Kolaborasi Galang Dana
Antar Komunitas untuk Masamba - Suatu hari ada
pembicaraan di antara segelintir teman-teman IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis)
Makassar mengenai penggalangan dana untuk Masamba. Sebagaimana yang kita
ketahui, pada tanggal 13 Juli 2020, banjir bandang menerjang Kecamatan Masamba,
Kabupaten Luwu Utara pada pukul 21:00.
Beranda / Yang Berbagi
Showing posts with label Yang Berbagi. Show all posts
Showing posts with label Yang Berbagi. Show all posts
Bantuan Penanganan Covid-19 Lembaga Filantropi: Bukti Kebaikan Berbagi yang Berkelanjutan
Bantuan Penanganan Covid-19 Lembaga Filantropi: Bukti Kebaikan Berbagi yang Berkelanjutan –
“Kalau pesan 2 atau 3 boleh, tidak bisa pesan banyak,” ucap Bunga ketika saya bertanya lebih lanjut mengenai masker yang dibuatnya. Masker itu dijual melalui Warung Sosial LemINA.
Membenihkan Asa pada Ladang-ladang Komunitas
Membenihkan Asa pada Ladang-ladang Komunitas - Ketika saya bertegur sapa dengan seseorang yang baru dilihatnya, Athifah sering menanyakan, “Mama, itu teman apanya Mama?”
Terkadang
saya jadi bingung menjawabnya karena saya sudah tidak ingat, saya berteman
dengan A ini dulu ketemunya di mana, ya. Si B ini ketemu di komunitas apa, ya?
Bukannya mau sok-sok pamer punya banyak teman, kenyataannya aktivitas blogging
mengantarkan saya mengenal banyak orang dari banyak komunitas dan profesi.
#PrayforSulSel: Berdonasi untuk Korban Banjir
#PrayforSulSel: Berdonasi untuk Korban Banjir - "Tadi
siang kami kirim juga lilin dan abon ke lokasi terisolir. Yang pengantarnya
sendiri masih minta didoakan supaya bisa tembus. Longsoran dan jembatan putus
membuat warga desa tak bisa keluar. Makanan menipis dan cuma pake
penerangan lilin dan seadanya di malam hari," kata Bunga (Andi Bunga Tongeng) - salah satu founder LeMINA melalui pesan
Whatsapp pada hari Ahad sore kemarin.
Sosok Inspiratif di Balik Bank Sampah di Makassar
Sosok Inspiratif di Balik Bank Sampah
ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul Perjalanan
Mencari Bank Sampah di Makassar dan Pendar-Pendar
Cahaya dari Balik Sampah. Ketiga tulisan ini pernah tayang di
Blogdetik yang blognya sudah almarhum. Saya upload
lagi di sini agar kisah tentang pelopor bank sampah di Makassar dan para
penggeraknya yang inspiratif ini tetap abadi.
Mall Sampah: Solusi Masalah Sampah Jaman Now
Mall Sampah, inilah solusi masalah Sampah Jaman Now! - Saya teringat pada konsep bank
sampah Pelita Harapan yang pernah saya lihat di Jalan Pelita. Sempat
terpikir untuk jadi nasabahnya namun tidak terlaksana. Waktu itu saya berpikir,
bagaimana bisa saya ke sana sekali sebulan dan antre selama berjam-jam untuk
dilayani? Karena begitulah keadaannya di bank sampah tersebut, banyak nasabah
yang rela antre berjam-jam hingga mendapatkan layanan
dari petugas. Para petugas tak dapat dituntut karena mereka sama sekali tak ada
yang menggaji. Mereka bekerja secara sukarela untuk kemaslahatan warga RW
setempat.
Mall Sampah,
Sebuah Solusi
Perkembangan Mall
Sampah dan Macam-macam Layanannya
By the way, pemerintah punya program Bank Sampah dan macam-macam alat pengangkut sampah yang layanannya hingga ke dalam pelosok lorong. Lantas, di mana peran Mall Sampah? Nah, lihat dulu beda “peruntukannya”, ya. Kalau bank sampah itu mayoritas melayani mereka yang belum begitu melek digital. Sedangkan target Mall Sampah adalah mereka yang belum ter-cover, seperti kaum milenial dan ibu pekerja kantoran yang sibuk hingga tidak bisa antre bulanan di bank sampah terdekat. Ehm, saya juga cocok nih, Adi. Meski bukan ibu pekerja kantoran, saya ibu rumahan yang tidak bisa tiap bulan menarik sampah ke bank sampah terdekat yang letaknya di lorong depan sana. Selain itu, meski ada angkutan sampah, masih ada sampah-sampah yang bisa disisihkan lagi. Seperti di rumah kami misalnya, kadang-kadang bisa menyisihkan sampah kertas hingga berkilo-kilo gram dan pakaian bekas dalam kurun waktu sebulan. Eh tapi pakaian bekas masih belum bisa ditangani oleh Mall Sampah, moga-moga suatu hari nanti, ya.
Catatan:
Untuk mendapatkan layanan buat akun di www.mallsampah.com/
Suatu
kebetulan, saya berada di sana pas saat loket bank sampah hendak buka.
Berbondong-bondong warga membawa sampah mereka ke lokasi lalu berbaris rapi di
sana. Mulai dari anak-anak hingga orang tua, masing-masing memegang buku
tabungan sembari menunggu gilirannya. Ingin juga seperti itu, bisa menguangkan
sampah sendiri. Namun apa daya, belum ketemu solusi yang mudah bagi saya
tersebab satu dan lain hal – rutinitas yang ada membuat saya kesulitan antre di
bank sampah.
Mall Sampah,
Sebuah Solusi
Rupanya,
solusinya baru muncul sekarang. Di awal tahun ini, Mall Sampah (www.mallsampah.com) – konsep yang saya maksud
mengemuka. Saya menghadiri talkshow bertajuk Mallsampah – Layanan
Pengelolaan Sampah Online yang menampilkan Adi Saifullah Putra (Founder dan CEO Mallsampah) sebagai nara
sumbernya di gedung BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia). Acara
yang bergairah karena menampilkan nara sumber yang bersemangat dan moderator Luna Vidya yang tak kalah
bersemangatnya ini berlangsung pada tanggal Jumat, 9 Februari 2018 pukul 15.00
-17.30.
Hiburan dari Ruang Baca |
Beberapa penghargaan yang diterima Mall Sampah |
Menarik
sejak awal penuturan, itulah kesan yang langsung saya tangkap dari Adi –
lulusan Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia yang pernah menjadi aktivis
mahasiswa ini. Dia mengatakan bahwa hanya
10% sampah di Indonesia bisa didaur ulang. Visi Mall Sampah adalah dalam 10
tahun ke depan 20 – 30 persen sampah bisa didaur ulang dan nilainya mencapai 2 –
3 kali nilai total saat ini melalui konsep memberdayakan
pengepul dan pemulung.
Menurut
Adi, kunci dari daur ulang sampah
di Indonesia adalah pengepul. Maka agar sampah yang bisa didaur ulang meningkat, mereka
harus diberdayakan dan diperbanyak (termasuk pemulungnya) – moga-moga saya tidak salah tangkap dari
penjelasan Adi.
“Ketimpangannya,
pemerintah belum pahami kalau para pengepul ini berperan penting,” ucap Adi. For your information, ya, pengepul itu yang mengumpulkan sampah
dari pemulung atau orang yang bisa membeli sampah kita. Beberapa dari mereka punya kendaraan sendiri untuk mengangkut
sampat dalam jumlah yang agak besar. Ada yang biasa masuk hingga ke dalam gang,
seperti yang biasa masuk ke daerah tempat tinggal saya dan mengumpulkan sampah
dari warga. Warga menjual sampahnya dengan harga yang ditentukan pengepul.
Adi Saifullah Putra |
Luna Vidya dan Adi Saifullah Putra |
Nah,
bedanya, kami tidak tahu kapan si pengepul datang. Tahu-tahu saja dia nongol tapi ketika dinanti-nanti eh dia
tak muncul-muncul. Nah, kalau melalui Mallsampah.com, kita bisa memesan
jasanya, asalkan sampah kita sudah
terkumpul minimal 5 kilo gram dan sudah
dipilah-pilah. Jangan sampai masih tercampur-baur, ya. Kalau sampah
botol, yang dikumpulkan hingga 5 kilo gram ya sampah botol saja baru
menghubungi Mall Sampah, sampah kertas pun demikian.
Kata
Adi, di Makassar ada 5000 pengepul. Salah satunya yang diperkenalkan melalui slide presentasinya adalah Ibu Rukiah
yang berpenghasilan 3 juta – 7 juta rupiah per bulannya. Nah, sejak bermitra
dengan Mall Sampah, penghasilan Ibu Rukiah ini naik hingga 2 kali lipat. Jadi 6
– 14 juta rupiah per bulannya. Wow! Target
Adi kemudian untuk pengepulnya adalah menaikkan penghasilannya hingga 2 - 3 kali lipat. Amazing, ya? Potensi
penghasilan Ibu Rukiah bisa puluhan juta rupiah per bulan ternyata!
Ibu Rukiah, pengepul mapan. Sumber: mallsampah.com |
Mau tahu,
tak, mengapa penghasilan Ibu Rukiah bisa meningkat tajam setelah bergabung dengan
Mall Sampah? Karena pemanfaatan waktunya menjadi jauh lebih efektif. Sebelumnya,
waktu 6 – 8 jam bisa dihabiskan Ibu Rukiah dalam mencari sampah. Mencari ke
sana ke mari, belum tentu mendapatkan “sampah yang berharga”. Belum lagi kalau harus
dipilah-pilah sendiri. Pergi ke kompleks A, belum tentu terkumpul 3 kilo gram
kertas misalnya, lalu dia ke kompleks B. Nah, setelah bergabung di
Mallsampah.com, Ibu Rukiah jadi “wanita panggilan” saja dan terima duit. Bukan
dalam artian negatif lho, ya. Maksudnya, setelah ada panggilan telepon barulah
Ibu Rukiah pergi menjemput sampah, begitu. Bisa dari satu orderan ke orderan berikutnya.
Mirip-mirip Go Jek atau Grab, lah yang orderannya berdatangan terus dari mereka yang butuh.
Perkembangan Mall
Sampah dan Macam-macam Layanannya
Lalu
sekarang, ada berapa jumlah pengepul dan pemulung dalam sistem Mallsampah.com?
Ada 100 orang! Pada awalnya, Adi kesulitan mendapatkan yang mau bergabung. Dia
malah dicurigai. Sekarang sudah lumayan, seratus orang ini tersebar di seluruh
wilayah Makassar. Jadi kalau mencari pengepul untuk menjual sampah atau pemulung untuk donasi sampah (memberikan sampah kita secara cuma-cuma kepada
pemulung jika beratnya di bawah 5 kilo gram), sudah lebih mudahlah bagi warga
Makassar untuk menemukannya. Kalau kita order
maka yang mendatangi kita adalah pengepul/pemulung yang tinggalnya yang
paling dekat dengan kita. Tuh, kan,
seperti ojek online, ya?
Well, selain layanan beli sampah dan terima
donasi sampah, Mall Sampah juga memiliki layanan-layanan lain, yaitu:
- Produk Hijau, merupakan layanan daur ulang sampah dalam berbagai kategori.
- Gerakan Hijau, terdiri atas 6 gerakan, yaitu Jumat Bebas Sampah, Zero Waste Event, Pantai Bebas Sampah, Program Bersih Kota, Ekspedisi Bersih Gunung, dan Penggalangan Dana Kampus. Hingga saat ini sudah ada 5 organisasi bekerja sama dengan Mall Sampah dalam gerakan ini.
- Zero Waste, terdiri atas dua layanan berlangganan bulanan, yaitu kategori rumah dan kantor, untuk bekerja sama mendaur ulang sampah.
By the way, pemerintah punya program Bank Sampah dan macam-macam alat pengangkut sampah yang layanannya hingga ke dalam pelosok lorong. Lantas, di mana peran Mall Sampah? Nah, lihat dulu beda “peruntukannya”, ya. Kalau bank sampah itu mayoritas melayani mereka yang belum begitu melek digital. Sedangkan target Mall Sampah adalah mereka yang belum ter-cover, seperti kaum milenial dan ibu pekerja kantoran yang sibuk hingga tidak bisa antre bulanan di bank sampah terdekat. Ehm, saya juga cocok nih, Adi. Meski bukan ibu pekerja kantoran, saya ibu rumahan yang tidak bisa tiap bulan menarik sampah ke bank sampah terdekat yang letaknya di lorong depan sana. Selain itu, meski ada angkutan sampah, masih ada sampah-sampah yang bisa disisihkan lagi. Seperti di rumah kami misalnya, kadang-kadang bisa menyisihkan sampah kertas hingga berkilo-kilo gram dan pakaian bekas dalam kurun waktu sebulan. Eh tapi pakaian bekas masih belum bisa ditangani oleh Mall Sampah, moga-moga suatu hari nanti, ya.
Kalau GoJek dan Grab sudah menentukan tarif berdasarkan jarak maka Mall Sampah sudah menentukan harga sampah berdasarkan jenisnya. |
Mau
tahu pencapaian social enterprise ini?
Pencapaian mall sampah sejak agustus 2017 –
sekarang adalah telah
mendaur ulang 15.000 kilo gram sampah memberdayakan 100 pengepul dan pemulung,
dan menghasilkan uang ratusan juta rupiah. Users
Mallsampah.com kini menjelang 1.000 dengan 20 – 50 transaksi harian. Target
tahun ini adalah menangani 100.000 kilo gram sampah, mengumpulkan 1.000 pengepul dan pemulung, dan
menghasilkan uang 1 miliar rupiah. Wow,
semoga berhasil, termasuk dengan harapan untuk sustainable dan tidak tergantung
pada donasi, anak muda!
Makassar, 23 februari 2018
Catatan:
Untuk mendapatkan layanan buat akun di www.mallsampah.com/
Kisah Pemenang Sekolah Sehat Makassar 2017
Sekolah Sehat Makassar - Semacam
instalasi perpipaan sederhana berdiri di tengah lapangan olah raga SD Inpres
Maccini Baru. Segenap guru dan anggota dewan komite sekolah (komite sekolah
terdiri atas para orangtua murid) terlihat masih mempersiapkan pelaksanaan
acara. Murid-murid – para pengisi acara bersiap-siap di sekitar lapangan olah
raga. Beberapa orang yang mengenakan seragam bertuliskan “Yayasan Peduli
Negeri” terlihat duduk atau bercakap-cakap. Tak berapa lama kemudian, para
kepala sekolah sekecamatan Tamalate berdatangan. Namun acara tak segera mulai
karena Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Makassar belum hadir.
Menakar dan Menitip Asa Tentang Layanan Publik di Puskesmas
If you do build a great experience, customers tell each other about that. Word of mouth is very powerful (Jeff Bezos, CEO Amazon.com)
Ada
Masalah!
“Mau cabut gigi anak saya, Pak,” kata saya
kepada salah seorang petugas yang sedang berjaga di loket sebuah Puskesmas.
SHOWCASE: Ide dan Inspirasi dari Pasikola, Genoil, dan Film
PASIKOLA – angkutan umum untuk anak sekolah di Makassar, sudah beberapa bulan terakhir ini membuat saya penasaran. Saya sering melihat 1 unit Pasikola di persimpangan jalan Veteran Selatan – jalan Sultan Alauddin. Di Showcase, saya mendapatkan jawaban atas rasa penasaran saya. Selain Pasikola, ada dua topik lain yang memikat. Yaitu tentang bagaimana minyak goreng bekas dan seni bisa berpengaruh di masa depan.
SHOWCASE: Ide dan Inspirasi dari Sebuah Utopia dan Rumput Laut
Saya menjadi bersemangat menghadiri SHOWCASE saat mencari tahu tentangnya dan menemukan keterangan bahwa format acara ini terinspirasi oleh TED – sebuah diskusi global yang mengangkat ide-ide seputar teknologi, entertainment, dan desain – ketiga subyektif yang secara kolektif membentuk masa depan kita.
Menyalakan Lilin Melalui Buku untuk Indonesia
Better to light a candle than to
curse the darkness.
Atau dalam bahasa Indonesia berarti: lebih baik menyalakan lilin daripada
mengutuk kegelapan adalah kalimat
motivasi yang terkenal di seluruh dunia. Di Indonesia kalimat ini
dipopulerkan oleh Anis Baswedan dalam gerakan Indonesia Mengajar. Kalimat yang
patut dilayangkan kepada mereka yang suka mencaci-maki pemerintah tetapi tak mampu
melakukan apa-apa, hal positif yang kecil sekali pun.
Dalam
bentuk lain, baru-baru ini saya kembali mendengarkan motivasi seperti ini dari
mulut Andy F. Noya – jurnalis terkenal dari Metro TV yang sekaligus Duta Baca
Indonesia tahun 2016. Saat itu saya menyimak penuturan Andy sebagai nara sumber
pada talkshow Buku untuk Indonesia di panggung acara Fun Walk BCA pada
tanggal 23 Juli lalu. Bertepat di satu sisi pada Lapangan Karebosi Makassar,
Andy yang pernah menjalani masa kecilnya di kota Makassar pada tahun 1960-an
ini mengatakan, “Jangan selalu berharap pada pemerintah.”
Lakukan
Sesuatu Meski Itu Hanya Menyalakan Sebatang Lilin
Gubernur Sulawesi Selatan (Syahrul Yasin Limpo) tengah bercakap dengan Andy F. Noya Sumber foto: Eryvia Maronie (www.emaronie.om) |
Melalui
paket donasi kepada masyarakat luas yang kemudian dikonversi menjadi buku, BCA
berkomitmen untuk menumbuhkan kembali minat membaca di berbagai pelosok
Indonesia. Gerakan “Buku untuk Indonesia” berhasil mengundang banyak partisipasi
dari masyarakat Indonesia. Pada periode I penggalangan donasi yang berlangsung
sejak tanggal 15 Maret hingga 14 Juni 2017, dana yang terkumpul sudah lebih
dari 1 miliar rupiah. Bisa Anda tebak, dari mana pemberi donasi terbesar pada
gerakan ini? Makassar, yes! Ternyata
masih banyak orang Makassar yang mau menyalakan lilin!
Nah,
rencananya BCA akan membagikannya kepada 104 sekolah penerima donasi di 60
titik di Indonesia. Donasi minimal sejumlah seratus ribu rupiah bisa dilakukan
di kantor BCA atau di gerai-gerai BCA, misalnya yang ada di Lapangan Karebosi
saat cara ini berlangsung. Melalui donasi yang diberikan, BCA memberikan kepada
Anda kenang-kenangan berupa kaos jersey. Mudah dan murah.
Frengky, Andy, dan Widya. |
Oya,
tentang minat baca Indonesia yang rendah, hal ini diungkapkan oleh sebuah hasil
studi tahun 2016. Studi itu berjudul Most
Littered Nation in The World, dilakukan Central Connecticut State
University. Di situ dinyatakan bahwa Indonesia negara ke-60 dari 61 negara soal
minat baca. Negara kita berada persis di bawah Thailand dan di atas Botswana.
Lilin Berupa
Buku untuk Indonesia
“Semoga
Aksi Berbagi ini dapat berkontribusi positif dan menjadi pengingat kita semua
akan pentingnya akses buku yang luas bagi tunas-tunas bangsa sebagai aset
berharga dalam menggapai harapan dan cita-cita. Menjawab animo masyarakat yang
tinggi, periode II gerakan berbagi Buku untuk Indonesia akan berlanjut hingga
akhir tahun 2017. Kunjungi laman www.bukuuntukindonesia.com atau www.blibli.com
untuk berpartisipasi dalam gerakan ini,” pungkas Frengky.
Sebagian peserta |
Ke-11
sekolah yang beruntung itu adalah: SDN Balang Baru, SDN KIP Bara-baraya II, SDN
Inpres Borong, SD Negeri No 11 Bontojai, SDN Inpres Barombong 03, SD Inpres/Negeri
BTN Pemda, SD Labuang Baji II, SDN Mamajang I, SD Inpres Gontang, SD Inpres
Lanraki 2, dan SDN 178 Inpres Lamangkia.
Gerakan
Buku untuk Indonesia mulai diselenggarakan sejak ulang tahun BCA yang ke-60.
Sebelum di Makassar, beberapa wilayah sudah lebih dulu menjadi tempat
pelaksanaannya, seperti di Jakarta, Semarang, dan Lampung.
Andy berfoto bersama para kepala sekolah dasar penerima donasi buku. |
Melalui
gerakan yang dilaksanakan dalam rangka HUT yang ke-60 ini, BCA berkomitmen
untuk Menjadi Lebih Baik melalui tiga
pilarnya belajar lebih baik, melayani lebih baik, dan memberi lebih baik.
Aksi berbagi Buku untuk Indonesia ini merupakan perwujudan komitmen BCA untuk memberi lebih baik kepada masyarakat
dengan harapan dapat berkontribusi meningkatkan minat baca di berbagai pelosok
di Indonesia yang penting dalam menciptakan generasi muda yang cerdas,
berkualitas, dan berakhlak mulia.
Kalau Anda-anda ingin ikut “menyalakan lilin” melalui gerakan ini, masih bisa, lho. Buku untuk Indonesia masih berlangsung hingga tanggal 15 September 2017. Segala sesuatunya terkait Buku untuk Indonesia bisa dilihat di website Buku untuk Indonesia (noted: sudah selesai).
Well, semoga lilin-lilin ini menyala abadi
dan kelak bisa mendongkrak Indonesia menjadi 10 besar dunia dalam hal minat
baca. Tidak mustahil, kan?
Makassar, 14 Agustus 2017
Tak Ada Pameran Tapi Ada Pazaar dan Lazismu
Rencananya tanggal 7 Agustus itu, saya mau melihat-lihat Pameran Muktamar Muhammadiyah di Monumen Mandala Makassar. Walau sejak kecil sering mendengar kata “Muhammadiyah”, saya tak pernah dekat dengan anggota Muhammadiyah. Sampai saat menikah, saya terlibat dengan banyak warga dekat dan simpatisan Muhammadiyah.
Mendekati
Monumen Mandala, dari arah selatan, tepatnya di sekitar gedung IMMIM, bis-bis besar
yang memuat para peserta muktamar sudah terparkir berjejer. Padahal jarak
antara Monumen Mandala dan gedung IMMIM masih sekira 1 kilometer.
Keceriaan di Festival Anak Makassar 2015 (3)
Tulisan ini adalah kelanjutan dari dua tulisan sebelumnya (bagian 1, klik di sini. Dan bagian 2, klik di sini)
Pertandingan Puzzle
Selepas
kegiatan-kegiatan di sudut-sudut belajar di Festival Anak Makassar 2015 ini, kuis yang disponsori SPAK (Saya
Perempuan Anti Korupsi) dan beberapa hiburan dari para partisipan
diketengahkan. Hari sudah menjelang sore tetapi wajah-wajah anak-anak dan
anak-anak muda itu masih terlihat ceria. Ada saja canda-tawa di sela-sela
koordinasi antar panitia dan kegiatan para peserta. Tak terlihat gurat lelah di
wajah mereka padahal acara sudah berlangsung sejak berjam-jam sebelumnya.
Persiapannya pun sejak berminggu-minggu atau mungkin berbulan-bulan sebelumnya.
Keceriaan di Festival Anak Makassar 2015 (2)
Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya (bagian 1, klik di sini)
Atmosfer
di lantai 2 Sao Mari (Eating Point di
Mal Ratu Indah) pada Festival Anak Makassar, 25 Juli lalu adalah KECERIAAN.
Saya melihat wajah-wajah ceria di sana. Juga pertunjukan seni bernuansa ceria
dari anak-anak, wakil dari komunitas-komunitas yang berpartisipasi. Selain
komunitas yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya, ada pula partisipan non
komunitas, yaitu dari SDN Paccinang dan SD Alam Bosowa. Salut deh, guru-gurunya
mau mengajak anak-anak muridnya terlibat dalam Festival Anak Makassar 2015 ini.
Keceriaan di Festival Anak Makassar 2015 (1)
Tepat
waktu zuhur, saya beserta suami dan dua anak kami yang terkecil tiba di Mal
Ratu Indah (MaRI) pada tanggal 25 Juli itu. Kami hendak menyaksikan Festival Anak Makassar 2015 yang diselenggarakan oleh LeMINA (Lembaga Mitra Ibu dan
Anak) – salah satu lembaga sosial yang sangat peduli pada kesejahteraan ibu dan
anak kalangan menengah ke bawah.
Di
masjid dalam MaRI kami saya bertemu dengan Tari – salah seorang relawan KPAJ
(Komunitas Pecinta Anak Jalanan) beserta anak-anak binaannya. Acara sudah
mulai, kata Tari, tapi baru pertunjukan seni. Usai shalat zuhur, saya, suami,
Athifah, dan Afyad bergegas ke Sao MaRI Eating Point yang terletak di lantai 3
MaRI. Festival Anak Makassar berlangsung di sana.
Meneladani Keuletan Mereka
Empat tahun lalu, Pak Haryadi Tuwo
bersama mendiang istrinya mendirikan Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak
Babul Jannah di Jalan Rapoocini. Sekolah sederhana itu diperuntukkan bagi warga
tingkat ekonomi menengah ke bawah di sekitarnya. Hanya cukup membayar uang
pangkal, tak ada uang bulanan. Para santrinya rata-rata sudah bisa membaca,
menulis, dan menghafal do’a sehari-hari setelah tamat. Keuletan Pak Haryadi membuat
sekolahnya masih beroperasi hingga kini.
Keuletan pula yang mengantarkan
Wahyudin menjadi sarjana Ekonomi. Wahyudin adalah seorang warga Bekasi yang
memulung sejak duduk di kelas 4 sekolah dasar. Selain memulung, Wahyudin juga menjual
hasil ternak dan berjualan gorengan. Walau sering dicibir, ia bergeming. Dengan
giat, ia terus bekerja demi mengumpulkan uang untuk pendidikannya. Tekadnya
membara. Menurutnya, dengan berpendidikan, ia bisa memberi manfaat untuk
lingkungan sekitar.
Menemukan Pendar Cahaya di Balik Sampah
Awalnya saya datang ke tempat ini hanya untuk
mengetahui bagaimana proses pembukaan rekening bank sampah. Ternyata saya
mendapatkan banyak cerita yang berarti sebuah penambahan wawasan bagi saya.
Saya takjub dengan penjelasan yang diberikan oleh
para pengurus Bank Sampah Pelita Harapan. Mereka menerima saya dengan baik dan
secara terbuka memberikan semua informasi. Bahkan tanpa segan, pembukuan pun
mereka perlihatkan sebagai bukti bahwa mereka transparan, tidak ada menyembunyikan
hal-hal tidak baik.
Saya telah membuat reportasenya dan meng-upload-nya di Blogdetik. Bagi
teman-teman yang ingin membacanya, berikut ringkasan dan linknya:
Buah Manis dari Rentetan Proses yang Seperti Kebetulan
Jalan untuk berbagi pengetahuan bisa dari mana saja. Melalui tulisan tentu saja bisa. Jaringan pertemanan pun bisa, bahkan melalui kegiatan bersama, antarkomunitas. Seperti rentetan kebetulan saja tapi saya yakin ini bukan kebetulan. Allah telah mengaturkan jalannya. Saya mengalaminya, baru-baru ini.
Awal mulanya adalah ketika saya bertemu dengan
Bunga – sapaan akrab Andi Bunga Tongeng, di event
ulang tahun BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia). Bunga adalah
penggiat aktivitas sosial di dua komunitas: LeMINA (Lembaga Mitra Ibu dan Anak)
dan Penyala Makassar. Bunga juga bergabung bersama saya di komunitas IIDN(Ibu-Ibu Doyan Nulis) Makassar.
“Niar, bikin kegiatan bersama IIDN – LeMINA tentang
pencegahan kekerasan seksual pada anak yuk,” ajak Bunga.
“Boleh,” jawab saya.
Tiba-tiba saya teringat suatu hal. Seorang kawan
psikolog pernah menawari saya tentang ini!
Peran Media Sosial dalam Aktivitas Komunitas
Peran Media Sosial dalam Aktivitas Komunitas - Sebuah
hal menyenangkan yang turut berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan
teknologi dewasa ini adalah makin maraknya kegiatan sosial dan seni yang diselenggarakan
oleh masyarakat biasa di kota saya Aktivitas
saya sebagai blogger aktif selama 3 tahun terakhir, membawa saya berkenalan dan
sekadar membaca tentang para aktivis serta komunitas sosial dan seni di kota
ini. Kebanyakan mereka dari kalangan muda usia. Bahkan banyak pula yang masih
mahasiswa.
Kue Kering Lebaran di Setia Karya
Kegigihan bu Rini dan
saudara-saudaranya dalam membina panti asuhan Setia Karya, patut didukung dan
ditiru. Membina 65 anak selain anak kandung tentunya bukan hal yang mudah.
Setiap hari bu Rini bersama suaminya membuat kue-kue untuk dititip jual di beberapa toko di Makassar. Ini sekaligus merupakan salah satu sumber pemasukan panti juga. Di bulan Ramadhan ini, ia membuat kue-kue kering untuk dijual tetapi tidak dititip jual di toko-toko. Barang siapa yang berkenan membeli, bisa langsung ke Panti Asuhan Setia Karya, Jl. Manurukki Raya No. 29 A, Makassar.
Ada aneka jenis kue kering, seperti kue keju, nastar, cokelat, dan sultana. Khusus kue sultana ini, saya sempat menghirup aromanya. Sedap. Dari aromanya saja, air liur sampai menetes. Konon bu Rini menggunakan bahan-bahan yang bagus, bukan asal bikin.
Subscribe to:
Posts (Atom)