Showing posts with label Indahnya Menikah. Show all posts
Showing posts with label Indahnya Menikah. Show all posts

Para Pendurhaka

Para Penurhaka - Saat baru menikah saya mengomentari buku “Cara Membahagiakan Suami” yang dibeli oleh suami, “Kenapa ya, kayaknya buku-buku seperti ini selalu buat istri saja. Ya, buat suami juga dong.” Eh, rupanya suami punya buku pasangannya: “Cara Membahagiakan Istri”.
Baca selengkapnya

Pengantin Baruan di Rantau

Wisma Ukai B, Minas
Mengikuti suami yang bekerja di Riau pada masa awal pernikahan, sangat saya nikmati. Menghadapi kehidupan baru selepas lajang sungguh sebuah teka-teki yang menarik untuk diuraikan. Saya sama sekali tak khawatir pergi jauh dari orangtua. Saya yakin bisa hidup mandiri di rantau.

Segala perbekalan disiapkan, terutama setumpuk buku resep makanan dan beberapa buku mengenai kehidupan pasca nikah. Ini senjata ampuh buat saya yang tidak terbiasa masak (khusus mengenai sejarah masak-memasak, sudah pernah saya tuliskan dalam Memasak Itu (Tak) Mudah).

Dua minggu setelah hari pernikahan, kami dilepas oleh keluarga di bandara Sultan Hasanuddin. Tujuan kami adalah bandara Soetta, Jakarta. Di Jakarta, kami menuju bandara Halim Perdana Kusuma. Pesawat milik perusahaan yang membawa kami ke Pekanbaru berangkat melalui Halim.
Baca selengkapnya

Motivasi Cinta


Ini adalah kisah tentang apa yang terjadi bila kau menemukan belahan hatimu. Kisah tentang cinta pertama dan cinta terakhir. Kisah tentang Presiden ketiga Indonesia dan ibu negara. Kisah tentang Habibie dan Ainun.

Rudy Habibie seorang jenius ahli pesawat terbang yang punya mimpi besar: berbakti kepada bangsa Indonesia dengan membuat truk terbang untuk menyatukan Indonesia. Sedangkan Ainun adalah seorang dokter muda cerdas yang dengan jalur karir terbuka lebar untuknya.

Pada tahun 1962, dua kawan SMP ini bertemu lagi di Bandung. Habibie jatuh cinta seketika pada Ainun yang baginya semanis gula. Tapi Ainun, dia tak hanya jatuh cinta, dia iman pada visi dan mimpi Habibie. Mereka menikah dan terbang ke Jerman.

Punya mimpi tak akan pernah mudah. Habibie dan Ainun tahu itu. Cinta mereka terbangun dalam perjalanan mewujudkan mimpi. Dinginnya salju Jerman, pengorbanan, rasa sakit, kesendirian serta godaan harta dan kuasa saat mereka kembali ke Indonesia mengiringi perjalanan dua hidup menjadi satu.

Bagi Habibie, Ainun adalah segalanya. Ainun adalah mata untuk melihat hidupnya. Bagi Ainun, Habibie adalah segalanya, pengisi kasih dalam hidupnya. Namun setiap kisah mempunyai akhir, setiap mimpi mempunyai batas. Kemudian pada satu titik, dua belahan jiwa ini tersadar; Apakah cinta mereka akan bisa terus abadi?(sinopsis dari www.21cineplex.com)

Habibie lagi menjadi pembicaraan karena film yang menceritakan kisah cintanya dengan almarhumah istrinya. Hampir semua orang di Indonesia, saat ini tahu itu.

Kemarin siang, Habibie diwawancarai oleh Chantal Della Concetta di Buletin Indonesia Siang (Global TV). Sayang saya tak mengikuti dari awal. Namun demikian, tergetar juga saya menyimak kisah cinta yang diceritakannya kepada Chantal. Chantal saja sampai berkaca-kaca matanya dan suaranya bergetar. Saya juga merasa terharu.
Baca selengkapnya

Curhat Bukannya Mengeluh


Laki-laki dan perempuan bukan saja beda secara fisik. Tapi juga dalam menanggapi sesuatu.

♂ ♀ Perempuan suka saling beruneg-uneg. Mereka mengatakan itu curhat. Tapi laki-laki bisa berpendapat mereka sedang "mengeluh".

♂ ♀ Perempuan kalo lagi curhat butuh "pendengaran", tapi laki-laki suka ngasih solusi padahal perempuan tidak butuh solusi hanya butuh sikap sedang mendengarkan dengan baik (dan benar) sambil sesekali meng-"oooh"-kan atau mengangguk-angguk atau menepuk-nepuk. Eits tapi jangan memeluk, kecuali sama istri sendiri yaa
J

Saya tahu pasti karena pernah kuliah di fakultas yang perempuannya seuprit jumlahnya sementara laki-lakinya memenuhi kampus.

Perempuan biasanya mencari sesama perempuan yang bisa sepemikiran untuk ditempati curhat. Perempuan suka “berserikat” secara formal maupun informal. Selain itu perempuan suka membuat wadah bersama untuk bisa mengakomodir kegiatan/kesenangannya.
Baca selengkapnya
Menikah Itu Tak Melulu Indah

Menikah Itu Tak Melulu Indah


Judul tulisan yang saya buat untuk Invitasi Penulis Tamu di blog Nurmayanti Zain ini sepertinya bertentangan dengan salah satu judul kategori (label) dalam blog saya ini. Mengapa? Karena untuk orang-orang yang menjalankan rumahtangga dengan mengabaikan sederetan tanggung jawab, menikah itu tak melulu indah malah bisa jadi bencana.

Berbeda bagi yang menjalaninya dengan kesadaran penuh akan tuntutan banyak tanggung jawab yang harus dilakukan pasca akad nikah, menikah memang penuh ujian tapi ada saja hal manis setelah introspeksi diri dilakukan.

Bila berminat membaca tulisan ini silakan klik Menikah Itu Tak Melulu Indah (ter-link ke tulisan ini di blog Nurmayanti) ^__^
Baca selengkapnya