#SuamiIstriMasak Bisa Jadi Booster, Ini Dia 4 Manfaatnya – Mata saya mencari-cari penjual ikan di pasar Terong. Terlihat satu penjual di sudut sebuah gang yang masih masuk wilayah pasar. Suami masih melajukan motornya menyusuri gang, melewati daeng penjual ikan. Kami balik lagi karena di siang bolong ini ternyata hanya satu itu penjual ikan yang tersisa. Inilah kami, suka-sukanya berbelanja jam berapa saja. Kalau lagi moda antimainstream, kami baru menjelajah pasar di siang bolong, saat matahari sedang tinggi-tingginya. Seperti siang itu, ketika ide pengen makan dan masak ikan muncul tiba-tiba.
Beranda / Indahnya Menikah
Showing posts with label Indahnya Menikah. Show all posts
Showing posts with label Indahnya Menikah. Show all posts
Bukan Karena Istri Cantik Alasan Suami Tidak Suka Marah
Bukan Karena Mama Cantik,
menjadi salah satu topik yang saya dan putri saya perbincangkan pada siang itu.
Sesekali saya bercerita tentang hal-hal dalam keluarga yang perlu dia ketahui. Kali
ini tentang kebiasaan ayahnya sejak kami baru menikah. Sesekali dia perlu tahu apa yang sebenarnya bahwa jelek atau cantik bukan jadi alasan suami suka marah.
Hati-hati Menanggapi Topik Perselingkuhan
Saya bersikap sama seperti perempuan-perempuan Indonesia
lainnya ketika mendengar ada seorang perempuan “dizalimi” suaminya terkait
perselingkuhan. Para perempuan mudah berempati dalam hal ini karena amat dekat
dengan kehidupan mereka. Memiliki suami, memiliki ayah, dan memiliki saudari perempuan.
Juga mengenal perempuan-perempuan yang diselingkuhi para lelakinya.
Pernikahan dan Keluarga Besar: Tentang Memilih yang Penting dan Siapa yang Menganggapnya Penting
Pernikahan juga berarti menikah dengan keluarga besar,
begitu anggapan masyarakat tradisional Indonesia terhadap pernikahan. Ini
merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan pasangan suami-istri. Selama
hampir 21 tahun usia pernikahan saya dan pak suami, saya juga menyadari hal
ini.
Harapan Itu Bernama Morula IVF
Harapan Itu Bernama Morula IVF - Ingin memiliki keturunan adalah dambaan para pengantin baru. Saya pun merasakannya dulu. Apalagi ketika makin
banyak yang menanyakan, “Sudah hamil, belum?” Salah seorang malah memandangi
saya sembari membelalak, “Ih, kenapa belum ada anakmu?” Ish ish ish, bikin gegana - gelisah
galau merana, kan 😓.
Komunikasi Cinta: Sebuah Seni Merawat Cinta
Seberapa seringkah kalian perhatikan masalah pasangan suami-istri itu
merupakan masalah komunikasi? Kalau saya, sering. Maka dari mereka yang
bermasalah dan juga dari keadaan diri sendiri, saya berusaha terus belajar memperbaiki
komunikasi cinta dengan pasangan.
Masihkah Merasakan Desir Halus pada Hubungan Suami Istri?
Suatu ketika saya membaca sebuah status Facebook pertanyaan yang membuat seorang istri
bertanya kepada dirinya sendiri, “Masihkah ada rasa berdesir halus terhadap
suami?” 😏
Hayoo
ibu-ibu yang membaca tulisan ini, coba bertanya kepada diri sendiri. 😙
HIjUP Blogger Meet up: Belajar Jadi Istri Resik Agar Keluarga Harmonis
HIjUP Blogger Meet up: Belajar Jadi Istri Resik Agar Keluarga Harmonis - Urusan
yang paling intim antara suami-istri biasanya menjadi hal yang tabu
diperbincangkan di masyarakat kita. Padahal kalau untuk menjadikannya bahan
pelajaran, bukan untuk membuka aurat atau membuka aib kan tidak mengapa, yah.
Kan tidak bisa dipungkiri juga kalau urusan itu penting dalam keberlangsungan
rumah tangga.
Merindu Sang Pembuat Telur Mata Sapi Gepeng
Bulan
ini tulisan di blog ini tak sebanyak bulan-bulan lalu. Adanya musibah di
keluarga kami membuat saya harus jauh lebih banyak menyediakan waktu di dunia
nyata ketimbang mengurusi blog dan media sosial. Ibu mertua saya, di penghujung
tahun lalu mengalami serangan jantung ketiga (akibat kelelahan yang teramat
sangat) hingga dari rumah sakit Pare pare harus dirujuk ke Pusat Jantung
Terpadu di kawasan Universitas Hasanuddin. Beruntung beliau hanya 10 hari di
rumah sakit. Tidak seperti kejadian di tahun 2016 lalu, saat terjadi serangan
pertama dan kedua – saat itu beliau harus dirawat inap selama 40 hari.
Rumahtangga: Kompromi Atau Masalah
Rumahtangga: Kompromi Atau Masalah - Banyak hal yang harus ditimbang-timbang setiap harinya dalam kehidupan berumahtangga. Salah satunya adalah bagaimana bersikap kepada suami, sekaligus mengatasi ketakutan akan pandangan orang lain.
Merawat Cinta dengan Kencan Khusus
Merawat Cinta dengan Kencan Khusus - Ibu-ibu,
setuju kan kalau merawat cinta dengan suami
itu perlu? Misalnya, dengan sekali-sekali kencan? Kencannya bisa ke kafe atau
nonton film di bioskop berdua saja. Nah, kencan kali ini menarik, saya dan pak
suami mendatangi tausiyah yang diisi
oleh ustadz Syafiq Basalamah. Temanya
seputar hubungan suami-istri,
bahwa surga dan neraka istri adalah pada suaminya.
Romantisme di Balik Dapur
Kemesraan
seseorang dengan suaminya bisa membuat orang lain cemburu. Tapi kali ini bukan
cemburu yang tdak baik. Cemburu kali ini adalah cemburu yang sekaligus bikin
bahagia. Karena yang cemburu adalah sahabatnya.
“Cemburu,
deh melihat suaminya bantuin sahabat
kita di dapur,” ucap seorang sahabat, sebut saja namanya Asti. Jangan
membayangkan Asti mengatakan ini sambil cemberut, yah. Tidak. Dia mengatakannya
sambil tersenyum bahagia.
Menjadi Istri yang Menghidupkan Pernikahan
Pagi
hari itu, tanggal 1 Maret, saya menemukan quote
yang keren:
"Tak seorang laki-laki pun benar-benar telah menikah sampai dia sungguh-sungguh memahami setiap kata yang tidak diucapkan oleh istrinya."
Quote itu berasal dari fan page Pernikahan yang Hidup. Seseorang baru saja mengundang saya
untuk memberikan cap jempol pada page yang
ternyata merupakan page promo dari
buku berjudul sama – Pernikahan yang Hidup. Saya langsung menyukai salah satu
status di page itu.
Giveaway: Istri yang Baik
Tulisan ini merupakan sticky post,
akan tetap berada di urutan teratas sampai insya Allah tanggal 2 Desember, bila
Anda ingin membaca tulisan terbaru saya, ada di bawah postingan ini J
Memandang Hal yang Sama, Harus Ada yang Dipersamakan
"Membaca koran jangan asal baca, baca apa yang ada di baliknya," itu pesan Pak Subari Waluyo - guru Fisika saya sewaktu SMP.
Waktu
pencapresan kemarin sampai sekarang pun berseliweran segala bentuk pendapat.
Saya mengamati saja, beberapa. Saya punya pilihan sendiri tapi saya memilih
untuk tidak ikut-ikut nyetatus.
Beda
dengan suami saya. Dia punya cara sendiri dalam berpendapat. Saat seorang
sahabat mengatakan, "Waah pilihannya (maksudnya: suami saya) kalah, Kak
Niar!" Saya mengatakan, pilihan saya dengan suami sama. Kami pendukung
capres yang sama.
Unforgettable Journey: Bulan Madu Berpanjangan
Saya
tak mungkin melupakan Riau. Hanya selama dua setengah tahun lebih saya di sana
tapi banyak kenangan manis yang masih membekas. Makanya sewaktu berita kabut
asap kembali menjadi bencana baru-baru ini, saya ikut sedih juga. Rasanya
seperti sebagian jiwa saya masih ada di sana teriris-iris. Lebay ya, tapi begitulah adanya.
Usai
rangkaian acara pernikahan pada bulan April 1999, saya mengikuti suami ke Riau.
Tepatnya di kota Minas, kira-kira 30-an kilometer dari Pekanbaru. Saya merasa excited sekali waktu itu. Ke tempat
jauh, di tengah hutan berlingkungan modern, tinggal dengan suami … wow, ini namanya bulan madu berpanjangan.
“Konsolidasi” internal suami istri
Dengan
sukacita saya menyiapkan keperluan yang harus dibawa. Bukan hanya pakaian, saya
juga membawa buku-buku resep masakan buat bekal belajar masak. Baru belajar
masak? He he he iyaaah. Yang penting
ada keinginan belajar, kan?
Dua Menjadi Satu
“Aku
cerita ini ke Niar karena nggak
mungkin cerita ke keluargaku. Kalo Aku cerita dan besok-besok Aku sudah baikan sama
masku, sudah sayang-sayangan lagi, mereka masih marah sama masku .. kan malu.”
Saya
masih mengingat perkataan seorang sahabat saat saya masih di perantauan dulu.
Ia bukan menceritakan aib suaminya. Bukan. Ia hanya sekadar curhat mengenai
perbedaan pandangan yang biasa terjadi antara pasangan suami-istri yang
menimpanya kala itu.
Saya
bisa melihat permasalahan itu dengan proporsional, tentu akan berbeda bila yang
mendengarnya keluarga dekat sahabat tersebut. Keluarga dekat selalu bersedia
tampil sebagai pelindung dan pembela, apapun masalah yang terjadi.
Maaf Suamiku, Porsi Cinta Untukmu Kukurangi
Dear suamiku,
Benarlah kata-kata bijak
yang mengatakan bahwa mencintai seseorang tak boleh berlebihan. Bahkan agama
kita mengajarkan, cinta kepada seseorang harusnya dilandaskan oleh cinta kepada
Allah.
Mengapa?
Karena cinta yang
dilandaskan oleh cinta kepada-NYA pasti berdasarkan perjanjian yang kuat (mitsaqan ghalizha) yang pembangunnya
merupakan iman yang tak akan goyah walau diterpa badai yang teramat dahsyat
sekali pun.
Suamiku, waktu yang kita
lalui bersama selama hampir 15 tahun ini telah memperkaya pengalaman dan
pengetahuanku akan berbagai hal. Masih kuingat hari pertama pernikahan kita,
saat pertama kali kusimpan bajumu berbaur dengan pakaian-pakaianku. Saat itu,
tiba-tiba saja ada aroma lain dalam lemari itu. Seperti aroma khas seseorang
tapi bukan aroma khas dirimu yang baru kuindra hari itu. Aroma apakah itu? Hm, sepertinya itu aroma “jodoh” kita berdua.
Ya, gabungan dari aroma khas kita, yang bergabung dalam lemariku.
Benang Merah, Ketika Sepasang Hati Bertemu
Membolak balik buku yang
berjudul sama dengan judul tulisan ini, siapa pun yang menyimaknya dengan baik
akan mendapatkan quote yang berhikmah
tentang apa itu pernikahan dan apa yang diharapkan penulisnya melalui
pernikahan.
Simak saja quote-quote berikut:
Pernikahan memang terlihat tidak mudah karena kita hanya
bergelut memikirkannya. Namun bila kita berani bertindak dan berani mengambil
resiko serta tanggung jawabnya, insya Allah akan selalu ada jalan atau solusi.
Bukankan Allah SWT juga telah menyatakan bahwa pernikahan akan membuka pintu
rezeki, jadi mengapa harus takut menikah dalam keadaan tidak mapan? Bukankah
menikah adalah tindakan mulia daripada terus melanglang buana yang tidak tentu
arah?
(Irda Handayani, Medan, dalam “Rahasia
Allah SWT di Balik Jodoh” di halaman 32).
Kalau Bukan Saya, Siapa Lagi?
“Saya sudah bawakan air
tadi, kenapa belum diminum?” ujar saya kepada suami yang sedang terbaring di
kamar Affiq.
Saya sedang dalam
kondisi super ribet. Affiq dan Athifah masih selalu harus dikomando untuk
mengerjakan berbagai rutinitas, termasuk sebelum tidur. Walaupun sudah kelas 1
SMP, Affiq masih harus dipandu setiap hari. Apalagi Athifah. Terlebih lagi si
bungsu Afyad.
Afyad malah mulai
menampakkan kerewelan. Ia biasa begitu bila sudah mengantuk tetapi belum merasa
nyaman tetapi tidak juga mau naik ke peraduan. Sebenarnya ia sudah di atas
ranjang tadi dan sedang tertawa-tawa setelah susunya habis tapi melihat saya ke
luar kamar karena hendak menengok papanya yang sedang terbaring di kamar Affiq,
ia keluar lagi.
Afyad menunjuk-nunjuk ke
arah ruang makan. Saya tak mau. Karena biasanya dia “melampiaskan”
ketidaknyamanannya di sana dengan berbagai cara. Padahal saya hendak menerapi
papanya dengan alat terapi accupoint kami
guna meringankan gejala flu berat dan demam yang sedang dideritanya.
Subscribe to:
Posts (Atom)