Showing posts with label Indahnya Menikah. Show all posts
Showing posts with label Indahnya Menikah. Show all posts

Merawat Cinta dengan Kencan Khusus

Merawat Cinta dengan Kencan Khusus - Ibu-ibu, setuju kan kalau merawat cinta dengan suami itu perlu? Misalnya, dengan sekali-sekali kencan? Kencannya bisa ke kafe atau nonton film di bioskop berdua saja. Nah, kencan kali ini menarik, saya dan pak suami mendatangi tausiyah yang diisi oleh ustadz Syafiq Basalamah. Temanya seputar hubungan suami-istri, bahwa surga dan neraka istri adalah pada suaminya.
Baca selengkapnya

Romantisme di Balik Dapur

Kemesraan seseorang dengan suaminya bisa membuat orang lain cemburu. Tapi kali ini bukan cemburu yang tdak baik. Cemburu kali ini adalah cemburu yang sekaligus bikin bahagia. Karena yang cemburu adalah sahabatnya.

“Cemburu, deh melihat suaminya bantuin sahabat kita di dapur,” ucap seorang sahabat, sebut saja namanya Asti. Jangan membayangkan Asti mengatakan ini sambil cemberut, yah. Tidak. Dia mengatakannya sambil tersenyum bahagia.
Baca selengkapnya

Menjadi Istri yang Menghidupkan Pernikahan

Pagi hari itu, tanggal 1 Maret, saya menemukan quote yang keren:
"Tak seorang laki-laki pun benar-benar telah menikah sampai dia sungguh-sungguh memahami setiap kata yang tidak diucapkan oleh istrinya."

Quote itu berasal dari fan page Pernikahan yang Hidup. Seseorang baru saja mengundang saya untuk memberikan cap jempol pada page yang ternyata merupakan page promo dari buku berjudul sama – Pernikahan yang Hidup. Saya langsung menyukai salah satu status di page itu.
Baca selengkapnya

Giveaway: Istri yang Baik

Tulisan ini merupakan sticky post, akan tetap berada di urutan teratas sampai insya Allah tanggal 2 Desember, bila Anda ingin membaca tulisan terbaru saya, ada di bawah postingan ini J
Baca selengkapnya
Memandang Hal yang Sama, Harus Ada yang Dipersamakan

Memandang Hal yang Sama, Harus Ada yang Dipersamakan

"Membaca koran jangan asal baca, baca apa yang ada di baliknya," itu pesan Pak Subari Waluyo - guru Fisika saya sewaktu SMP.

Waktu pencapresan kemarin sampai sekarang pun berseliweran segala bentuk pendapat. Saya mengamati saja, beberapa. Saya punya pilihan sendiri tapi saya memilih untuk tidak ikut-ikut nyetatus.

Beda dengan suami saya. Dia punya cara sendiri dalam berpendapat. Saat seorang sahabat mengatakan, "Waah pilihannya (maksudnya: suami saya) kalah, Kak Niar!" Saya mengatakan, pilihan saya dengan suami sama. Kami pendukung capres yang sama.
Baca selengkapnya