Mendukung KBA Rappocini Menuju Burasa - “Anehnya kurasa, Kak” mengucapkan ini, Ifa (Arifayani)
bertemu pandang dengan saya. Kami tersenyum. “Lebih-lebih saya, Ifa. Saya tadi keluar
melewati tulisan selamat datang di atas itu terus sekarang masuk ke sini,” ucap
saya. Ucapan itu merujuk kepada spanduk yang terbentang di atas gerbang lorong 3
Rappocini.
Beranda / Babul Jannah
Showing posts with label Babul Jannah. Show all posts
Showing posts with label Babul Jannah. Show all posts
Mengenang Sosok Haryadi Tuwo dari Babul Jannah
Qadarullah, pemilihan hari berkegiatan
saya tepat lagi. Rasanya seperti dituntun Yang Maha Kuasa ketika saya memilih
ikut materi Kelas Handal Digital di Google Gapura Digital pada tanggal 28 April,
bukannya 29 April. Karena pada malam hari tanggal 28 April, berita duka disiarkan
lewat pengeras suara masjid dekat rumah. Salah seorang tokoh di lingkungan
kami, sosok yang saya hormati meninggal dunia. Namanya Pak Haryadi Tuwo sehingga saya bisa melayat dan ikut shalat jenazah pada tanggal 29-nya.
Ironi di Perhelatan Akbar Wisuda Santri
Saya
anggap nomor urut nyaris bontot: 1659 adalah sebuah keuntungan. Kami bisa duduk
manis menanti nomor dipanggil pada perhelatan akbar wisuda santri semakassar ini, tidak perlu berdesak-desakan dengan seribuan
orang yang ingin naik ke panggung. Total santri yang diwisuda pada tanggal 10
Mei ini adalah 1668 orang. Enak kan, menjelang nomor si putri mungil disebut,
tempat ini pasti sudah lebih lengang. Toh, tidak lama lagi acara akan berakhir. Tidak perlu menunggu lama sampai nomor 1659 dipanggil.
Mencari Hikmah di Perhelatan Akbar Wisuda Santri
Lapangan
Karebosi sudah penuh dengan santri dan pengantarnya ketika saya dan putri saya –
Athifah tiba di sana pada pagi hari tanggal 10 Mei kemarin. Di bagian tribun tempat
duduk para santri menjelang remaja sementara para pengantarnya duduk di bawah tenda di atas
lapangan rumput. Saya mengamati kursi-kursi yang bertebaran. Tak jelas apakah
ada tanda di mana nomor 1659 – nomor urut Athifah bisa duduk. Para santri yang akan diwisuda duduk
tak beraturan dijaga para pembinanya.
Perpustakaan Mini Babul Jannah
Adanya perpustakaan mini alias taman bacaan di
dekat rumah, disambut baik oleh saya dan suami. Beberapa kali kami ke sana,
sekadar membaca atau meminjam buku. Taman bacaan itu diselenggarakan oleh pak
Haryadi, seorang pionir dan penggerak berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Melalui bendera yayasan Babul Jannah yang dimilikinya, ia banyak menyeenggarakan kegiatan bermanfaat untuk masyarakat sekitar.
Pak Haryadi yang juga
seorang ustadz, diberikan oleh pak lurah yang lalu sekitar 200 eksemplar buku
untuk menambah koleksi buku-bukunya (cerita tentang ini pernah saya tuliskan di sini). Kebanyakan berupa non fiksi, tentang aneka
pengetahuan populer seperti cara menanam tanaman tertentu, perihal dan problema
kesehatan (contohnya seperti pre menstruation syndrome), dan lain-lain.
Sebelumnya pak Haryadi sudah memiliki koleksi aneka buku non fiksi, fiksi, dan
buku anak.
Saya bersorak dalam hati
melihat koleksi buku-buku tambahan itu. Berkah banget buat seorang
blogger. Asyiknya, jarak rumah pak Haryadi yang dijadikan taman bacaan dekat
sekali dari rumah kami, hanya sekitar 50-an meter.
Laki-Laki Pecinta Anak-Anak
Santri-santri cilik tampil menunjukkan kebolehan mereka dalam menghafal do'a-do'a di acara17 Agustusan kelurahan (2012) |
Pernah dengar ada sosok laki-laki usia 60-an tahun, menggerakkan PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini) minim biaya di sebuah tempat? Mungkin anda berkata, “Tidak pernah.” Lha
kalau yang terlibat dalam PAUD kan biasanya ibu-ibu. Laki-laki? Pastinya langka
ya ...
Nah, laki-laki dalam foto ini adalah sosok langka itu. Namanya pak Haryadi
Tuwo. Pecinta anak-anak ini eksis mengusahakan TK/kelompok bermain (KB) di
lingkungan saya. Awalnya KB/TK Babul Jannah dibentuknya bersama almarhumah
istri tercintanya 2 tahun lalu. Sepeninggal istrinya, ia sendiri yang mengurusi
anak-anak mungil itu, sesekali dibantu oleh putri-putrinya.
Keceriaan Sederhana Dalam Babul Jannah
Kegiatan
ini sebenarnya berlangsung tanggal 6 Mei kemarin.
Hari
itu, anak-anak kelompok bermain Babul Jannah gembira. Berkaitan dengan milad
(hari jadi) pertama KB Babul Jannah, pak Haryadi menyenangkan mereka dengan
menyelenggarakan perlombaan bawa kelereng dengan sendok dan makan kerupuk.
Pak
Haryadi – pendiri sekaligus pengelola yayasan Babul Jannah yang membawahi
berbagai kegiatan untuk masyarakat sekitar ini memang senang menyenangkan
anak-anak. Sebelumnya, ia telah menyiapkan sejumlah tas berisi snack dan minuman untuk anak-anak, juga
balon.
Sampai-sampai
ada yang tak membawa bekal dari rumah, yakin akan diberi makanan di sana he he he. Kiki – nama anak itu. Saya
menggodanya, “Kata siapa itu untuk Kalian? Itu untuk anak-anak lain.” Maka
terbitlah kepanikan di wajahnya. Buru-buru ia pulang, untuk meminta bekal pada neneknya.
Kartini Pendidikan dari Babul Jannah
Murid-murid Kelompok Bermain sedang belajar meronce |
Seorang ‘Kartini’ hebat di lingkungan saya yang akan saya ceritakan ini sudah berpulang setahun yang lalu namun semangatnya masih menjejak kuat dalam benak saya. Namanya ibu Najmiah – istri dari pak Haryadi Tuwo. Sepasang suami istri ini merupakan penggerak pendidikan non formal di lingkungan kami. Mereka mendirikan dan mengelola yayasan Babul Jannah yang membidangi: TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) untuk anak-anak, IQRANSA (program belajar mengaji untuk orang dewasa), kelompok majelis taklim ibu-ibu, dan Kelompok Bermain (kisah lengkapnya bisa dibaca di: SEKOLAH AHAD, POTRET DEDIKASI GURU BERJIWA “LILLAHI TA’ALA”).
Setahun yang lalu secara tiba-tiba Allah memanggilnya. Guru agama Islam di SMP Nahdiyat ini dilayati banyak orang hingga takziyahnya. Saya yang sebenarnya tak mengenalnya dengan sangat akrab ikut menitikkan air mata kala melihat jenazahnya (tulisan lengkapnya bisa dibaca di: Perginya Satu Bintang di "Babul Jannah").
Kira-kira dua bulan sebelum kepergiannya, ibu Najmiah dan pak Haryadi memulai program pendidikan Kelompok Bermain mereka. Modalnya adalah uang pribadi mereka beserta keikhlasan untuk memperbaiki mutu pendidikan anak-anak di lingkungan kami.
Kejutan Membahagiakan di Peringatan Maulid Nabi
Para santri - wisudawan TPA berfoto bersama |
Tanggal 11 Februari kemarin, di masjid dekat rumah – masjid Bani Haji Adam Taba’ diadakan peringatan maulid nabi Muhammad SAW. Peringatan maulid kali ini, kolaborasi antara pengurus LKU (Lembaga Kesejahteraan Ummat) Amanah – sebuah lembaga swadaya masyarakat, majelis ta’lim ibu-ibu ‘Ashabul Jannah’ dan pengurus masjid Bani Haji Adam Taba’ (kesemuanya beraktivitas di lingkungan kami).
Peringatan maulid ini dirangkaian dengan wisuda santri TPA Babul Jannah. Oya, beberapa waktu yang lalu saya membuat tulisan Rencana Wisuda Tahunan Santri TPA Babul Jannah – saya pikir wisuda santri diadakan tiap tahun. Ternyata saya salah, wisuda santri dilaksanakan setiap dua tahun, wisuda terakhir diadakan dua tahun yang lalu.
Ujian Kelulusan Santri TPA
Suasana ujian |
Dahulu tak ada ujian dan wisuda mengaji seperti sekarang ini. Asal sudah khatam 30 juz saja, sudah dinyatakan tamat mengaji. Sekarang hal ini menjadi marak dilakukan karena SMP negeri mempersyaratkan calon siswanya memiliki ijazah TPA, sebagai perwujudan program pemerintah lokal: pemberantasan buta aksara al-Qur’an. Yang mengesahkan ijazahnya pun tak tanggung-tanggung: Departemen Agama kota Makassar!
Rencana Wisuda Tahunan Santri TPA Babul Jannah
Santriwati-santriwati ini sedang menghafal bersama |
Di Makassar, untuk masuk ke SMP negeri – siswa yang bersangkutan diharapkan sudah memiliki surat tanda tamat belajar al-Qur’an yang dikeluarkan departemen Agama RI. Malah ada sekolah yang mengharuskannya. Ide ini patut diacungkan jempol karena banyak anak usia 11 – 13 tahun belum bisa membaca al-Qur’an dengan lancar. Hal ini tentu akan memaksa mereka untuk serius belajar membaca al-qur’an.
Senam yang Menyenangkan
Ceria bermain |
Wah, sudah lama saya tak posting tentang yayasan Babul Jannah – sebuah penyelenggara studi swadaya seorang anggota masyarakat bernama pak Haryadi. Dulu ia mengelola TPA, kelompok bermain dan berbagai kegiatan bersama istrinya – ibu Najmiah. Namun sejak sang istri meninggal, praktis ia melakukannya sendiri, sesekali dibantu oleh anak-anaknya.
Hari itu saya sempat menyaksikan murid-murid kelompok bermain Babul Jannah berkegiatan seperti bermain dan senam. Alhamdulillah, perlahan muridnya makin banyak. Saat ini yang aktif ada 18 anak. Mereka semua bersemangat dan bergembira di bawah asuhan pak Haryadi.
Gerak Jalan Semarak Muharram
Start dan finish di depan masjid Nurul Jannah |
Menyambut tahun baru Hijriah, TPA Babul Jannah yang terletak di jalan Rappocini Raya lorong 3 nomor 3, bekerjasama dengan pemerintah kelurahan Rappocini mengadakan gerak jalan santai pada hari Ahad 27 November 2011.
Dimulai pukul 7, dihadiri gerak jalan yang diikuti 400-an orang itu mengambil rute sejauh empat kilometer. Dimulai dari depan masjid Nurul Jannah, menuju jalan Veteran Selatan setelah kedatangan sekretaris daerah pemerintah kota Makassar. Para peserta harus menyusuri jalan Veteran Selatan ke arah selatan lalu belok kiri ke jalan Banta-BantaEng ke arah timur. Kemudian belok ke lorong delapan Rappocini menuju ke jalan Rappocini Raya. Belok kiri ke arah barat menyusuri jalan Rappocini Raya dan finish di depan masjid Nurul Jannah.
Senangnya Belajar Menulis
Anak-anak duduk rapi sebelum pelajaran di mulai |
Pak Haryadi di antara murid-muridnya |
Hari ini anak-anak kelompok bermain Babul Jannah belajar menulis. Beberapa dari mereka sudah bisa menuliskan angka dan abjad. Mereka menggambar ditemani lagu anak-anak yang diputar melalui DVD player.
Jika dibandingkan dengan taman kanak-kanak/play group lain, anak-anak ini belajar dengan fasilitas yang sangat sederhana. Namun mereka tetap bersemangat, apalagi pak Haryadi (pendiri, pengelola, skaligus guru di kelompok bermain ini) selalu mencari cara agar mereka tetap semangat belajar dan bermain. Bagi pak Haryadi, ia dengan tulus melakukan yang terbaik bagi anak-anak ini selama itu bermanfaat bagi mereka, sekalipun ia tak dibayar sepeser pun. Bahkan tak mengapa baginya jika harus mengeluarkan biaya dari kocek sendiri untuk memfasilitasi kelompok bermain ini.
Anak Saya Dipukul Dengan Sapu ... Syukurlah
http://shop.waroeng.nl |
“Anak saya dipukul dengan sapu ... syukurlah”.
Saat membaca judul ini anda mungkin berpikir, saya ini ibu yang gila, anaknya dipukul dengan sapu malah bilang “syukurlah”.
Sabar ... saya kan belum bercerita apa-apa.
Begini kisahnya.
Affiq (sulung saya berusia 10 tahun) pulang mengaji dengan wajah muram. Ia langsung masuk kamar. Setelah berganti baju, ia keluar kamar masih dengan wajah muram. Saya yang mengamati buram wajahnya kemudian melihat ia mulai terisak-isak.
“Kenapa, Nak?” tanya saya.
Maka Kesenjangan Mutu Pendidikan Akan Selalu Ada
Pak Haryadi tengah memimpin rapat |
Sore itu pak Haryadi, pendiri, pengelola, sekaligus guru TPA Babul Jannah mengundang rapat para orangtua/wali santri pra sekolah TPA Babul Jannah. Meski sekolahnya sangat sederhana, undangannya sangat elegan, diketik rapi dengan komputer dan di-print lalu diberikan kepada setiap anak yang hadir 2 hari sebelumnya. Namun hanya 7 orang yang hadir. Bahkan tetangga terdekat beliau yang anaknya juga sekolah di situ yang rumahnya berjarak kurang dari 10 meter, tidak hadir. Awalnya berdirinya sekolah ini ditanggapi dengan antusias hingga ada 30 anak yang terdaftar di sini. Namun seiring waktu, makin lama jumlahnya menyusut hingga tinggal 10, bahkan pernah 4 anak saja yang datang. Beginilah lingkungan tempat tinggal saya, Rappocini Raya lorong 3 dan sekitarnya: sudah ada volunteer yang mengbdikan hidupnya di bidang pendidikan anak-anak sekitar, tidak pernah meminta imbalan pula, tidak ditanggapi dengan antusias. Sementara jika misalnya diharuskan ke sekolah yang berbayar, bakalan mengomel.
Perginya Satu Bintang di "Babul Jannah"
11 April 2011, seusai shalat subuh.
Dari pengeras suara masjid terdengar suara pak Haryadi, ustadz di TPA Babul Jannah dan masjid Bani H. Adam Taba, Rappocini Raya lorong 3 Makassar, “Inna lillaahi wa inna ilaihi raji’un. Telah meninggal dunia ... istri kami tercinta ...”, suaranya terdengar bergetar. Beliau melanjutkan, “Najmiah Manfaluti, pada pukul 3 subuh, dalam perjalanan ke rumah sakit”. Pasti tergores pedih hati beliau. Biasanya beliau yang mengumumkan berita duka warga sekitar di masjid, kali ini beliau mengumumkan berita kepergian istri tercinta.
Saya terhenyak dan mengucap, “Inna lillaahi wa inna ilaihi raji’un”. Kilasan wajah perempuan sabar itu membayang di mata saya. Tak terasa titik-titik air menggenang di kedua pelupuk mata saya. Saya tak mengenalnya dengan sangat akrab, namun demikian saya menaruh hormat dan kagum pada sosok perempuan berusia 60 tahun itu.
SEKOLAH AHAD, POTRET DEDIKASI GURU BERJIWA “LILLAHI TA’ALA”
Sudah hampir setahun ini Athifah bersekolah di sekolahan dekat rumah yang dikhususkan untuk anak-anak pra sekolah. Mulanya sekolah ini hanya berkegiatan pada hari Ahad dan hari-hari libur nasional. Sekolah ini didirikan oleh suami istri pencinta pendidikan : bapak Haryadi Tuwo dan ibu Najmiah Manfaluti. Saya dan suami senang Athifah berkegiatan di sekolah ini karena hidup pasangan suami istri ini didedikasikan pada pendidikan, adaTPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) Babul Jannah yang mengajarkan anak-anak sekitar mengaji. Mulai dari metode Iqra’, Qur’an ‘besar’ (tajwid) hingga khatam dan ‘wisuda’. Sebelum wisuda, para santri diharuskan melalui ujian dan setelah lulus diberikan ijazah. Ijazah ini mereka pergunakan sebagai salah satu persyaratan masuk SMP negeri karena SMP negeri di kota Makassar mempersyaratkan para calon siswanya bebas buta aksara al-Qur’an. Biayanya pun tidak besar, paling tinggi hanya Rp. 20.000/anak per bulannya. Itu pun banyak yang nunggak. Sementara jadwal mengaji 5 kali sepekan (setiap hari, kecuali hari Selasa dan Jum’at). Maklum saja, masyarakat sekitar Rappocini lorong 3 ini banyak yang kurang mampu. Padahal ada 5 orang guru yang mengajar di TPA yang memiliki lebih dari 100 orang santri ini. 5 orang guru yang berjiwa lillaahi ta’ala. (Semoga ridha Allah beserta mereka).
Subscribe to:
Posts (Atom)