Tidak
banyak guru yang berkesan di hati saya. Saya meminta izin kepada kak Astra Ibrahim Eisenring untuk menyimpan foto yang ada gambar ayahnya (yang mengenakan kemeja putih dan
berdasi) ini karena beliau adalah guru terfavorit saya. Melihat foto ini,
kontan hati saya tergetar, titik air menggenang di pelupuk mata saya, menandakan begitu
kuatnya kesan beliau dalam hati saya.
Masih
teringat hari-hari kursus dengan beliau. Bagaimana telaten dan tegasnya beliau
mengajar kami Bahasa Inggris, bahkan kalau perlu sekaligus mengajari kami
Geografi, Bahasa Indonesia, perilaku/etika, dan pelajaran-pelajaran lain.
Banyak
hal darinya yang masih berkesan bagi saya. Salah satunya adalah ketika pelajaran
sedang berlangsung, cucunya (saya masih ingat namanya Lili) yang waktu itu
masih berusia 2 tahun terjatuh. Spontan kami tertawa. Sebagian besar yang
kursus waktu itu masih duduk di bangku SMP, beberapa yang lainnya sudah duduk
di bangku SMA. Entah kenapa secara internasional, adegan jatuh dianggap lelucon
oleh banyak orang, termasuk oleh kami ketika itu.