Tadinya
saya pikir akan menuliskan satu atau dua tulisan saja dari Seminar
Berbagi Pengetahuan (Knowledge Sharing) Tentang Pentingnya Kebijakan
Publik Berbasis Bukti yang Berpihak pada Masyarat Miskin yang saya hadiri bulan lalu ini. Ternyata saya salah duga.
Tulisan yang Anda baca ini merupakan tulisan ke-4 yang saya buat karena rasanya
banyak yang kurang kalau saya hanya menuliskan satu atau dua tulisan saja. Pada
tulisan keempat ini, saya share mengenai presentasi dari Robert Na Endi Jaweng – Direktur Eksekutif
KPPOD[1]
(Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah). Pak Robert membawakan materi berjudul
Riset & Kebijakan Publik: Pengalaman Terbatas KPPOD.
Beranda / BaKTI
Showing posts with label BaKTI. Show all posts
Showing posts with label BaKTI. Show all posts
Analisis Kebijakan Berbasis Bukti: Pengalaman Birokrat Gorontalo
Birokrat,
pengusaha, dan peneliti juga menjadi nara sumber pada seminar yang saya hadiri pada tanggal 5 Juli lalu di Hotel Melia. Seminar bertajuk Berbagi Pengetahuan (Knowledge
Sharing) Tentang Pentingnya Kebijakan Publik Berbasis Bukti yang Berpihak pada
Masyarat Miskin ini dihadiri berbagai elemen
masyarakat, termasuk dari masyarakat umum seperti saya ini.
Mengapa Profesi Analis Kebijakan Penting
Pada Seminar Pertemuan Berbagi Pengetahuan
(Knowledge Sharing) Tentang Pentingnya Kebijakan Publik Berbasis Bukti yang
Berpihak pada Masyarat Miskin yang berlangsung di Hotel Melia pada tanggal 5 Juli kemarin,
sebuah profesi yang disebut-sebut bersaing pentingnya dengan anggota legislatif
dibicarakan. Profesi yang masih tergolong baru tersebut bernama ANALIS KEBIJAKAN.
Dalam hal ini, tentunya analis kebijakan yang dimaksud akan mendukung KEBIJAKAN
BERBASIS BUKTI berlaku di negara kita.
Mengapa Perlu Analisis Kebijakan Berbasis Bukti
Muhammad
Iqbal Suhaeb – Kepala Balitbangda (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Daerah) provinsi Sulawesi Selatan membuka Seminar Pertemuan Berbagi Pengetahuan (Knowledge Sharing) Tentang
Pentingnya Kebijakan Publik Berbasis Bukti yang Berpihak pada Masyarat Miskin. Menurutnya sejak dulu diketahui mengenai
evidence based tapi pada kenyataannya hanya dikenal di kampus-kampus padahal
seharusnya evidence based menyangkut kebijakan juga. Barulah akhir-akhir
ini disosialisasikan oleh beberapa lembaga, di antaranya oleh LAN (Lembaga
Administrasi Negara).
Forum Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan: Menuju Pembangunan Ekonomi yang Lebih Inklusif
Pengalaman
yang berbeda saya alami ketika menghadiri Forum Pembangunan Daerah (FPD) Sulawesi Selatan pada tanggal 8 Mei lalu. FPD ini
diselenggarakan oleh The SMERU
Research Institute (SMERU), bekerja sama dengan Pemerintah Daerah
Provinsi Sulawesi Selatan dan Yayasan BaKTI. SMERU adalah lembaga independen
yang bergerak di bidang penelitian dan studi kebijakan publik. Alasan mengapa
Sulawesi Selatan dipilih adalah karena dalam beberapa tahun terakhir mencatat pertumbuhan
ekonomi yang relatif tinggi – lebih tinggi dari rata-rata nasional namun menghadapi
tantangan peningkatan ketimpangan yang juga tinggi. Selain itu, SMERU juga
telah melakukan beberapa penelitian di Sulawesi Selatan yang dapat dijadikan
bahan masukan untuk diskusi kebijakan.
Subscribe to:
Posts (Atom)