam mencari sampah. Mencari ke
sana ke mari, belum tentu mendapatkan “sampah yang berharga”. Belum lagi kalau harus
dipilah-pilah sendiri. Pergi ke kompleks A, belum tentu terkumpul 3 kilo gram
kertas misalnya, lalu dia ke kompleks B. Nah, setelah bergabung di
Mallsampah.com, Ibu Rukiah jadi “wanita panggilan” saja dan terima duit. Bukan
dalam artian negatif lho, ya. Maksudnya, setelah ada panggilan telepon barulah
Ibu Rukiah pergi menjemput sampah, begitu. Bisa dari satu orderan ke orderan berikutnya.
Mirip-mirip Go Jek atau Grab, lah yang orderannya berdatangan terus dari mereka yang butuh.
Perkembangan Mall
Sampah dan Macam-macam Layanannya
Lalu
sekarang, ada berapa jumlah pengepul dan pemulung dalam sistem Mallsampah.com?
Ada 100 orang! Pada awalnya, Adi kesulitan mendapatkan yang mau bergabung. Dia
malah dicurigai. Sekarang sudah lumayan, seratus orang ini tersebar di seluruh
wilayah Makassar. Jadi kalau mencari pengepul untuk menjual sampah atau pemulung untuk donasi sampah (memberikan sampah kita secara cuma-cuma kepada
pemulung jika beratnya di bawah 5 kilo gram), sudah lebih mudahlah bagi warga
Makassar untuk menemukannya. Kalau kita order
maka yang mendatangi kita adalah pengepul/pemulung yang tinggalnya yang
paling dekat dengan kita. Tuh, kan,
seperti ojek online, ya?
Well, selain layanan beli sampah dan terima
donasi sampah, Mall Sampah juga memiliki layanan-layanan lain, yaitu:
- Produk Hijau, merupakan layanan daur ulang sampah dalam berbagai kategori.
- Gerakan Hijau, terdiri atas 6 gerakan, yaitu Jumat Bebas Sampah, Zero Waste Event, Pantai Bebas Sampah, Program Bersih Kota, Ekspedisi Bersih Gunung, dan Penggalangan Dana Kampus. Hingga saat ini sudah ada 5 organisasi bekerja sama dengan Mall Sampah dalam gerakan ini.
- Zero Waste, terdiri atas dua layanan berlangganan bulanan, yaitu kategori rumah dan kantor, untuk bekerja sama mendaur ulang sampah.
By the way, pemerintah punya program Bank Sampah dan macam-macam alat pengangkut sampah yang layanannya hingga ke dalam pelosok lorong. Lantas, di mana peran Mall Sampah? Nah, lihat dulu beda “peruntukannya”, ya. Kalau bank sampah itu mayoritas melayani mereka yang belum begitu melek digital. Sedangkan target Mall Sampah adalah mereka yang belum ter-cover, seperti kaum milenial dan ibu pekerja kantoran yang sibuk hingga tidak bisa antre bulanan di bank sampah terdekat. Ehm, saya juga cocok nih, Adi. Meski bukan ibu pekerja kantoran, saya ibu rumahan yang tidak bisa tiap bulan menarik sampah ke bank sampah terdekat yang letaknya di lorong depan sana. Selain itu, meski ada angkutan sampah, masih ada sampah-sampah yang bisa disisihkan lagi. Seperti di rumah kami misalnya, kadang-kadang bisa menyisihkan sampah kertas hingga berkilo-kilo gram dan pakaian bekas dalam kurun waktu sebulan. Eh tapi pakaian bekas masih belum bisa ditangani oleh Mall Sampah, moga-moga suatu hari nanti, ya.
Kalau GoJek dan Grab sudah menentukan tarif berdasarkan jarak maka Mall Sampah sudah menentukan harga sampah berdasarkan jenisnya. |
Mau
tahu pencapaian social enterprise ini?
Pencapaian mall sampah sejak agustus 2017 –
sekarang adalah telah
mendaur ulang 15.000 kilo gram sampah memberdayakan 100 pengepul dan pemulung,
dan menghasilkan uang ratusan juta rupiah. Users
Mallsampah.com kini menjelang 1.000 dengan 20 – 50 transaksi harian. Target
tahun ini adalah menangani 100.000 kilo gram sampah, mengumpulkan 1.000 pengepul dan pemulung, dan
menghasilkan uang 1 miliar rupiah. Wow,
semoga berhasil, termasuk dengan harapan untuk sustainable dan tidak tergantung
pada donasi, anak muda!
Makassar, 23 februari 2018
Catatan:
Untuk mendapatkan layanan buat akun di www.mallsampah.com/
Merusuh di Dunia Maya untuk Harapan yang Lebih Baik
Merusuh di dunia maya sebenarnya sudah beberapa kali saya lakukan. Apa yang saya
ceritakan di tulisan berjudul Lakukan Sesuatu untuk Hentikan Gaya
Menulis Cabul
bukanlah usaha
melakukan perubahan yang pertama kali saya lakukan dengan cara merusuh di dunia
maya.
Lakukan Sesuatu untuk Hentikan Gaya Menulis Cabul
Twit apresiasi kepada Hipwee segera saya layangkan usai membaca tulisan yang saya protes sudah berubah menjadi lebih baik. Sebelumnya, tulisan berjudul Meski Sudah Mengaku Salah, Pelecehan Seksual oleh Perawat pada Pasiennya Ini Nggak Bisa Diterima! saya protes di kolom komentar post tersebut dan di Twitter. Di Twitter saya mention akun Hipwee dan ditanggapi oleh puluhan orang.
Philanthropy Learning Forum on SDGs: Bagaimana Pemerintah, BaKTI, dan Ilmuwan Mendukung SDGs
Catatan terakhir dari acara Philanthropy Learning Forum on SDGs: SDGs Sebagai Tools Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Kemitraan di Gedung BaKTI pada tanggal 19 September lalu.
Berkoordinasi Lintas Sektor untuk Mewujudkan Layanan Kesejahteraan Anak Integratif di Makassar dan Gowa
Tulisan ini dimuat di BaKTI News No. 135, Maret – April 2017. Tak lengkap rasanya bila tidak di-share juga ke blog ini.
Tak
mudah bekerja bersama dengan beragam Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk
satu tujuan karena alur pada masing-masing organisasi berbeda meskipun
tujuannya sama. Selain itu ego sektoral menjadi hambatan yang harus ditiadakan,
terlebih dalam mewujudkan layanan kesejahteraan anak yang integratif. Bayangkan
bila tak ada koordinasi, masalah sosial yang terjadi pada anak-anak kita
berlarut-larut karena terjadi saling lempar tanggung jawab.
Subscribe to:
Posts (Atom)