ICT USO EXPO 2013, Untuk Pemberdayaan Perempuan Indonesia

Era Digital, Era Kebangkitan Perempuan Indonesia

Mau sekali ikut tapi jauh. Mau tau/belajar banyak juga tentang SEO karena sekarang baru coba-coba olshop,” komentar kak Ida di grup menulis yang saya ikuti ketika saya menginformasikan tentang ICT USO EXPO 2013 yang diselenggarakan di gedung CCC (Celebes Convention Center), Makassar pada 23 – 25 Mei ini.

Kak Ida tinggal di Sengkang, kabupaten Wajo. Ia menggeluti usaha kerajinan sutera. Ketertarikannya pada dunia tulis-menulis mengenalkan saya padanya.

Dewasa ini, banyak sekali notifikasi masuk di akun facebook saya. Notifikasi yang berbunyi, “Fulan(ah) mengajak Anda menyukai halamannya.” Halaman pada facebook yang dimaksud itu merupakan halaman bisnis teman-teman facebook saya. Bisnis yang mereka lakoni itu, lebih tepat disebut online shop (olshop).  Sebagian besar pelakonnya adalah perempuan.

Jenisnya beragam. Ada yang berjualan kerajinan tangan, seperti kerajinan flanel. Ada yang berjualan tas, aksesoris, pakaian, hingga buku. Bisnis yang menarik karena tak perlu ruang toko, barang bisa disimpan di rumah atau malah di tempat pihak yang bekerja sama dengannya. Jika ada yang memesan, baru dikemas dan dikirim kepada pemesan.
Baca selengkapnya

Seandainya Tidak Ngeblog, Saya Tak Tahu Kalau Menulis Itu Terapi

Dalam minggu ketujuh event komunitas blogger Anging Mammiri ini, saya harus menguraikan apa kira-kira di balik pengandaian “Seandainya Saya Tidak Ngeblog”. Maka tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketujuh.

Baca selengkapnya

Good Bye, Ngapulu

KM Ngapulu
Sudah lama tak menjejakkan kaki ke pelabuhan laut.

Tanggal 11 Mei lalu saya dan suami mengantar ibu mertua ke pelabuhan laut Soekarno-Hatta. Dengan kapal Ngapulu, ibu mertua hendak ke Manokwari menemani putrinya. Beliau merasa iba karena tak ada yang menjaga kedua cucunya bila ditinggal mengajar oleh ibunya.

Sempat ada dua ART tapi mereka tak bekerja dengan baik. Ada yang suka memukul dan tidak membelikan makanan kepada kedua bocah laki-laki nan lasak itu, yang satunya lagi dengan tega meninggalkan anak-anak balita itu terkunci di dalam rumah, sendirian. Maka beliau memutuskan untuk sesegera mungkin meninggalkan kediamannya di kota Pare-Pare menuju Manokwari walau harus seorang diri menempuh jalan laut.
Baca selengkapnya

Dipitto' Ayam

Athifah dan kawannya, sebut saja namanya Ina sedang berbincang tentang sunat (khitan). Menurut adat Makassar, anak perempuan juga disunat maka dalam beberapa waktu lagi, Ina akan dikhitan oleh orangtuanya.
Baca selengkapnya

Kesan Dua Sisi dari Polisi Berseragam

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

Tak dipungkiri, ada kesan “lebih” bila melihat seorang polisi dalam pakaian dinasnya. Sepertinya dalam pakaian itu disematkan “wibawa” selain lambang-lambang dan “aksesoris” yang ada di seragamnya. Terlebih lagi bila melihat ada polisi yang bersikap ramah dan sopan kepada warga, bertambahlah wibawanya di mata saya.

Ketika saya menemani ibu mertua ke sebuah bank pemerintah beberapa waktu lalu, saya terkesan dengan sosok polisi yang membukakan pintu bagi kami. Bagitu melangkah, langsung disambut wajah sumringahnya. Polisi itu tersenyum lebar sembari mengucapkan salam dan mengangguk. Ia bertanya dengan ramah, “Mau tarik tunai?”

Saya mengiyakan. Pak polisi ramah yang bertubuh gempal itu kemudian menunjukkan tempat untuk mengambil nomor antrian. Tempat mengambil nomor antrian untuk nasabah yang hendak tarik tunai berbeda dengan yang hendak bertemu customer service, kalau salah mengambil nomor antrian ribet juga.
Baca selengkapnya

Habis Main, Rapikan Ya

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

“Habis main, rapikan ya!”

Itu titah saya bila teman-teman Athifah datang bermain. Bukan tanpa alasan saya harus menjadi galak saat mereka ada. Jika tidak, semua mainan diporak-porandakan oleh anak-anak ini. Untuk mengambil mainan saja mereka mesti mengeluarkan bunyi “BRAK” dan “BRUK”, tidak ada halus-halusnya.

Pertama kali menerima mereka bermain di rumah, saya stres karena harus merapikan sendiri mainan yang berhamburan di mana-mana dan juga kursi-kursi yang tergeser ke sana ke mari. Jauh lebih berantakan dibanding jika yang bermain anak-anak saya saja. Makanya saya harus membuat aturan dan tak bosan-bosan mengingatkan anak-anak ini. Sebab jika saya lupa mengingatkan, bagi mereka itu berarti “boleh tak merapikan”.
Baca selengkapnya

Karena Pusing dengan Semua Ini

“Kenapa Papa yang main, sih?” tegur Mama saat melihat Papa asyik bermain game di laptop.

“Memangnya Papa anak-anak,” cetus Athifah.
“Hei, kan Athifah yang suruh Papa main,” jawab Papa gemas. Athifah memang suka meminta Papa atau Mama memainkan game atas user name-nya supaya bisa memenangkan game itu.
Baca selengkapnya

Saku Sayur dan Kemoceng

Ketika Papa membantu Mama memotong-motong labu siam, Afyad (3,5 tahun) sibuk merogoh-rogoh saku bagian belakang celana panjang Papa. Papa mengiranya hanya sekadar merogoh. Saat Papa berada di luar rumah untuk sebuah keperluan dan merogoh sakunya untuk mengambil dompet, baru Papa sadar apa yang dilakukan Afyad ketika merogoh sakunya. Afyad memasukkan potongan-potongan kulit labu siam di antara dompet Papa.
Baca selengkapnya

Menjaga Kesehatan Kulit Bersama Marina

Bagi saya, hand and body lotion yang biasanya saya dan banyak orang menyebutnya dengan handbody ,merupakan barang yang dibutuhkan. Tentunya karena bermanfaat untuk kulit bagi perlindungan optimal setiap hari seperti mengatasi kekeringan kulit, menjaga kelembaban, dan memberikan vitamin bagi kulit.

Saya tak fanatik pasa merek tertentu tetapi sekitar lebih setahun terakhir ini saya memakai satu merek saja - Marina. Alasan saya simpel: mudah didapat, Marina bahkan bisa diperoleh di warung dekat rumah dan di mini mart yang terletak di jalan besar.

Rumah kami terletak di dalam gang, sekitar 200 meter dari jalan besar. Bila tiba-tiba menyadari kehabisan handbody, saya tinggal mengenakan jilbab dan pergi ke warung dekat rumah yang letaknya hanya sekitar 2 meter dari rumah. Tak sampai 4 menit, saya bisa segera balik ke rumah. Begitu pun kalau mau ke jalan besar, ke salah satu dari 2 mini mart yang ada di sana, tak sampai 10 menit bisa segera balik ke rumah. Tak perlu meninggalkan anak-anak lama-lama di rumah untuk membeli handbody.
Baca selengkapnya

Rezeki Ngeblog

Award dari Aci
Rezeki melalui blog, alhamdulillah ada saja. Yang paling menyenangkan adalah mendapat banyak kawan dari segala penjuru negeri bahkan ada yang berdomisili di luar negeri.

Disambangi dalam aktivitas blog walking adalah hal yang menyenangkan, apalagi bila kawan-kawan blogger mau meninggalkan jejak mereka berupa komentar di blog. Asyiknya lagi, ada saling memberikan award, ada pula hadiah-hadiah memenangkan giveaway.

Bulan Februari lalu, saya mendapatkan award dari Aci. Pemilik blog Bumi Accilong yang bernama lengkap Asriani Amir ini menyampaikan Versatile Award melalui komentarnya dalam sebuah tulisan di blog saya. Namun, saya mohon maaf ya Aci, ini award serupa keempat atau malah kelima yang saya terima. Dan kemarin-kemarin saya sudah membuat syarat-syaratnya, yaitu menuliskan beberapa hal tentang saya. Jadi untuk kali ini, saya hanya posting tentang ini saja.
Baca selengkapnya

Cerita Anak SMA - dari Ngaji Hingga Cubitan


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

Mengenang masa SMA adalah juga mengenang cerita dua sisi dalam diri saya. Saya ingat betul, di usia SMA saya mulai mencari makna yang hakiki – mencari jati diri istilah lainnya.

Dengan sukarela saya mengikuti kajian agama Islam untuk akhwat (perempuan) sejak kelas 1 SMA yang dilaksanakan bertepatan dengan waktu shalat Jum’at. Model pengajian itu adalah hal yang baru dan menarik bagi saya. Saya memang Islam sejak lahir tapi lingkungan keluarga saya menganut Islam yang biasa-biasa saja. Sampai menjadi anak SMA, shalat lima waktu belum merupakan sebuah keharusan bagi saya. Tak ada yang mengharuskan dan saya pun tak merasa harus melakukannya. Walau demikian saya melakukan shalat tapi bolong-bolong.

Saya tertarik belajar Islam. Dari kajian-kajian yang difasilitasi pengurus mushala di SMAN 2 Makassar, saya menjadi tahu bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Saya jadi tahu bahwa semua manusia memiliki kecenderungan kepada dua hal sekaligus: kebaikan dan keburukan, tinggal bagaimana ia memilih untuk hidupnya dan menyadari pertanggungjawabannya kelak di hari akhir.
Baca selengkapnya

Godaanmu Menggangguku


Sebelumnya, mohon maaf kepada orang-orang yang merasa terkait dengan kisah dalam tulisan ini. Bukan bermaksud membongkar aib masa lalu. Melainkan sebagai pengingat kepada yang lain sekaligus ini merupakan kesempatan bagi saya untuk menjelaskan alasan dari sikap saya saat itu. Mengingat kisah ini sesuai tema “dua sisi” maka tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam.

Mungkin kebanyakan orang yang mengenal saya mengira sikap saya bisa selamanya seperti ini. Saya tak suka berdebat. Dalam berbicara, suara saya cenderung kecil. Saya tak suka konflik. Saya sering kali ingin menyenangkan semua pihak, tak kuasa berkonfrontasi dengan siapa pun. Sebagian orang mungkin mengira saya tipe orang yang hanya bisa diam dan menangis bila terganggu.

Padahal tidak selalu demikian. Saat hal prinsipil dalam diri saya diusik, saya bisa bersikap keras, laksana harimau yang mengaum dan mengambil ancang-ancang untuk membalas. Inilah sisi lain dalam diri saya yang tak banyak diketahui orang.
Baca selengkapnya

Nikmatnya Aroma Surga Dunia

Nikmatnya Aroma Surga Dunia -  Secara umum, kehamilan ketiga anak saya sama saja. Tak ada makanan yang menjadi teramat istimewa. Juga tak ada makanan yang begitu amat saya idam-idamkan sehingga mampu memaksa saya menyusahkan suami mencarinya ke sana ke mari.
Baca selengkapnya
Ketika HP Nyaris Invalid

Ketika HP Nyaris Invalid

Kemarin sore, seperti biasa, Afyad memainkan HP jadul saya. Lumayan, tak ada yang mendesak-desak saya minta main laptop. Jadinya bisa memakai laptop untuk menulis dan ngecek e-mail.

Tiba-tiba Affiq masuk kamar, “Ma, Afyad main air di tempat cuci piring!” Laporannya saya tangguhkan karena meladeni Athifah dulu. Setelah itu baru saya mendatangi Afyad yang sedang mengaduk-aduk baskom untuk cuci piring.

Gerendel yang terpasang di pintu antara ruang makan dan sebuah ruangan di dekatnya (bingung mau menyebutnya ruangan apa) sudah tak ada gunanya dipasang. Afyad bisa membukanya. Ia dengan mudah bisa lolos hingga ke dapur dan melakukan aneka uji coba yang menarik hatinya.

Kali ini ia memasukkan lagi beberapa peralatan makan yang sudah dicuci ke dalam baskom berisi air. Saya menarik tangannya ke luar dari dapur lalu ke luar ruang makan.
Baca selengkapnya
Cintaku Pada Menulis

Cintaku Pada Menulis


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kelima.

Tak seperti para penyuka menulis lain, saya tak keranjingan menulis sejak kecil. Pelajaran favorit saya sejak SD sampai SMA adalah matematika. Karena kesukaan itu, saya memilih masuk jurusan Teknik Elektro di FT UNHAS (suka doang, bukan berarti jago hiks).

Tapi kalau saya ingat-ingat, sejak SD saya enjoy dengan tugas mengarang ataupun ujian mengarang. Saya selalu mengerjakan soal mengarang dengan baik dan memenuhi kertas yang disediakan semaksimal jumlah baris/halaman yang diminta.

Dalam bentuk apapun, saya mengerjakannya dengan enjoy, termasuk ketika tes program co-op (magang) di Freeport saat masih kuliah dulu. Waktu itu mengarang sepertinya sebuah bentuk tes kreativitas dan saya bisa mengerjakannya dengan penuh penjiwaan. Dan sepertinya itu membantu saya menjadi kandidat kuat mewakili UNHAS ketika itu (ehm tak ada salahnya bernostalgia kan kawan? Saya hampir saja ke Freeport lho waktu itu, sebelum kloter yang mengutus Ridwan – teman seangkatan berangkat. Untung saja saya tak bersaing dengan Ridwan. Kalau saja kami bertemu di satu kloter ... beuuh #abaikan).
Baca selengkapnya

Cinta Perempuan Pejuang Cinta


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kelima.

Cinta pertama seorang bayi adalah ibundanya. Besarnya cinta ibunda mampu membuat sang bayi bertahan menghadapi dunia baru setelah alam rahim yang ditempatinya. Lalu cinta ibunda terus mendampingi pertumbuhan sang bayi hingga semua inderanya mampu mencerap, hatinya mampu merasai cinta, dan akalnya mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Kekuatan cinta jualah yang mampu membuat banyak ibu mampu bertahan menjadi single parent dalam membesarkan anak-anaknya. Walau lamaran dari seorang laki-laki menghampirinya, mereka bergeming, tak menerimanya. Karena bertekad membesarkan buah hatinya. Bagi mereka pernikahan baru akan menghalangi proses tumbuh kembang anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya. Kewajiban membesarkan anak-anak bisa keteteran karena ada kewajiban baru sebagai istri orang lain.

Ibu mertua saya misalnya, suaminya meninggal pada tahun 1994 ketika ketiga anaknya masih duduk di bangku kuliah. Sebuah pengharapan dari seorang duda yang bersimpati ditampiknya mengingat ketiga anaknya masih membutuhkannya.
Baca selengkapnya

Pelajaran Tentang CINTA


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kelima.

Tentunya ada cinta yang mengantarai kehadiran tiga buah hati dalam pernikahan kami. Saat ini empat belas tahun sudah berlalu sejak ikrar mitsaqan ghalizha (perjanjian agung/ perjanjian yang teramat berat, salah satu sebutan untuk pernikahan). Telah empat belas tahun pula saya tak hentinya belajar tentang cinta yang lebih besar. Bukan sekadar cinta kepada laki-laki yang menjadi imam saya. Tetapi juga cinta yang jauh lebih besar, yang melingkupi pernikahan ini  dengan berbagai maknanya termasuk di dalamnya melindungi dan menghidupkan pernikahan.

Lalu cinta yang tidak hanya menghadirkan tiga buah hati yang luar biasa, yang hadir setelah perjuangan yang tidak mudah karena mulanya ada masalah ketidaksuburan pada saya dan suami. Ada berbagai makna cinta menyusul keberadaan mereka. Seperti cinta yang membuat saya bertahan memberikan ASI semaksimal mungkin kepada ketiganya, cinta yang ingin memenuhi segala aspek tumbuh kembang mereka. Juga cinta yang membuat saya menyadari bahwa berurusan dengan mereka bukanlah semata urusan dunia tetapi juga akhirat. Bahwa mereka bertiga adalah partner saya dalam menggapai ridha Ilahi.
Baca selengkapnya

Apakah Semua Pakaian Harus Diseterika?

Apakah semua pakaian yang sudah dicuci harus diseterika?
Tidak! Siapa yang mengharuskan?

Tapi kan ...
Tapi kan apa?

Apakah ada orang yang terkena penyakit yang amat berat hanya karena pakaiannya tak diseterika?
Tidak.

Apakah ada orang yang terkena bencana maha dahsyat gara-gara pakaiannya tak diseterika?
Tidak.
Baca selengkapnya
Aku Lupa Caranya Tersenyum

Aku Lupa Caranya Tersenyum

Kala kubuka mata
Semua warna tampak sama
Dari sini sampai sejauh pandangan mata
Hitam, di mana-mana
Tak ada lagi aneka warna

Kudengar banyak suara
Yang lewat, yang berdendang, yang menyapa
Yang merintih, yang meminta, yang tertawa
Tapi mulutku tak bisa terbuka
Bagaimana tersenyum? Aku lupa caranya
Baca selengkapnya

Karena Kau Berkutu

Athifah tetap memakai jilbab saat bermain degan beberapa teman mungilnya.
Seorang teman bertanya, "Kenapakah kau pake terus jilbab?"
"Soalnya ada kutumu," jawab Athifah.
Baca selengkapnya

Menahan Geliat Miras di Dunia Maya

Syukurlah, hal yang saya takutkan tidak terjadi pada tahun ini. Bulan Februari tahun lalu, minuman keras (miras) beriklan di dunia maya! Panel sisi kanan facebook gencar mempromosikannya dalam beberapa bentuk, salah satunya bertema valentine. Sepanjang hari iklan-iklan itu muncul berkali-kali. Blog coba dijamahnya pula. Bayaran untuk setiap kliknya sungguh menggiurkan. Jauh di atas yang biasanya diberikan produsen lain.

Saat itu saya coba mengingatkan beberapa orang. Tak terduga ada yang menganggap saya berlebihan atau “menghalangi rezeki orang lain”. Padahal yang saya lakukan semata-mata karena kegelisahan sebagai muslim. Miras itu haram, tak ada tawar-menawar. Sebuah hadits menyebutkan:

“Rasulullah SAW melaknat tentang arak, 10 golongan: yang memeras, yang minta diperaskan, yang meminumnya, yang membawanya, yang minta diantarkan, yang menuangkan, yang menjual, yang makan harganya, yang membeli, yang minta dibelikan.” (HR Tarmizi &  Ibnu Majah)
Baca selengkapnya

Kesabaran, Ketika Mengupayakannya Begitu Sulit


Dear Diary. Sebuah surat cinta untuk diriku.

Sekali-kali boleh dong saya sebal dengan diri saya sendiri. Karena ada saatnya saya tak suka dengan perasaan yang timbul di dalam hati.

Seperti ketika beragam masalah berseliweran seperti padat dan garangnya arus lalu-lintas sedang saya terjebak di tengah-tengahnya dan ketika itu pula kesabaran amat dituntut untuk dimiliki tapi mengusahakannya sedemikian sulit.

Atau ketika saya sudah berjalan jauuuh sekali di dalam gelap dan melihat setitik cahaya di ujung sana. Lalu saya semangat mengejar cahaya itu. Namun semakin dikejar, setitik cahaya itu semakin menjauh.

Atau saat siapa saja yang menegur ingin rasanya menyemburnya dengan kata-kata pedas, bahkan pada darah daging sendiri padahal sebenarnya tak ada alasan melakukannya.

Pernahkah kau merasakan seperti itu, dear Diary? Mudahkah kau bersabar? Tidak kan?
Baca selengkapnya

Hijau Itu .... Sesuatu

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keempat

Seingat saya bukan sejak kecil saya suka warna hijau karena saya tak pernah fanatik dengan warna tertentu. Hanya saja sejak dulu saya tak suka dengan warna-warna terang seperti merah dan oranye. Saya menyadari kesukaan pada warna ini setelah berjilbab, pada tahun 1994. Saat itu saya mengumpulkan blus lengan panjang dan rok panjang satu demi satu. Membelinya dengan uang saku yang ditabung.

Saat masih dalam hitungan jari-jari (tangan dan kaki), baru saya menyadari bahwa baju-baju yang saya miliki warna dominannya hijau, sekitar 80 persen. Ada berbagai warna hijau dalam baju-baju itu.

Seperti ada dorongan dari dalam yang tak bisa dimengerti, dalam memilah kain atau baju biasanya saya langsung tertarik jika warnanya hijau. Otomatis saja. Sepertinya mengenai warna kesukaan sudah ada di dalam genetika. Hijau itu bagi saya adem, damai, tenteram, dan nyaman.
Baca selengkapnya

Reporter Bikin Demam Panggung


Awalnya saya malu untuk menceritakan peristiwa ini tapi seiring berjalannya waktu, saya pikir tidak apalah. Sekaligus belajar menertawakan diri sendiri, belajar menekan ego (halah bilang saja kepingin dapat buku Cenat-Cenut Reporternya mbak Wuri!).

Oke ding, saya sebenarnya naksir dengan buku Cenat-Cenut Reporter karya mbak Wuri makanya saya memberanikan diri menuliskan ini (hiks ... terbongkar deh kartu).

Reporter, setahu saya adalah orang yang bertugas meliput sebuah acara atau kegiatan untuk ditayangkan di televisi. Seumur hidup, baru pertama kali saya diwawancarai oleh seorang reporter dalam sebuah acara. Acara yang saya maksud, sudah pernah saya ceritakan di tulisan berjudul Kopdar dan Masuk Tivi!

Kedengarannya keren ya? Diwawancarai reporter! Fiuuh. Keren bila saya “pemeran utamanya”. Ini biasa saja, karena saya hanya sebagai figuran.

Jadi ceritanya, sebuah stasiun TV tertarik meliput kegiatan Erlina Ayu – koordinator wilayah IIDN Makassar. Salah seorang kru TV mendapatkan nomor HP Ayu – sapaan akrab Erlina Ayu, dari blog pribadinya. Ayu sudah beberapa kali dihubungi pekerja media dan komunitas-komunitas lain semenjak tampil di ajang TedX Makassar – sebuah acara lokal yang diadopsi dari sebuah acara berskala internasional yang menampilkan ide-ide brilian yang bermanfaat dibagi kepada khalayak.
Baca selengkapnya

Zaman Semakin Canggih, Mengisi Pulsa Semakin Praktis

Mengisi pulsa praktis - “Mau sekalian isi pulsa, Bu?” itu pertanyaan yang dilontarkan kasir di sebuah mart besar di negeri ini ketika saat membayar belanjaan tiba. Mart ini mengklaim pengisian pulsa yang cepat dan mudah. Iya sih, kalau yang butuh pulsa para pengunjung di mart itu, pengisian pulsa dengan cara seperti itu memang mudah. Semudah mencari tempat bermain untuk anak-anak di mana anak-anak bisa “dititipkan” untuk sementara sementara orangtua mereka berbelanja.

Saya pernah melihat seorang kenalan – PNS yang punya sambilan jualan pulsa elektrik. Sedang duduk-duduk menunggu antrian berobat di sebuah tempat pengobatan, berkali-kali ia menerima SMS dan telepon, minta ditransferkan pulsa. Asyik juga ya.

Saya dulu pernah mencoba mengisi sendiri pulsa elektrik, dengan cara menyetor deposit. Memang praktis bila deposit sedang terisi. Yang apes kalau pas nomor HP yang dipakai transaksi pulsanya habis, terpaksa harus keluar rumah untuk mengisi pulsa.
Baca selengkapnya

Kenangan Macam Apa yang Akan Kita Wariskan?

Sumber: dakwatuna.com
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Tentu itulah yang pertama kali kita ucapkan saat mendengar kabar Uje (ustadz Jefri) meninggal dua hari yang lalu. Selanjutnya saya tahu, semua stasiun TV pasti menayangkan serba-serbi Uje. Saya sendiri jarang nonton TV, karena satu dan lain hal. Amat jarang malah.

Banyak status facebook yang turut mendo’akan Uje dan menuliskan bermacam hal terkait berita kematiannya. Di BB juga, konon membincangkan Uje. Beberapa blogger juga menulis tentangnya, setidaknya mengingatkan diri pemilik blog sendiri dan pembacanya tentang kematian yang bisa saja datang secara mengejutkan.

Si sulung Affiq dan papanya shalat Jum’at di masjid al Markaz al Islami. Affiq heran, di masjid yang bisa menghimpun ribuan jama’ah itu, orang shalat jenazah sesudah shalat Jum’at. “Mana mayatnya?” ia bertanya-tanya. Shalat ghaib, Nak. Itu untuk jenazah yang jauh. Masya Allah, di sini saya tercenung. Bukan hanya di tempat Uje disemayamkan saja ia dishalati, tetapi juga di sebuah masjid besar di kota ini.
Baca selengkapnya

Sayur Potong


Adakah pasar di daerahmu yang pedagang sayurnya menjual sayuran yang sudah dipotong-potong? Di Pare-Pare – sebuah kotamadya yang jaraknya 155 kilometer sebelah utara Makassar ada. Tepatnya di pasar Lakessi.

Seingat suami saya yang besar di Pare-Pare, sejak hampir 30 tahun yang lalu sudah ada pedagang seperti itu di sana. Ibu-ibu yang ingin memasak sayur campuraga (campur-campur), tinggal membeli bahan-bahan sayur bening yang diinginkannya seperti nangka muda dan bayam.

Bulan Maret lalu, suami saya berkesempatan ke Pare-Pare dan berkunjung ke pasar Lakessi. Di sana ia masih mendapatkan pedagang sayur yang menjual bahan-bahan yang sudah dipotong-potong, termasuk jagung yang sudah disisir.


Baca selengkapnya

Bingkai dan Kesadaran

Mengapa Membingkai Dunia

Mengapa Kita Membingkai Dunia adalah salah satu tulisan yang saya suka di blog seorang ibu dari dua orang putra yang saya sapa dengan “Kak Evi”.

Bingkai (adalah) alat kita memandang dunia. Alam semesta, dunia dan kehidupan terlalu luas untuk bisa dipahami serentak. Kita perlu memecahnya jadi jutaan potongan kecil agar lebih mudah dimengerti. Karena itu kita memerlukan bingkai, yang seperti fungsi jendela, digunakan untuk memandang keluar dari tempat kita berpijak.

Suka atau tidak bingkai itu menempel di mata. Karena cuma maut yang mampu mencopotnya dia jadi bagian dari eksistensi kita. Kita pakai kapan saja dan dimana saja. Artinya bingkai  bekerja lewat pengalaman sepanjang hidup kita.

Dari sini bisa dipahami bahwa “bingkai” itu “menempel” pada diri setiap orang. Melalui bingkai, setiap orang memaknai segala sesuatu yang dicerapnya.
Baca selengkapnya

Bunda Para Blogger


Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketiga.

Bekerja di Blogger

Itu tulisan di profil akun facebook perempuan yang saya kagumi ini. Di bawahnya tertulis:

Pernah bekerja di: Various Int'nal companies from 1991 until Dec. 1999. dan Den's Production (Den's Videografi Bdg)

Saya menyusuri wall facebook perempuan yang saya gelari “Bunda Para Blogger” ini. Mencari apa lagi yang bisa saya tuliskan tentangnya. Tahu-tahu saya melihat komentar dari mbak Leyla Hana yang ternyata juga ingin menuliskan sosok beliau. Waduh, keduluan.

Saya sempat berpikir ingin membatalkan saja rencana menuliskan tentang bunda Yati. Tapi setelah saya pikirkan kembali, tak apalah. Toh cara menulis saya dan mbak Leyla pasti berbeda. Yang jelas, kami memang sama-sama tertarik dengan sosok bunda ini. Dan kami sama-sama ingin menuliskannya. Lagi pula jangankan dua blogger, sepuluh atau seratus blogger yang mengenalnya ingin menulis tentangnya, wajar saja karena bunda Yati ini memang sosok inspiratif.
Baca selengkapnya

Kreasi Terbaru Affiq

Sudah lama saya tidak mempublikasikan blog Affiq (http://fiqsalabim.blogspot.com). Sulung saya yang sedang persiapan UN SD ini sebenarnya suka juga ngeblog hanya saja ia tak suka menulis seperti saya atau seperti teman blogger kecil lainnya – Taris (yang emaknya juga seorang blogger) misalnya.

Kesukaan Affiq adalah eksplorasi dan eksperimen terhadap gambar-gambar. Ia mencari sendiri bagaimana memanipulasi gambar di komputer. Tak perlu ada yang mengajari, cukup ia diberikan waktu duduk di depan laptop maka imajinasinya bergerak sendiri mengerjakan hal yang disenanginya.
Baca selengkapnya

Pengorbanan Sepanjang Waktu

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu ketiga.

“Ibu mau ke Manokwari lagi,” kata suami saya.
Hah. Mau balik ke sana?” tanya saya.

“Iya. Dua ART berbeda, yang membantu Suleha menelantarkan anak-anaknya. Yang pertama, disuruh beli makanan tidak membelikan untuk anak-anak, hanya buat dirinya sendiri. Ada yang mengunci anak-anak di dalam rumah lalu dia pergi entah ke mana,” panjang lebar suami saya menjelaskan.

Suleha adalah adik suami saya. Ia bersama suami dan kedua anaknya tinggal di Manokwari. Sebagai ibu bekerja (PNS – guru di sebuah SMK), ia menggunakan jasa ART (asisten rumahtangga atau pembantu rumahtangga). Ibu mertua saya pernah ikut Suleha. Suleha sangat terbantu dengan kehadiran Ibu yang senantiasa membantu mengasuh kedua jagoannya.

Hampir setahun ini ibu mertua kembali ke Pare-Pare yang letaknya sekitar seratus lima puluh kilometer dari Makassar. Berita tentang cucu-cucunya yang ditelantarkan ART membuatnya tergerak untuk kembali ke Manokwari.
Baca selengkapnya

Makassar Adalah Pulang Kampung

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kedua.

Saya cinta kota ini. Karena saya lahir dan besar di sini. Saya pernah dua tahun hidup di Riau tapi selalu saja merindu Makassar.

Tapi kalau ditanya orang apa/mana, saya bingung juga menjawabnya. Soalnya kedua orangtua saya perantau, bukan asli Makassar. Ayah saya dari tanah Bugis (campuran Wajo – Soppeng) sementara ibu saya dari Gorontalo. Meski Bugis dan Makassar adalah dua suku yang “bersaudara”, bahasanya berbeda.

Saya sendiri?

Memang saya tak bisa bercakap dengan bahasa Makassar, pun tak mengerti bahasa ini. Saya sehari-harinya bercakap dengan bahasa Indonesia dialek Makassar, seperti kebanyakan masyarakat sini. Dan ... saya suka dialek ini.

Kedua orangtua saya punya dialek bawaan, berasal dari bahasa ibu mereka. Merantau ke Makassar (Ayah tahun 1950-an, Ibu tahun 1960-an), membuat logat bicara mereka terpengaruh dialek Makassar. Hingga sekarang tetap terdengar kalau mereka bukan penutur asli dialek ini.
Baca selengkapnya

Gorontalo is Always in My Heart

Tulisan ini saya buat hampir dua bulan yang lalu.
Untuk web Saronde (komunitas blogger Gorontalo), 
di mana saya juga bergabung.
Dulu, saya punya akses sebagai kontributor.
Entah kenapa sekarang tercerabut.

Makanya saya mengirim via web.
Sayangnya sampai sekarang belum dimuat.
Padahal saya sudah melapor berkali-kali.
Dengan cara menulis komen di web, facebook, dan twitter.
Daripada hanya menghuni hard disk.
Hari ini saya posting di sini saja..

Untuk Saronde yang sedang tidur.
Semoga tak tertidur selamanya ...

Halo warga Saronde.

Perkenankan saya memperkenalkan diri kembali setelah lebih setahun tidak mengisi web ini. Nama saya Mugniar Marakarma, akrab disapa Niar. Jika kalian lebih muda dari saya dan suatu saat nanti kita berjumpa, please call me “Kak”, jangan “Bu” karena sapaan “Kak” membuat saya merasa akrab dengan sang penyapa. Saya lahir, besar, dan tinggal di Makassar. Pasti nama belakang saya asing bagi para pembaca. Nama belakang saya itu adalah nama dari ayah saya yang orang Bugis asli.
Baca selengkapnya

Lewat Mana Kalau Mau ke Luar Negeri?

Athifah suka sekali menyimak segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya, termasuk segala tayangan tivi.
Begitu pun berita televisi.
Baca selengkapnya
Papa, Apa Itu Ber*******?

Papa, Apa Itu Ber*******?

Affiq membaca-baca Buku Cerdas Pengetahuan Islam milik Papa. Sampai kepada materi hadats besar dan hadats kecil, ia menemukan hukum bahwa ada keadaan yang harus dibersihkan dengan cara mandi junub.

Tergelitiklah rasa ingin tahunya. Ia bertanya kepada Papa (maaf), "Apa itu bersetubuh?" 
Satu hal lagi yang ia tanyakan, "Apa itu keluar mani?"

Beberapa detik Papa kelabakan. Papa memutuskan mencari taktik menjawab yang ia tak perlu menjelaskan secara gamblang mengenai hal ini karena belum pantas diketahui Affiq. Maka Papa fokus menjawab di cara-cara mandi junub.

Affiq yang sibuk mencerna, tidak lagi menanyakan pertanyaan itu.
Baca selengkapnya

Ketika Venus dan Mars Menikah | Welcome Trouble

Laki-laki dan perempuan berbeda. Ya iyalah .. jenis kelaminnya berbeda. Kalau yang itu semua orang juga tahu he he he. Tapi ada situasi dan kondisi di mana perbedaan laki-laki dan perempuan nyata sekali, di saat itulah kita bisa salah menilai malah bisa menjadi penyebab retaknya hubungan suami-istri.
Baca selengkapnya

Perempuan Pencipta Aksara

Masyarakat Bugis – Makassar telah menunjukkan
pencapaian peradaban tertinggi dengan adanya aksara lontara’.
Melalui aksara ini, orang Bugis – Makassar mampu mengolah
berbagai hasil kebudayaannya ke dalam naskah-naskah
yang sampai saat ini masih dapat dibaca.

Dahulu, naskah lontara’ (utamanya La Galigo) 
adalah hal yang sakral bagi pemiliknya.

Naskah-naskah itu disimpan di rumah-rumah 
penduduk (biasanya bangsawan)
sebagai koleksi pribadi dan ada yang
tersimpan di perpustakaan kerajaan.

Mengetahui bahwa ternyata karya sastra terpanjang di dunia (La Galigo) berasal dari tanah Bugis, merupakan sebuah kebanggan. Apalagi mengetahui bahwa ternyata pengumpulnya adalah seorang perempuan pecinta sastra yang hidup pada tahun 1800-an, bertambahlah kebanggan saya sebagai seseorang yang berdarah Bugis.
Baca selengkapnya
Layakkah Mengumbar Kemarahan Untuk Pelanggaran Privasi?

Layakkah Mengumbar Kemarahan Untuk Pelanggaran Privasi?


Menikah sekian tahun memang membuat pasangan suami istri menjadi lebih saling mengenal satu sama lain. Namun di sisi lain, juga membuat mereka saling “tidak mengenal” satu sama lain karena ego yang tidak selalu bisa ditekan.

Menarik membaca tulisan dari mak Elisa Koraag berjudul Kisahku: “Sungguhkah Privasiku sudah dilanggar?” di blog  http://nyonyafrischmonoarfa.blogspot.com/ yang menceritakan pergulatan batinnya yang hanya berlangsung sebentar. Saya tertarik dengan tulisan ini karena menemukan penyelesaian konflik yang paling elegan sedunia: dengan menekan ego. Bagi banyak orang sangat sulit menekan ego di situasi itu, tapi tidak bagi mak Elisa.

Saat pulang ke rumah ia dapati tumpukan buku dan surat-surat lamanya sudah diacak-acak suaminya. Suaminya sendiri mengatakan sedang merapikannya. Mak Elisa maraha karena selama ini “privasi”-nya akan barang-barang lamanya itu terjaga, suaminya pun menjaganya hingga hari itu tiba-tiba saja berantakan.

Mak Elisa menulis: Sambil mandi, benakku tak berhenti berpikir. ”Apa sih tujuan Suamiku merapihkan rak buku?” pikirku dalam hati. Sebenarnya tidak ada yang aku takutkan atau khawatirkan. Toh antara aku dan Suami tidak ada rahasia apa-apa. Cuma rasanya tidak rela, ini sedikit menyangkut masalah privasi!

Wajar, walau sekian tahun telah saling melebur, namanya berasal dari latar belakang berbeda tentu saja ada hal-hal yang diinginkan setiap orang untuk tetap menjadi privasi – miliknya sendiri. Saya pun mungkin akan bersikap sama dengan mak Elisa bila mengalami hal itu.
Baca selengkapnya

Mau Sama Kakak

Konten edukasi - Affiq setiap hari suka menggoda Athifah sampai Athifah menjerit-jerit. Jeritannya makin lama makin profesional sehingga membuat Mama merinding mendengarnya. Kadang-kadang Mama merasakan tanduk sudah mulai tumbuh di kepalanya karena peristiwa jejeritan ini bisa berkali-kali dalam sehari.
Baca selengkapnya

Hukum Saja

Hukum Saja! - Jatah main komputer Athifah bisa dipotong atau bahkan hilang kalau ia tidak shalat atau tidak merapikan mainannya. Pernah ia tidak boleh main komputer selama 4 hari berturut-turut karena membiarkan mainannya berantakan di ruang keluarga di malam hari. “Masih mau main lagi,” alasan yang diberikan nona mungil ini. “Tidak bisa begitu dong. Harus dirapikan dulu, besok baru ambil lagi!” Mama bertitah.
Baca selengkapnya
Terbuai Voucher dan Bonus Senilai Jutaan Rupiah

Terbuai Voucher dan Bonus Senilai Jutaan Rupiah

Tulisan ini merupakan kisah nyata. Nama-nama orang yang mengalami disamarkan.

Pesawat telepon leased line[1] berdering. Suara seorang perempuan terdengar.

“Selamat pagi, Bu. Saya Ana. Selamat, nomor telepon Ibu terpilih di antara seratus nomor yang beruntung. Ibu bisa datang ke kantor Kami untuk mengambil hadiahnya,” perempuan itu menjelaskan.

“Apa ini? Kenapa nomor telepon Saya?” tanya bu Ramlan, seorang nenek berusia 70 tahun.
“Komputer Kami mengacaknya, Bu. Di antara banyak nomor di kota ini, nomor Ibu termasuk yang beruntung. Kami mengadakan program pemeriksaan gratis hanya selama beberapa hari. Selain mendapatkan hadiah, Ibu dan Bapak terpilih untuk mendapatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan gratis di klinik Kami.”

Ana – perempuan berusia dua puluhan tahun memberikan nomor telepon dan alamat kantornya yang ia sebutkan sebagai klinik X.

Setelah mengakhiri pembicaraan dengan Ana, bu Ramlan memberitahukan berita itu kepada suami dan anaknya Ratih. Baik pak Ramlan (73 tahun) maupun Ratih bisa menebak, itu pasti tenaga sales yang ingin mempromosikan produk yang dijualnya.

Bu Ramlan yang punya karakter suka penasaran dengan hal-hal yang menurutnya hanya diketahui sedikit tak berhenti bertanya-tanya. Argumen yang diberikan suami dan anaknya tidak bisa menahan rasa penasarannya.

“Kenapa nomor telepon kita? Ibu menelepon bu Kadri yang tinggal dekat klinik itu tapi ia tak ditelepon klinik itu? Juga tante Sarah yang tinggal di dekat situ. Kenapa mereka tak ditelepon?” cecar bu Ramlan.
Baca selengkapnya