Kolaborasi Galang Dana
Antar Komunitas untuk Masamba - Suatu hari ada
pembicaraan di antara segelintir teman-teman IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis)
Makassar mengenai penggalangan dana untuk Masamba. Sebagaimana yang kita
ketahui, pada tanggal 13 Juli 2020, banjir bandang menerjang Kecamatan Masamba,
Kabupaten Luwu Utara pada pukul 21:00.
Beranda / Yang Berbagi
Showing posts with label Yang Berbagi. Show all posts
Showing posts with label Yang Berbagi. Show all posts
Bantuan Penanganan Covid-19 Lembaga Filantropi: Bukti Kebaikan Berbagi yang Berkelanjutan
Bantuan Penanganan Covid-19 Lembaga Filantropi: Bukti Kebaikan Berbagi yang Berkelanjutan –
“Kalau pesan 2 atau 3 boleh, tidak bisa pesan banyak,” ucap Bunga ketika saya bertanya lebih lanjut mengenai masker yang dibuatnya. Masker itu dijual melalui Warung Sosial LemINA.
Membenihkan Asa pada Ladang-ladang Komunitas
Membenihkan Asa pada Ladang-ladang Komunitas - Ketika saya bertegur sapa dengan seseorang yang baru dilihatnya, Athifah sering menanyakan, “Mama, itu teman apanya Mama?”
Terkadang
saya jadi bingung menjawabnya karena saya sudah tidak ingat, saya berteman
dengan A ini dulu ketemunya di mana, ya. Si B ini ketemu di komunitas apa, ya?
Bukannya mau sok-sok pamer punya banyak teman, kenyataannya aktivitas blogging
mengantarkan saya mengenal banyak orang dari banyak komunitas dan profesi.
#PrayforSulSel: Berdonasi untuk Korban Banjir
#PrayforSulSel: Berdonasi untuk Korban Banjir - "Tadi
siang kami kirim juga lilin dan abon ke lokasi terisolir. Yang pengantarnya
sendiri masih minta didoakan supaya bisa tembus. Longsoran dan jembatan putus
membuat warga desa tak bisa keluar. Makanan menipis dan cuma pake
penerangan lilin dan seadanya di malam hari," kata Bunga (Andi Bunga Tongeng) - salah satu founder LeMINA melalui pesan
Whatsapp pada hari Ahad sore kemarin.
Sosok Inspiratif di Balik Bank Sampah di Makassar
Sosok Inspiratif di Balik Bank Sampah
ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul Perjalanan
Mencari Bank Sampah di Makassar dan Pendar-Pendar
Cahaya dari Balik Sampah. Ketiga tulisan ini pernah tayang di
Blogdetik yang blognya sudah almarhum. Saya upload
lagi di sini agar kisah tentang pelopor bank sampah di Makassar dan para
penggeraknya yang inspiratif ini tetap abadi.
Mall Sampah: Solusi Masalah Sampah Jaman Now
Mall Sampah, inilah solusi masalah Sampah Jaman Now! - Saya teringat pada konsep bank
sampah Pelita Harapan yang pernah saya lihat di Jalan Pelita. Sempat
terpikir untuk jadi nasabahnya namun tidak terlaksana. Waktu itu saya berpikir,
bagaimana bisa saya ke sana sekali sebulan dan antre selama berjam-jam untuk
dilayani? Karena begitulah keadaannya di bank sampah tersebut, banyak nasabah
yang rela antre berjam-jam hingga mendapatkan layanan
dari petugas. Para petugas tak dapat dituntut karena mereka sama sekali tak ada
yang menggaji. Mereka bekerja secara sukarela untuk kemaslahatan warga RW
setempat.
Mall Sampah,
Sebuah Solusi
Perkembangan Mall
Sampah dan Macam-macam Layanannya
By the way, pemerintah punya program Bank Sampah dan macam-macam alat pengangkut sampah yang layanannya hingga ke dalam pelosok lorong. Lantas, di mana peran Mall Sampah? Nah, lihat dulu beda “peruntukannya”, ya. Kalau bank sampah itu mayoritas melayani mereka yang belum begitu melek digital. Sedangkan target Mall Sampah adalah mereka yang belum ter-cover, seperti kaum milenial dan ibu pekerja kantoran yang sibuk hingga tidak bisa antre bulanan di bank sampah terdekat. Ehm, saya juga cocok nih, Adi. Meski bukan ibu pekerja kantoran, saya ibu rumahan yang tidak bisa tiap bulan menarik sampah ke bank sampah terdekat yang letaknya di lorong depan sana. Selain itu, meski ada angkutan sampah, masih ada sampah-sampah yang bisa disisihkan lagi. Seperti di rumah kami misalnya, kadang-kadang bisa menyisihkan sampah kertas hingga berkilo-kilo gram dan pakaian bekas dalam kurun waktu sebulan. Eh tapi pakaian bekas masih belum bisa ditangani oleh Mall Sampah, moga-moga suatu hari nanti, ya.
Catatan:
Untuk mendapatkan layanan buat akun di www.mallsampah.com/
Suatu
kebetulan, saya berada di sana pas saat loket bank sampah hendak buka.
Berbondong-bondong warga membawa sampah mereka ke lokasi lalu berbaris rapi di
sana. Mulai dari anak-anak hingga orang tua, masing-masing memegang buku
tabungan sembari menunggu gilirannya. Ingin juga seperti itu, bisa menguangkan
sampah sendiri. Namun apa daya, belum ketemu solusi yang mudah bagi saya
tersebab satu dan lain hal – rutinitas yang ada membuat saya kesulitan antre di
bank sampah.
Mall Sampah,
Sebuah Solusi
Rupanya,
solusinya baru muncul sekarang. Di awal tahun ini, Mall Sampah (www.mallsampah.com) – konsep yang saya maksud
mengemuka. Saya menghadiri talkshow bertajuk Mallsampah – Layanan
Pengelolaan Sampah Online yang menampilkan Adi Saifullah Putra (Founder dan CEO Mallsampah) sebagai nara
sumbernya di gedung BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia). Acara
yang bergairah karena menampilkan nara sumber yang bersemangat dan moderator Luna Vidya yang tak kalah
bersemangatnya ini berlangsung pada tanggal Jumat, 9 Februari 2018 pukul 15.00
-17.30.
Hiburan dari Ruang Baca |
Beberapa penghargaan yang diterima Mall Sampah |
Menarik
sejak awal penuturan, itulah kesan yang langsung saya tangkap dari Adi –
lulusan Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia yang pernah menjadi aktivis
mahasiswa ini. Dia mengatakan bahwa hanya
10% sampah di Indonesia bisa didaur ulang. Visi Mall Sampah adalah dalam 10
tahun ke depan 20 – 30 persen sampah bisa didaur ulang dan nilainya mencapai 2 –
3 kali nilai total saat ini melalui konsep memberdayakan
pengepul dan pemulung.
Menurut
Adi, kunci dari daur ulang sampah
di Indonesia adalah pengepul. Maka agar sampah yang bisa didaur ulang meningkat, mereka
harus diberdayakan dan diperbanyak (termasuk pemulungnya) – moga-moga saya tidak salah tangkap dari
penjelasan Adi.
“Ketimpangannya,
pemerintah belum pahami kalau para pengepul ini berperan penting,” ucap Adi. For your information, ya, pengepul itu yang mengumpulkan sampah
dari pemulung atau orang yang bisa membeli sampah kita. Beberapa dari mereka punya kendaraan sendiri untuk mengangkut
sampat dalam jumlah yang agak besar. Ada yang biasa masuk hingga ke dalam gang,
seperti yang biasa masuk ke daerah tempat tinggal saya dan mengumpulkan sampah
dari warga. Warga menjual sampahnya dengan harga yang ditentukan pengepul.
Adi Saifullah Putra |
Luna Vidya dan Adi Saifullah Putra |
Nah,
bedanya, kami tidak tahu kapan si pengepul datang. Tahu-tahu saja dia nongol tapi ketika dinanti-nanti eh dia
tak muncul-muncul. Nah, kalau melalui Mallsampah.com, kita bisa memesan
jasanya, asalkan sampah kita sudah
terkumpul minimal 5 kilo gram dan sudah
dipilah-pilah. Jangan sampai masih tercampur-baur, ya. Kalau sampah
botol, yang dikumpulkan hingga 5 kilo gram ya sampah botol saja baru
menghubungi Mall Sampah, sampah kertas pun demikian.
Kata
Adi, di Makassar ada 5000 pengepul. Salah satunya yang diperkenalkan melalui slide presentasinya adalah Ibu Rukiah
yang berpenghasilan 3 juta – 7 juta rupiah per bulannya. Nah, sejak bermitra
dengan Mall Sampah, penghasilan Ibu Rukiah ini naik hingga 2 kali lipat. Jadi 6
– 14 juta rupiah per bulannya. Wow! Target
Adi kemudian untuk pengepulnya adalah menaikkan penghasilannya hingga 2 - 3 kali lipat. Amazing, ya? Potensi
penghasilan Ibu Rukiah bisa puluhan juta rupiah per bulan ternyata!
Ibu Rukiah, pengepul mapan. Sumber: mallsampah.com |
Mau tahu,
tak, mengapa penghasilan Ibu Rukiah bisa meningkat tajam setelah bergabung dengan
Mall Sampah? Karena pemanfaatan waktunya menjadi jauh lebih efektif. Sebelumnya,
waktu 6 – 8 jam bisa dihabiskan Ibu Rukiah dalam mencari sampah. Mencari ke
sana ke mari, belum tentu mendapatkan “sampah yang berharga”. Belum lagi kalau harus
dipilah-pilah sendiri. Pergi ke kompleks A, belum tentu terkumpul 3 kilo gram
kertas misalnya, lalu dia ke kompleks B. Nah, setelah bergabung di
Mallsampah.com, Ibu Rukiah jadi “wanita panggilan” saja dan terima duit. Bukan
dalam artian negatif lho, ya. Maksudnya, setelah ada panggilan telepon barulah
Ibu Rukiah pergi menjemput sampah, begitu. Bisa dari satu orderan ke orderan berikutnya.
Mirip-mirip Go Jek atau Grab, lah yang orderannya berdatangan terus dari mereka yang butuh.
Perkembangan Mall
Sampah dan Macam-macam Layanannya
Lalu
sekarang, ada berapa jumlah pengepul dan pemulung dalam sistem Mallsampah.com?
Ada 100 orang! Pada awalnya, Adi kesulitan mendapatkan yang mau bergabung. Dia
malah dicurigai. Sekarang sudah lumayan, seratus orang ini tersebar di seluruh
wilayah Makassar. Jadi kalau mencari pengepul untuk menjual sampah atau pemulung untuk donasi sampah (memberikan sampah kita secara cuma-cuma kepada
pemulung jika beratnya di bawah 5 kilo gram), sudah lebih mudahlah bagi warga
Makassar untuk menemukannya. Kalau kita order
maka yang mendatangi kita adalah pengepul/pemulung yang tinggalnya yang
paling dekat dengan kita. Tuh, kan,
seperti ojek online, ya?
Well, selain layanan beli sampah dan terima
donasi sampah, Mall Sampah juga memiliki layanan-layanan lain, yaitu:
- Produk Hijau, merupakan layanan daur ulang sampah dalam berbagai kategori.
- Gerakan Hijau, terdiri atas 6 gerakan, yaitu Jumat Bebas Sampah, Zero Waste Event, Pantai Bebas Sampah, Program Bersih Kota, Ekspedisi Bersih Gunung, dan Penggalangan Dana Kampus. Hingga saat ini sudah ada 5 organisasi bekerja sama dengan Mall Sampah dalam gerakan ini.
- Zero Waste, terdiri atas dua layanan berlangganan bulanan, yaitu kategori rumah dan kantor, untuk bekerja sama mendaur ulang sampah.
By the way, pemerintah punya program Bank Sampah dan macam-macam alat pengangkut sampah yang layanannya hingga ke dalam pelosok lorong. Lantas, di mana peran Mall Sampah? Nah, lihat dulu beda “peruntukannya”, ya. Kalau bank sampah itu mayoritas melayani mereka yang belum begitu melek digital. Sedangkan target Mall Sampah adalah mereka yang belum ter-cover, seperti kaum milenial dan ibu pekerja kantoran yang sibuk hingga tidak bisa antre bulanan di bank sampah terdekat. Ehm, saya juga cocok nih, Adi. Meski bukan ibu pekerja kantoran, saya ibu rumahan yang tidak bisa tiap bulan menarik sampah ke bank sampah terdekat yang letaknya di lorong depan sana. Selain itu, meski ada angkutan sampah, masih ada sampah-sampah yang bisa disisihkan lagi. Seperti di rumah kami misalnya, kadang-kadang bisa menyisihkan sampah kertas hingga berkilo-kilo gram dan pakaian bekas dalam kurun waktu sebulan. Eh tapi pakaian bekas masih belum bisa ditangani oleh Mall Sampah, moga-moga suatu hari nanti, ya.
Kalau GoJek dan Grab sudah menentukan tarif berdasarkan jarak maka Mall Sampah sudah menentukan harga sampah berdasarkan jenisnya. |
Mau
tahu pencapaian social enterprise ini?
Pencapaian mall sampah sejak agustus 2017 –
sekarang adalah telah
mendaur ulang 15.000 kilo gram sampah memberdayakan 100 pengepul dan pemulung,
dan menghasilkan uang ratusan juta rupiah. Users
Mallsampah.com kini menjelang 1.000 dengan 20 – 50 transaksi harian. Target
tahun ini adalah menangani 100.000 kilo gram sampah, mengumpulkan 1.000 pengepul dan pemulung, dan
menghasilkan uang 1 miliar rupiah. Wow,
semoga berhasil, termasuk dengan harapan untuk sustainable dan tidak tergantung
pada donasi, anak muda!
Makassar, 23 februari 2018
Catatan:
Untuk mendapatkan layanan buat akun di www.mallsampah.com/
Kisah Pemenang Sekolah Sehat Makassar 2017
Sekolah Sehat Makassar - Semacam
instalasi perpipaan sederhana berdiri di tengah lapangan olah raga SD Inpres
Maccini Baru. Segenap guru dan anggota dewan komite sekolah (komite sekolah
terdiri atas para orangtua murid) terlihat masih mempersiapkan pelaksanaan
acara. Murid-murid – para pengisi acara bersiap-siap di sekitar lapangan olah
raga. Beberapa orang yang mengenakan seragam bertuliskan “Yayasan Peduli
Negeri” terlihat duduk atau bercakap-cakap. Tak berapa lama kemudian, para
kepala sekolah sekecamatan Tamalate berdatangan. Namun acara tak segera mulai
karena Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Makassar belum hadir.
Menakar dan Menitip Asa Tentang Layanan Publik di Puskesmas
If you do build a great experience, customers tell each other about that. Word of mouth is very powerful (Jeff Bezos, CEO Amazon.com)
Ada
Masalah!
“Mau cabut gigi anak saya, Pak,” kata saya
kepada salah seorang petugas yang sedang berjaga di loket sebuah Puskesmas.
Subscribe to:
Posts (Atom)